"Kita mau ngapain ke sini?" tanya Ara memastikan.Aldo tidak menjawab sampai Ara akhirnya berdiri di ambang jembatan, dan saat ini mereka sedang berada di atas jembatan layang dimana menatap kota dan jalanan yang begitu indah."Ayo jawab kanebo kering! Kenapa kita--" ucapan Ara terhenti saat dia membalik badannya dan melihat Aldo sedang berjongkok di hadapannya sambil memegang sebuket bunga mawar.Kedua netra wanita itu membulat, satu tangannya menutup mulut dengan wajah yang begitu sangat terkejut. "Ka-kanebo ke-ring, a-apa yang kau lakukan?" gugup Ara."Entah sejak kapan aku mulai memendam rasa kepadamu. Tapi semakin hari rasa kesal dan benci ku semakin membuatku terus terpikirkan denganmu. Setiap aku menutup mata, entah kenapa wajahmu selalu saja terbayang," ungkap Aldo.Ara menganga, dia benar-benar tidak mengerti dengan ucapan Aldo saat ini. "Apa maksudmu? Kenapa kau berbicara seperti itu?" panik Ara, "hei bangunlah! Kau jangan bersikap seperti ini, tidak enak banyak mobil yang l
"A-aku ... aku ..." Ara tidak bisa menjawab lidahnya seketika menjadi kelu.Ara benar-benar bingung jawaban apa yang harus diberikan, karena ini benar-benar sangat mendadak dan membuatnya terkejut sehingga ia pun tidak bisa menyiapkan jawabannya.Melihat wanita yang ada di hadapannya hanya diam saja, membuat Aldo seketika mendadak menjadi lesu karena dia berpikir mungkin saja Ara akan menolaknya."Aku tahu mungkin ini sangat mendadak untukmu, tapi aku bersungguh-sungguh," ujar Aldo lagi mencoba untuk meyakinkan Ara."Apa kau yakin?" tanya Ara memastikan."Sangat yakin! Jika kau tak percaya belah saja dadaku!""Apa kau bilang? Membelah dadamu? Yang ada kau mati, terus aku tidak jadi nikah, nanti tidak punya anak, tidak bisa membelah duren," celetuk Ara sambil melengos.PLETAK.Aldo malah menyentil kening wanita itu, "dasar. Di otakmu hanya ada belah duren saja. Ternyata kau ini tidak sepolos yang aku pikirkan.""Eeh ... jangan bicara seperti itu. Aku ini masih polos, suci dan ting ting
"Kamu kenapa di sini?" tanya Aisyah saat sudah berada di hadapan wanita itu.Wanita tersebut mendongakkan wajahnya dan dia cukup terkejut saat melihat Aisyah. "Kamu!" kaget wanita itu kemudian dia berdiri."Kamu kenapa ada di sini?" tanya Aisyah kembali, "lalu itu ..." Aisyah menunjuk tas yang berada di samping wanita tersebut.Tanpa menjawab dia langsung memeluk tubuh Aisyah, membuatnya hanya bisa terdiam dan terpaku."Tolong aku! Aku mohon!" pinta wanita tersebut dengan tatapan memelas.Aisyah mengerutkan keningnya, "maksudnya?""Aku diusir oleh kedua orang tuaku, semua fasilitasku diambil, pekerjaanku sudah tidak ada lagi, aku di pecat, dan aku tidak tahu harus ke mana lagi. Aku tidak mempunyai uang sepeserpun, aku tidak mempunyai tempat tinggal, semuanya habis," ujar wanita itu dengan suara yang purau.Aisyah benar-benar tak tega saat melihat wanita yang hampir saja menghancurkan hubungannya dengan Okta kembali hadir. Dia memang merasa takut tapi hati nurani Aisyah merasa iba."A
