Okta semakin mendekatkan wajahnya kepada Aisyah, membuat wanita itu menahan nafas dengan jantung yang sudah berdebar keras.Satu buah kecupan manis dan singkat mendarat di bibir Aisyah, membuat wanita tersebut seketika membulatkan matanya, hingga tatapan mereka terkunci satu sama lain.Akan tetapi Okta tidak melepaskan kecupannya, dia terus menempelkan bibir mereka hingga tiba-tiba Aisyah memalingkan wajahnya "Abang ... main kecup-kecup aja. Kita harus cepat ke bawah," ujar Aisyah dengan gugup.Padahal saat ini hatinya benar-benar sedang beriuforia, dia merasakan sebuah desiran yang begitu aneh mengalir di tubuhnya."Memangnya kenapa sayang? Kan kita sudah menikah, jadi tidak masalah dong walaupun seharusnya bukan kecu-pan, tapi sebuah hisa-pan," goda Okta kembali Aisyah semakin tersipu malu, dia mencubit pinggang Okta. "Dasar suami me-sum. Udah ayo kita ke bawah, semua tamu sudah menunggu. Nanti kalau telat bisa dimarahin mama dan papa," alibi Aisyah.Padahal dia hanya ingin menghi
"Bang, udah belum?" tanya Aisyah yang merasakan sedari tadi Okta hanya diam saja."Aah ... iya sayang maaf." Okta pun membuka resleting Aisyah dan kini terpampang lah punggung yang begitu mulus dan putih, membuatnya seketika menegak ledaknya dengan kasar.'Astaga! Punggungnya benar-benar mulus. Tidak, tahan ... tahan ... kasihan Aisyah dia pasti kelelahan.' batin Okta."Kamu mandi ya sayang, bersihkan badanmu dulu, aku keluar dulu," ujarnya dengan nada yang sedikit tertahan, kemudian dia keluar dari kamar mandi dan langsung mengusap wajahnya dengan kasar.Aisyah hanya menatap heran ke arah kepergian suaminya, namun dia juga merasa lega karena sedari tadi Aisyah malah menahan nafas saat Okta membuka resleting gaunnya.Setelah 20 menit Aisyah pun keluar dari kamar mandi dengan badan yang sedikit segar, karena dia sudah berendam air hangat dan pegal-pegal di kakinya dan badannya sudah mendingan."Bang, aku sudah. Kamu mandi gih," ucap Aisyah.Okta terpana saat melihat wanita itu yang tid
DEGH!Jantung Aisyah semakin berpacu dengan cepat saat mendengar ucapan Okta. Dia menganggukkan kepalanya dengan pelan, dan melIhat itu Okta pangsung menggendong tubuh Aisyah dan merebahkannya di ranjang king size."Jika kamu belum siap, aku akan menunggu," ucap Okta sambil menatap lekat wajah sang istri.Aisyah menggeleng, "Tidak Bang ... ku sudah siap. Malam ini aku adalah milik kamu, jadi tidak ada hal yang membuatku untuk menolak permintaan suamiku," jawab Aisyah dengan nada yang lembut.Mendengar hal itu Okta tersenyum bahagia dan jantung keduanya saat ini berdetak kencang seakan itu hal yang pertama kali untuk Aisyah, padahal mungkin untuk kesekian kalinya, namun tetap saja membuat Aisyah merasa deg-degan.Perlahan Okta mendekatkan wajahnya ke arah wajah sang istri, membuat Aisyah memejamkan mata menikmati setiap sentuhan yang akan diberikan oleh suaminya.Hingga tidak terasa bibir mereka pun menempel dan mulai bergerak seiring Irama, sementara tangan yang lain mulai menelusuri
"Papa mau ke mana?" tanya Aisyah saat melihat sang Papa sudah rapi dengan satu buah koper."Papa kan sudah bilang sama Okta, kalau selepas kalian menikah papa akan pergi ke luar negeri, sebab Perusahaan kita yang di sana sedang ada masalah," jawab apa Agam."Begitu ... apa secepat ini? Apa tidak bisa ditunda besok?" tanya Aisyah kembali."Tidak bisa Nak. Papa harus segera ke sana. Oh ya, kamu kan nanti akan tinggal di rumahnya Okta ingat ... turuti suamimu, jangan melawan dan jadilah istri yang baik," tutur Papa Agam sambil mengusap kepala Aisyah.Wanita tersebut langsung memeluk sang Papa rasanya berpisah sejenak saja membuat Aisyah begitu sangat merindukannya.Dia dan juga Okta mengantarkan Papa Agam ke bandara, dan selama di perjalanan Aisyah terus saja duduk di samping sang Papa sambil menyandarkan kepalanya di pundak."Pah, apa tidak bisa nanti saja? Entah kenapa Aisyah tidak ingin berpisah dengan papa," pinta Aisyah.Dia merasakan perasaan yang tak enak. Entah kenapa dia engga
