Aisyah menuruni tangga dituntun oleh Mama Rani dan juga Ara, sedangkan Vita berada di belakangnya. Dia terlihat begitu sangat cantik membuat semua orang yang ada di sana terpukau bahkan tak berkedip.Auranya sebagai seorang pengantin benar-benar terpancar, dan itu membuat Okta hanya bisa melongo sambil membuka mulutnya."Awas nanti ada laler masuk. Tutup mulutmu," ledek Papa Abraham.Okta sangat malu, dia pun menutup mulutnya, sementara Aisyah hanya terkekeh kecil melihat ekspresi dari calon suaminya.Dia duduk di sebelah Okta, kemudian Mama Rani duduk di belakang Aisyah sementara Ara berjalan menuju kursi kosong yang ada di sebelah Aldo."Aku kira kamu nggak akan datang," ucap Ara sambil menyenggol bahu Aldo."Jaga sikapmu wanita aneh! Di sini banyak orang," ujar Aldo dengan dingin."Baru ku senggol, belum ku cium. Gimana kalau aku cip-ok," celetuk Ara dan langsung mendapat tatapan tajam dari Aldo.Pria itu tidak habis pikir dengan sikap wanita yang berada di sebelahnya. Dia merasa
"Aku juga tidak tahu sayang, padahal kita tidak mengundangnya," jawab Okta dengan heran.Wanita itu maju menyalip pada Aldo dan juga Ara yang akan menaiki pelaminan, dia menatap penuh cinta ke arah Okta, sementara ke arah Aisyah dia melihatnya dengan kebencian."Selamat ya untuk pernikahan kalian," ucap Kanaya sambil memeluk tubuh Okta.Pria itu langsung menepis kasar dan melepaskan pelukan Kanaya. "Jaga sikapmu Kanaya!""Maaf, tapi aku tidak bisa melupakanmu. Walau kau sudah menikah dengan dia! Aku tidak peduli, karena aku akan tetap merebutmu." Kanaya berkata sambil tersenyum sinis ke arah Aisyah.Sementara wanita itu hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis, dia mengapit lengan Okta dengan manja."Kami tidak mengundang kamu ke sini, tapi kamu tiba-tiba saja datang seperti jelangkung," kekeh Aisyah, "terus kamu bilang tadi apa? Mau ngerebut Bang Okta dari aku? Silahkan! Kamu pikir aku takut? Enggak. Dan satu lagi ... kamu kalau seperti itu terkesan wanita rendahan sekali
Okta semakin mendekatkan wajahnya kepada Aisyah, membuat wanita itu menahan nafas dengan jantung yang sudah berdebar keras.Satu buah kecupan manis dan singkat mendarat di bibir Aisyah, membuat wanita tersebut seketika membulatkan matanya, hingga tatapan mereka terkunci satu sama lain.Akan tetapi Okta tidak melepaskan kecupannya, dia terus menempelkan bibir mereka hingga tiba-tiba Aisyah memalingkan wajahnya "Abang ... main kecup-kecup aja. Kita harus cepat ke bawah," ujar Aisyah dengan gugup.Padahal saat ini hatinya benar-benar sedang beriuforia, dia merasakan sebuah desiran yang begitu aneh mengalir di tubuhnya."Memangnya kenapa sayang? Kan kita sudah menikah, jadi tidak masalah dong walaupun seharusnya bukan kecu-pan, tapi sebuah hisa-pan," goda Okta kembali Aisyah semakin tersipu malu, dia mencubit pinggang Okta. "Dasar suami me-sum. Udah ayo kita ke bawah, semua tamu sudah menunggu. Nanti kalau telat bisa dimarahin mama dan papa," alibi Aisyah.Padahal dia hanya ingin menghi
"Bang, udah belum?" tanya Aisyah yang merasakan sedari tadi Okta hanya diam saja."Aah ... iya sayang maaf." Okta pun membuka resleting Aisyah dan kini terpampang lah punggung yang begitu mulus dan putih, membuatnya seketika menegak ledaknya dengan kasar.'Astaga! Punggungnya benar-benar mulus. Tidak, tahan ... tahan ... kasihan Aisyah dia pasti kelelahan.' batin Okta."Kamu mandi ya sayang, bersihkan badanmu dulu, aku keluar dulu," ujarnya dengan nada yang sedikit tertahan, kemudian dia keluar dari kamar mandi dan langsung mengusap wajahnya dengan kasar.Aisyah hanya menatap heran ke arah kepergian suaminya, namun dia juga merasa lega karena sedari tadi Aisyah malah menahan nafas saat Okta membuka resleting gaunnya.Setelah 20 menit Aisyah pun keluar dari kamar mandi dengan badan yang sedikit segar, karena dia sudah berendam air hangat dan pegal-pegal di kakinya dan badannya sudah mendingan."Bang, aku sudah. Kamu mandi gih," ucap Aisyah.Okta terpana saat melihat wanita itu yang tid
