Ara kemudian berjalan cepat ke arah Aisyah. "Lo yang bener aja. Masa dia kerja di sini sih?" Wanita itu tidak habis pikir."Iya, aku serius," jawab Aisyah sambil menganggukkan kepalanya."Lo ..." Ara menggantungkan ucapannya sambil menunjuk wajah Aisyah, kemudian dia meremas jarinya di hadapan wajah Aisyah dengan mimik wajah yang sudah gemas pada wanita itu. "Lo itu oon, bego atau Oneng?""Sama aja batubara," celetuk Vita."Oh sama ya ... gue lupa," kekeh Ara, kemudian dia kembali menatap ke arah Aisyah. "Kenapa mantannya Okta lo bawa ke rumah sih? Nanti kalau dia ngancurin rumah tangga lo sama suami lo, gimana?" panik Ara.Dia hanya tidak mau apa yang terjadi di dalam sinetron terjadi pula kepada keluarga Aisyah, di mana mantan yang ditolong ternyata menusuk dari belakang, dan bisa jadi juga Vita mempunyai niat terselubung, itu yang ada di pikiran Ara saat ini."Insya Allah, enggak. Kasihan dia kalau harus tidur di pinggir jalan dan tidak mempunyai tempat tinggal.""Haduuuh ... gue n
Okta dan Aisyah bangun tepat jam 06.00 karena mereka semalam cukup kelelahan bermain ronde. Setelah membersihkan diri dan menunaikan shalat subuh keduanya pun turun ke lantai bawah."Sayang, buatin kopi ya!" pinta Okta."Iya Bang," jawab Aisyah sambil menuruni tangga."Rasanya aku sudah tidak sabar sekali ingin segera kamu hamil, terus kita mempunyai anak dan rumah ini akan ramai. Eh ... tapi kan setelah Papa sembuh kita akan pergi ke rumah baru."Aisyah menganggukkan kepalanya kemudian mereka berjalan ke arah meja makan di mana sudah ada Lusi yang sedang menyuapi Melati, karena gadis kecil itu akan berangkat sekolah."Selamat pagi Kak, selamat pagi cantik," sapa Aisyah sambil menjauhi dagu Melati."Selamat pagi Aunty," jawab Melati dengan suara comelnya.Aisyah pun berjalan ke arah dapur untuk membuat kopi dan di sana sedang ada Kanaya yang sedang mencuci piring."Pagi Mbak Aisyah," sapa Kanaya.Dia sengaja menyebut dengan mbak, karena di sana Kanaya bekerja jadi dia harus menjaga ta
Sudah satu minggu berlalu Kanaya kerja di rumah Aisyah, akan tetapi tidak ada gelagat aneh dari wanita itu. Da bahkan menjaga jarak dari Okta karena ingin menghargai perasaan Aisyah dan posisi Aisyah sebagai istrinya Okta.Seperti biasa, Aisyah setiap pagi membuat sarapan untuk dibawa ke rumah sakit, tapi kali ini dia pergi bersama dengan Lusi."Good morning everybody!" seru Ara yang tiba-tiba saja masuk ke dalam rumah.Semua yang ada di meja makan seketika menatap ke arah wanita itu. "Pagi Ra. Bukannya assalamualaikum, kebiasaan deh." Aisyah menggelengkan kepalanya."Hehehe ... sorry ... lupa," jawab Ara sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Kebiasaan kamu," timpal Mama Rani.Ara kemudian duduk di kursi lalu dia pun ikut sarapan karena tadi di rumah belum sempat sebab Ia ingin menengok keadaannya Aisyah."Oh ya, lo udah rapi mau ke mana, Syah? Mau ke rumah sakit, ya?" tanya Ara dan langsung dibalas angkutan oleh Aisyah. "Kalau gitu gue antar ya! Gue hari ini masuk siang soaln
Saat mereka sampai di sebuah cafe, Aisyah dan Ara pun langsung memesan minuman kemudian Aisyah menatap lekat ke arah sahabatnya. "Ayo dong cerita! Aku udah penasaran banget ini," tanya Aisyah yang sudah penasaran.Ara terkekeh saat melihat ketidak sabaran dari sahabatnya itu. "Lo ini nggak sabaran banget sih, kayak mau dapat rezeki tahu nggak," kelakarnya."Habis lo lama banget. Gue nungguin dari zaman purba sampai lebaran monyet lo nggak cerita-cerita. Lo mau buat badan gue tambah melar karena terus bersabar terus?""Slow bestie ... slow. Oke gue mau cerita, jadi gini ..." Bukannya cerita Ara malah menggantungkan ucapannya, membuat Aisyah benar-benar kesal dibuatnya."Gini deh. Kalau lo emang nggak mau cerita udah gue pulang aja. Kepala gue itu hari ini sedikit pening tau nggak." Aisyah menekuk wajahnya dengan kesal."Oke oke ... gue cerita sekarang. Jadi gini ... kemarin itu Aldo melamar gue," ujar Ara."Apa! Lo serius?" kaget Aisyah dengan mata membulat, "tunggu, tunggu! Bukannya