Ara kemudian berjalan cepat ke arah Aisyah. "Lo yang bener aja. Masa dia kerja di sini sih?" Wanita itu tidak habis pikir."Iya, aku serius," jawab Aisyah sambil menganggukkan kepalanya."Lo ..." Ara menggantungkan ucapannya sambil menunjuk wajah Aisyah, kemudian dia meremas jarinya di hadapan wajah Aisyah dengan mimik wajah yang sudah gemas pada wanita itu. "Lo itu oon, bego atau Oneng?""Sama aja batubara," celetuk Vita."Oh sama ya ... gue lupa," kekeh Ara, kemudian dia kembali menatap ke arah Aisyah. "Kenapa mantannya Okta lo bawa ke rumah sih? Nanti kalau dia ngancurin rumah tangga lo sama suami lo, gimana?" panik Ara.Dia hanya tidak mau apa yang terjadi di dalam sinetron terjadi pula kepada keluarga Aisyah, di mana mantan yang ditolong ternyata menusuk dari belakang, dan bisa jadi juga Vita mempunyai niat terselubung, itu yang ada di pikiran Ara saat ini."Insya Allah, enggak. Kasihan dia kalau harus tidur di pinggir jalan dan tidak mempunyai tempat tinggal.""Haduuuh ... gue n
Okta dan Aisyah bangun tepat jam 06.00 karena mereka semalam cukup kelelahan bermain ronde. Setelah membersihkan diri dan menunaikan shalat subuh keduanya pun turun ke lantai bawah."Sayang, buatin kopi ya!" pinta Okta."Iya Bang," jawab Aisyah sambil menuruni tangga."Rasanya aku sudah tidak sabar sekali ingin segera kamu hamil, terus kita mempunyai anak dan rumah ini akan ramai. Eh ... tapi kan setelah Papa sembuh kita akan pergi ke rumah baru."Aisyah menganggukkan kepalanya kemudian mereka berjalan ke arah meja makan di mana sudah ada Lusi yang sedang menyuapi Melati, karena gadis kecil itu akan berangkat sekolah."Selamat pagi Kak, selamat pagi cantik," sapa Aisyah sambil menjauhi dagu Melati."Selamat pagi Aunty," jawab Melati dengan suara comelnya.Aisyah pun berjalan ke arah dapur untuk membuat kopi dan di sana sedang ada Kanaya yang sedang mencuci piring."Pagi Mbak Aisyah," sapa Kanaya.Dia sengaja menyebut dengan mbak, karena di sana Kanaya bekerja jadi dia harus menjaga ta
Sudah satu minggu berlalu Kanaya kerja di rumah Aisyah, akan tetapi tidak ada gelagat aneh dari wanita itu. Da bahkan menjaga jarak dari Okta karena ingin menghargai perasaan Aisyah dan posisi Aisyah sebagai istrinya Okta.Seperti biasa, Aisyah setiap pagi membuat sarapan untuk dibawa ke rumah sakit, tapi kali ini dia pergi bersama dengan Lusi."Good morning everybody!" seru Ara yang tiba-tiba saja masuk ke dalam rumah.Semua yang ada di meja makan seketika menatap ke arah wanita itu. "Pagi Ra. Bukannya assalamualaikum, kebiasaan deh." Aisyah menggelengkan kepalanya."Hehehe ... sorry ... lupa," jawab Ara sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Kebiasaan kamu," timpal Mama Rani.Ara kemudian duduk di kursi lalu dia pun ikut sarapan karena tadi di rumah belum sempat sebab Ia ingin menengok keadaannya Aisyah."Oh ya, lo udah rapi mau ke mana, Syah? Mau ke rumah sakit, ya?" tanya Ara dan langsung dibalas angkutan oleh Aisyah. "Kalau gitu gue antar ya! Gue hari ini masuk siang soaln
Saat mereka sampai di sebuah cafe, Aisyah dan Ara pun langsung memesan minuman kemudian Aisyah menatap lekat ke arah sahabatnya. "Ayo dong cerita! Aku udah penasaran banget ini," tanya Aisyah yang sudah penasaran.Ara terkekeh saat melihat ketidak sabaran dari sahabatnya itu. "Lo ini nggak sabaran banget sih, kayak mau dapat rezeki tahu nggak," kelakarnya."Habis lo lama banget. Gue nungguin dari zaman purba sampai lebaran monyet lo nggak cerita-cerita. Lo mau buat badan gue tambah melar karena terus bersabar terus?""Slow bestie ... slow. Oke gue mau cerita, jadi gini ..." Bukannya cerita Ara malah menggantungkan ucapannya, membuat Aisyah benar-benar kesal dibuatnya."Gini deh. Kalau lo emang nggak mau cerita udah gue pulang aja. Kepala gue itu hari ini sedikit pening tau nggak." Aisyah menekuk wajahnya dengan kesal."Oke oke ... gue cerita sekarang. Jadi gini ... kemarin itu Aldo melamar gue," ujar Ara."Apa! Lo serius?" kaget Aisyah dengan mata membulat, "tunggu, tunggu! Bukannya