DEGH!Jantung Aisyah semakin berpacu dengan cepat saat mendengar ucapan Okta. Dia menganggukkan kepalanya dengan pelan, dan melIhat itu Okta pangsung menggendong tubuh Aisyah dan merebahkannya di ranjang king size."Jika kamu belum siap, aku akan menunggu," ucap Okta sambil menatap lekat wajah sang istri.Aisyah menggeleng, "Tidak Bang ... ku sudah siap. Malam ini aku adalah milik kamu, jadi tidak ada hal yang membuatku untuk menolak permintaan suamiku," jawab Aisyah dengan nada yang lembut.Mendengar hal itu Okta tersenyum bahagia dan jantung keduanya saat ini berdetak kencang seakan itu hal yang pertama kali untuk Aisyah, padahal mungkin untuk kesekian kalinya, namun tetap saja membuat Aisyah merasa deg-degan.Perlahan Okta mendekatkan wajahnya ke arah wajah sang istri, membuat Aisyah memejamkan mata menikmati setiap sentuhan yang akan diberikan oleh suaminya.Hingga tidak terasa bibir mereka pun menempel dan mulai bergerak seiring Irama, sementara tangan yang lain mulai menelusuri
"Papa mau ke mana?" tanya Aisyah saat melihat sang Papa sudah rapi dengan satu buah koper."Papa kan sudah bilang sama Okta, kalau selepas kalian menikah papa akan pergi ke luar negeri, sebab Perusahaan kita yang di sana sedang ada masalah," jawab apa Agam."Begitu ... apa secepat ini? Apa tidak bisa ditunda besok?" tanya Aisyah kembali."Tidak bisa Nak. Papa harus segera ke sana. Oh ya, kamu kan nanti akan tinggal di rumahnya Okta ingat ... turuti suamimu, jangan melawan dan jadilah istri yang baik," tutur Papa Agam sambil mengusap kepala Aisyah.Wanita tersebut langsung memeluk sang Papa rasanya berpisah sejenak saja membuat Aisyah begitu sangat merindukannya.Dia dan juga Okta mengantarkan Papa Agam ke bandara, dan selama di perjalanan Aisyah terus saja duduk di samping sang Papa sambil menyandarkan kepalanya di pundak."Pah, apa tidak bisa nanti saja? Entah kenapa Aisyah tidak ingin berpisah dengan papa," pinta Aisyah.Dia merasakan perasaan yang tak enak. Entah kenapa dia engga
Udara semakin terasa sesak, Aldo mengendurkan dasinya lalu dia membuka jasnya serta membuka dua kancing kemeja atasnya, membuat Ara menegak ludahnya dengan kasar.'Astag! Itu cowok lagi ngapain sih pakai buka jas sama kemeja segala? Dia nggak tahu apa kalau dia seperti itu, ketampanannya bertambah 1000 kali lipat.' batin Ara menatap lekat ke arah Aldo.Pria tersebut melihat Ara dari sudut ekor matanya, apalagi tubuh mereka terpantul dari cermin yang ada di dalam lift tersebut. 'Itu cewek kenapa dari tadi kakinya disilang terus?'"Hey! Are you okay? Kenapa dari tadi kaki kamu disilang? Kamu kebelet?" tebak Aldo.Ara menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil menunjukkan deretan gigi putihnya, lalu dia pun mengangguk kecil, "iya.""Ya sudah, kalau gitu kencing aja di sini," ledek Aldo."What! Are you crazy? Dasar cowok sinting! Gila kali ... emangnya gue bocah anak 5 tahun!" kesal Ara dengan wajah cemberut.Bibirnya menggerutu seperti mbah dukun yang sedang membaca mantra saat mendenga
Saat Ara akan masuk ke dalam ruangannya, tiba-tiba telinganya dijewer oleh seseorang. "Aduuh ... aduuh ... siapa sih yang jewer-jewer telinga gue?" gerutu Ara.Saat dia menengok ke arah samping ternyata ada Aldo, dan pria itu menampilkan wajah datarnya, kemudian Ara menepis tangan Aldo dengan kasar."Eh kentang balado! Ngapain sih lo jewer-jewer telinga gue? Lo pikir ini yupi. Kalau mau ... jewer aja telinga sendiri emangnya gue anak TK!" kesal Ara."Seharusnya bukan telinga kamu saja yang aku jewer, tapi aeharusnya kamu berdiri di depan kantor sambil menghadap tiang dengan tangan di atas kening, lalu kaki diangkat satu.""Hah! Emangnya gue bocah SD? Ada-ada aja. Udah ah gue mau kerja dulu. Kalau kamu mau ngajakin aku kencan, nanti ya pulang dari kantor." Ara mengedipkan sebelah matanya, membuat Aldo hanya bisa menggelengkan kepala."Tunggu dulu," ujar Aldo sambil menarik belakang baju Ara."Ada apa lagi sih kentang balado? Kamu kangen sama aku, hm?" godanya."Namaku itu Aldo, bukan