Vita menghela nafas dengan kasar kemudian dia duduk dan mulai meeting, akan tetapi sedari tadi Boy terus saja memperhatikan dirinya dan itu membuat Vita tidak nyaman.'Itu laki kenapa sih perhatiin gue terus? Apa make up gue ada yang salah ya?' batin Vita sambil memegang pipinya, tapi tidak mungkin dia mengeluarkan cermin di tengah meeting seperti itu"Iiish, nyebelin banget sih!" gerutunya dalam hati.Sementara Boy hanya tersenyum tipis saat melihat reaksi Vita. 'Wanita itu benar-benar sangat menggemaskan. Aku sangat menyesal karena dulu telah menyakitinya. Bagaimanapun caranya aku harus mendapatkan Vita kembali dan aku tidak akan pernah mengecewakannya lagi!' tekad Boy.Selepas meeting Vita keluar dari kantor dia ingin langsung ke kantornya karena kebetulan Vita juga tidak mau berlama-lama ada di sana."Tunggu!" Seseorang mencegah tangan Vita dan ternyata itu adalah Boy membuat wanita itu seketika melengoskan wajahnya."Mau ngapain lagi sih?" tanya Vita dengan ketus."Aku antar k
"Mau ngapain sih?" tanya Vita saat mereka sudah berada di salah satu meja dan memesan makanan.Pria yang ada di hadapannya tampak terdiam, tak ada satu kata-kata pun yang keluar dari mulutnya, malah tatapannya dalam ke arah Vita membuat wanita itu sedikit gugup dan salah tingkah karena terus saja diperhatikan oleh pria yang dulu pernah mencuri hatinya."Kalau lo terus natap gue kayak gitu, gue colok mata lo!" Vita menatapnya dengan tajam namun membuat Boy seketika terkekeh."Lo ini tidak pernah berubah ya dari dulu, selalu saja ketus. Tapi ini yang gue suka dari lo dan nggak pernah bisa melupakan lo," ujarnya.Vita terpaku saat mendengar ucapan Boy, kedua netranya membulat dengan tak berkedip sama sekali, ia terkesiap saat mendengar ucapan Boy."Ma-maksud lo?" tanyanya dengan gugup.Boy menggenggam kedua tangan Vita, membuat wanita itu seketika tersentak. Namun, dia hanya bisa membatu seakan tak bisa berbuat apa-apa saat Boy menggenggam kedua tangannya."Vit, gue tahu kalau kesalahan
Sesuai dengan ucapan Vita, malam ini dia datang ke rumahnya Aisyah dan di sana juga sudah ada Ara karena wanita itu datang sejak sore tadi."Eh buah srikaya," panggil Vita sambil menunjuk Kanaya."Anda memanggil saya?" Kanaya menunjuk wajahnya sendiri."Ya iyalah. Emang di sini pelayan siapa lagi. Aisyah di mana?" tanya Vita dengan nada yang sedikit ketus karena dia memang tidak menyukai Kanaya.Entah kenapa feeling Vita mengatakan jika Kanaya tidak benar-benar berubah, dia takut jika wanita itu akan merusak rumah tangga Aisyah maupun Okta."Ada di taman belakang. Dan nama saya bukan buah srikaya, tapi nama saya Kanaya," ungkapnya.Vita melewati tubuh Kanaya begitu saja dan dia sedikit menyenggol bahunya, kemudian wanita itu berhenti sambil mengangkat kedua bahunya. "I don't care! Tapi gue lebih suka memanggil lo buah srikaya." Senyumnya dengan miring.Mendengar hal tersebut Kanaya mengepalkan tangannya. 'Dia benar-benar keterlaluan. Awas aja akan aku beri pelajaran kamu!' geram Kanay
Kemudian Aisyah pun membisikkan sesuatu di telinga Vita, sehingga membuat wanita itu akhirnya manggut-manggut."Kalian ini bicara apa sih? Gue nggak dikasih tahu nih?" Ara menekuk wajahnya membuat Aisyah dan Vita seketika terkekeh."Lo nggak usah tahu!" Timpal Vita sambil mengaduk jus yang berada di hadapannya."Pelit banget sih lo. Udah cepetan gue penasaran nih!" desak Ara, kemudian Aisyah pun membisikan apa yang tadi dia katakan kepada Vita."Nah ... kalau itu gue setuju! Lo harus kasih syarat itu pada si playboy cap kakap kelas teri!" seru Ara dengan semangat.Vita tidak menanggapi, kemudian dia pun menegak minuman namun seketika wanita itu menyemburkannya tepat di wajah Ara, membuat wanita tersebut seketika menatapnya dengan tajam."Vita!" tekan Ara dengan mata melotot hampir keluar, seakan dia sedang menatap mangsa yang siap disantapnya. "Lo itu punya mata nggak sih? Ini wajah, bukannya meja. Lo kalau mau nyembur itu bilang dulu. Gue gak butuh Mbah dukun!" gerutu Ara, "gue ini u