Vita menghela nafas dengan kasar kemudian dia duduk dan mulai meeting, akan tetapi sedari tadi Boy terus saja memperhatikan dirinya dan itu membuat Vita tidak nyaman.'Itu laki kenapa sih perhatiin gue terus? Apa make up gue ada yang salah ya?' batin Vita sambil memegang pipinya, tapi tidak mungkin dia mengeluarkan cermin di tengah meeting seperti itu"Iiish, nyebelin banget sih!" gerutunya dalam hati.Sementara Boy hanya tersenyum tipis saat melihat reaksi Vita. 'Wanita itu benar-benar sangat menggemaskan. Aku sangat menyesal karena dulu telah menyakitinya. Bagaimanapun caranya aku harus mendapatkan Vita kembali dan aku tidak akan pernah mengecewakannya lagi!' tekad Boy.Selepas meeting Vita keluar dari kantor dia ingin langsung ke kantornya karena kebetulan Vita juga tidak mau berlama-lama ada di sana."Tunggu!" Seseorang mencegah tangan Vita dan ternyata itu adalah Boy membuat wanita itu seketika melengoskan wajahnya."Mau ngapain lagi sih?" tanya Vita dengan ketus."Aku antar k
Acara ijab qobul pun di langsungkan dengan sangat khidmat, membuat semua yang ada di sana menitikan air mata karena haru, apalagi saat kedua pengantin sungkem pada kedua orang tuanya.Aisyah tak kalah bahagianya saat melihat pernikahan kedua sahabatnya. Dia benar- benar beruntung sebab Ara maupun Vita akhirnya bisa menemukan tambatan hati mereka."Sayang, kamu mau makan gak?" tanya Okta sambil duduk di sebelah sang istri."Nggak Bang, aku gak laper," jawab Aish.Tak terasa waktu cepat berlalu, Aisyah sudah pulabg kerumah dan nanti malam ia akan menghadiri pesta pernikahan kedua sahabatnya...."Sayang, kamu udah siap belum?" tanya Okta karena Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 malam."Sudah Bang. Ayo kita berangkat sekarang nanti kemalaman," jawab Aisyah sambil menggandeng tangan Okta.Mereka berpapasan dengan Kanaya. Aisyah sebenarnya mengajak wanita itu tapi Kanaya menolak sebab dia merasa kurang enak badan.Sesampainya di tempat gedung acara, Aisyah melihat kedua sahabatnya sedang
Pagi ini sesuai dengan ucapan Okta, jika dia tidak akan masuk kerja dan akan menghabiskan waktu bersama dengan Aisyah. Pria itu sudah bersiap-siap dan membuat sang istri merasa heran."Memangnya kita mau ke mana, Bang?" Aisyah menatap lekat ke arah suaminya yang saat ini tengah duduk di sampingnya."Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?" kekeh Okta dengan nada meledek.Mendengar jawaban suaminya Aisyah langsung mencubit tangan Okta dengan gemas. Dia paling tidak menyukai kata-kata seperti itu, karena menurut Aisyah kata-kata itu bukan hal yang baik."Stop mengucapkan kata-kata seperti itu! Aku tidak suka." Aisyah menekuk wajahnya."Loh, memangnya kenapa sayang? Itu kan kata-kata yang lagi viral, seperti bercanda."Aisyah menatap dalam ke arah sang suami kemudian dia pun berkata, "sesuatu yang viral jika hal positif dan untuk kebaikan itu tidak masalah, tapi kata-kata itu un-faedah. Kamu tahu! Banyak di luaran sana anak kecil ditanya orang tuanya, dan jawabannya apa? Kamu nanya? Kamu bertan
Kanaya cukup terkejut saat melihat siapa orang itu, dan dia mendekat ke arah Kanaya. "Kamu sedang apa di sini?" tanyanya."Ini, aku baru saja membeli ketoprak untuk Aisyah." Kanaya menunjukkan 2 bungkus ketoprak yang ada di tangannya.Wanita yang berada di hadapan Kanaya mengangkat satu alisnya. "Kau tidak sedang meracuni Aisyah kan?" Kemudian dia mencengkeram lengan Kanaya, "jika kau berani mengusik Aisyah dan menghancurkan keluarganya, aku tidak akan segan-segan untuk menghancurkan hidupmu, paham!" gertak wanita itu yang tak lain adalah Vita.Dia baru saja pulang dari kantor, akan tetapi tidak sengaja melihat Kanaya yang sedang membeli sesuatu di pinggir jalan. Wanita itu pun berinisiatif untuk menghampirinya.Mendengar ancaman dari Vita membuat Kanaya hanya bisa tersenyum. "Kau sedang mengancamku?" tanyanya dengan nada mengejek."Jika kau menganggap Itu adalah sebuah ancaman." Vita mengangkat kedua bahunya dengan acuh.Sayangnya Kanaya tidak takut, karena memang dia tidak ada niata
Pagi ini Aisyah tidak ingin sarapan, dia masih menginginkan makanan yang semalam. Akan tetapi Okta harus pergi ke kantor pagi-pagi karena ada meeting penting yang harus ia hadiri."Tapi Bang, aku pengen empek-empek. Apa kamu tidak bisa membelikannya terlebih dahulu?" pinta Aisyah dengan tatapan memelas."Maafkan aku sayang, tapi vendor dari Amerika ini tidak bisa aku tunda." Okta mencoba untuk memberi pengertian kepada Aisyah, dia juga tidak bisa mewakilkan kepada asistennya.Mau tidak mau, akhirnya Aisyah pun mengangguk kemudian mereka berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah."Kamu kenapa, kok mukanya ditekuk kayak gitu sih?" tanya Mama Rani saat melihat Aisyah sampai di meja makan."Ini Mah, semalam aku tuh pengen pempek tapi belum kesampaian juga," jawab Aisyah dengan cemberut.Mama Rani mengangguk, "ya sudah, kalau gitu biar nanti mama suruh pelayan buat membelikannya.""Nggak ah Mah, aku udah nggak berselera," ujar Aisyah.Okta yang mendengar itu pun merasa tak enak. Dia tau
"Ya iyalah ... emangnya Aldo nggak bilang sama lo kalau kita bakalan prewedding sama-sama?" jawab Vita sambil menatap ke arah Aldo yang saat ini tengah duduk santai di samping Ara.Seketika wanita itu pun menatap ke arah calon suaminya dan di sana Aldo langsung menganggukkan kepalanya. "Iya, maaf sayang aku lupa semalam tidak bilang sama kamu.""Jadi ini definisi dua sahabat prewedding bersama. Di pelaminan bersama juga. Jangan-jangan nanti malam pertamanya juga bersama," celetuk Ara.Akhirnya mereka pun melakukan foto prewedding di pantai tersebut, hingga setelah jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang mereka berinisiatif untuk menuju sebuah restoran yang ada di pinggir pantai."Sayang sekali ya Aisyah tidak bisa ikut?" tanya Vita."Wajar saja, dia kan lagi hamil. Memangnya kalau nanti terjadi apa-apa dengan kandungannya kamu mau tanggung jawab hah?" Ara menaik turunkan alisnya sambil mencebik kesal."Iya, kan kita ini 3 bestie. Rasanya kalau Aisyah tidak ikut ada yang kurang." Vita
Pagi ini Aisyah sudah bersiap-siap dan dia akan ke rumah sakit untuk USG. Kebetulan Okta juga sudah membuat janji dengan salah satu dokter kandungan di sana."Kalian hati-hati di jalan ya," ujar Mama Rani sambil mengusap kepala Aisyah yang terbaru dengan hijab."Iya Mah," jawab Aisyah kemudian dia mencium tangan mamanya. "Kalau begitu kami pamit dulu ya, assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Selama dalam perjalanan bahkan Okta tidak henti-hentinya mengusap perut Aisyah yang masih rata. Dia benar-benar sangat bahagia karena sebentar lagi mereka akan segera menimang seorang bayi yang sangat lucu."Oh ya sayang, kamu mau anak perempuan atau laki-laki?" tanya Okta kepada Aisyah."Kalau aku sih terserah ya Bang ... sedikasihnya saja sama Allah. Lagi pula, anak itu kan rezeki dan titipan, jadi aku tidak ingin memilih. Apapun yang diberikan oleh Tuhan maka aku akan menerimanya dengan sangat bahagia," tutur Aisyah sambil mengusap perutnya.Okta yang mendengar itu pun langsung mengusap kepala Ai
Aisyah dibaringkan di kasur dan Mama Rani langsung menelpon dokter dari keluarganya. Tak lama dokter pun datang dan langsung memeriksa keadaan Aisyahm"Bagaimana Dok keadaan anak saya? Dia baik-baik aja kan?" tanya papa Agam dengan khawatir."Nona muda baik-baik saja, dan perkiraan saya dia sedang hamil," jawab dokter tersebut."Apa! Hamil?" jawab semua orang yang serempak yang ada di sana dan langsung dibalas anggukan oleh dokter tersebut."Alhamdulillah ya Allah ... akhirnya kita punya cucu lagi Pah!" seru mama Rani dengan bahagia sambil memeluk tubuh suaminya.Okta pun menatap istrinya yang saat ini sudah membuka mata, dia langsung mengecup seluruh wajah Aisyah di hadapan semua orang bahkan tanpa canggung sedikitpun."Terima kasih ya sayang, akhirnya yang kita nantikan akan segera menjadi kenyataan," ujar Okta."Iya Bang," jawab Aisyah tak kalah terharu.Kemudian dokter pun pulang dari sana setelah memberikan vitamin, dan dia menyarankan agar Aisyah besok menuju rumah sakit untuk m
"Bagaimana? Apa kau setuju dengan syarat yang ku ajukan?" Vita menatap miring ke arah Boy.Setelah pria itu membaca dengan seksama tanpa menjawab ucapan Vita, dia langsung menandatangani di atas materai, membuat Vita seketika melongo karena tak menyangka jika Boy akan setuju dengan syarat yang diajukan."Apa! Jadi lo setuju dengan syarat yang gue ajuin? Lo nggak merasa keberatan gitu?" Heran Vita dengan wajah yang masih terkejut.Boy menggelengkan kepalanya dengan tegas, kemudian dia menggenggam kedua tangan Vita dan menatapnya dengan dalam."Aku sudah bilang, aku ini serius. Aku tidak main-main. Dan stop memanggil lo dan gue! Di sini hanya ada kita, jadi cukup aku dan kamu saja. Aku tidak peduli mau kamu meminta mahar berupa perusahaanku juga tidak masalah. Jangankan hanya satu buah rumah yang harganya 1 miliar dengan satu mobil Alphard serta satu set berlian, bahkan semua akan ku berikan padamu sebagai tanda keseriusanku.""Tapi ..." Vita seakan ragu karena menurut dia mahar yang di
Kemudian Aisyah pun membisikkan sesuatu di telinga Vita, sehingga membuat wanita itu akhirnya manggut-manggut."Kalian ini bicara apa sih? Gue nggak dikasih tahu nih?" Ara menekuk wajahnya membuat Aisyah dan Vita seketika terkekeh."Lo nggak usah tahu!" Timpal Vita sambil mengaduk jus yang berada di hadapannya."Pelit banget sih lo. Udah cepetan gue penasaran nih!" desak Ara, kemudian Aisyah pun membisikan apa yang tadi dia katakan kepada Vita."Nah ... kalau itu gue setuju! Lo harus kasih syarat itu pada si playboy cap kakap kelas teri!" seru Ara dengan semangat.Vita tidak menanggapi, kemudian dia pun menegak minuman namun seketika wanita itu menyemburkannya tepat di wajah Ara, membuat wanita tersebut seketika menatapnya dengan tajam."Vita!" tekan Ara dengan mata melotot hampir keluar, seakan dia sedang menatap mangsa yang siap disantapnya. "Lo itu punya mata nggak sih? Ini wajah, bukannya meja. Lo kalau mau nyembur itu bilang dulu. Gue gak butuh Mbah dukun!" gerutu Ara, "gue ini u