Udara semakin terasa sesak, Aldo mengendurkan dasinya lalu dia membuka jasnya serta membuka dua kancing kemeja atasnya, membuat Ara menegak ludahnya dengan kasar.'Astag! Itu cowok lagi ngapain sih pakai buka jas sama kemeja segala? Dia nggak tahu apa kalau dia seperti itu, ketampanannya bertambah 1000 kali lipat.' batin Ara menatap lekat ke arah Aldo.Pria tersebut melihat Ara dari sudut ekor matanya, apalagi tubuh mereka terpantul dari cermin yang ada di dalam lift tersebut. 'Itu cewek kenapa dari tadi kakinya disilang terus?'"Hey! Are you okay? Kenapa dari tadi kaki kamu disilang? Kamu kebelet?" tebak Aldo.Ara menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil menunjukkan deretan gigi putihnya, lalu dia pun mengangguk kecil, "iya.""Ya sudah, kalau gitu kencing aja di sini," ledek Aldo."What! Are you crazy? Dasar cowok sinting! Gila kali ... emangnya gue bocah anak 5 tahun!" kesal Ara dengan wajah cemberut.Bibirnya menggerutu seperti mbah dukun yang sedang membaca mantra saat mendenga
Saat Ara akan masuk ke dalam ruangannya, tiba-tiba telinganya dijewer oleh seseorang. "Aduuh ... aduuh ... siapa sih yang jewer-jewer telinga gue?" gerutu Ara.Saat dia menengok ke arah samping ternyata ada Aldo, dan pria itu menampilkan wajah datarnya, kemudian Ara menepis tangan Aldo dengan kasar."Eh kentang balado! Ngapain sih lo jewer-jewer telinga gue? Lo pikir ini yupi. Kalau mau ... jewer aja telinga sendiri emangnya gue anak TK!" kesal Ara."Seharusnya bukan telinga kamu saja yang aku jewer, tapi aeharusnya kamu berdiri di depan kantor sambil menghadap tiang dengan tangan di atas kening, lalu kaki diangkat satu.""Hah! Emangnya gue bocah SD? Ada-ada aja. Udah ah gue mau kerja dulu. Kalau kamu mau ngajakin aku kencan, nanti ya pulang dari kantor." Ara mengedipkan sebelah matanya, membuat Aldo hanya bisa menggelengkan kepala."Tunggu dulu," ujar Aldo sambil menarik belakang baju Ara."Ada apa lagi sih kentang balado? Kamu kangen sama aku, hm?" godanya."Namaku itu Aldo, bukan
"Enggak apa-apa Bang. Kamu tau nggak! India itu negara yang paling ingin aku singgahi," ujar Aisyah."Oh ya? Kenapa begitu?" tanya Okta saat mereka sudah berada di dalam jet."Dulu waktu aku kecil, Mama itu sering menyanyikan aku lagu India dan kamu tahu Bang ... dari situ aku mulai menyukainya bahkan dibandingkan dengan aktor-aktor tampan Korea atau Jepang, China dan lain-lain, aku lebih dominan ke India. Karena selain mereka tampan walaupun umurnya sudah tidak muda lagi, tapi aku menyukai film dan juga lagu-lagu mereka," jelas Aisyah."Jadi kamu tidak suka opak-opak Korea?""Oppa Mas ... bukan opak. Emangnya makanan?" kekeh Aisyah."Sama saja, lagi pula ku heran aja kenapa semua cewek-cewek terikat dengan para Oppa? Padahal mata mereka sipit, masih tampanan juga aku." Okta merapikan jaketnya membuat Aisyah tertawa kecil.Dia kemudian mengapit lengan sang suami dengan manja. "Walaupun aku sangat mengidolakan aktor-aktor India, tapi tetap saja kamu yang paling tampan di mataku.""Da
"Halo selamat sore," ucap Mama Rani saat telepon tersambung."Apa!" kaget Mama Rani, seketika ponselnya langsung terjatuh berbarengan dengan tubuhnya yang luruh ke sofa.Tatapannya kosong dengan air mata yang sudah mengalir, kepalanya menggeleng dengan kuat membuat Lusi yang berada di sampingnya merasa heran dan panik juga"Mah ... Mama kenapa?" tanya Lusi dengan wajah yang sudah dilanda kecemasan."Nggak ... nggak mungkin. Nnggak mungkin!" teriak Mama Rani."Nggak mungkin kenapa, Mah? Mama coba cerita sama Lusi. Mama, ada apa?"Mama Rani langsung memeluk tubuh Lusi, dia menangis tersedu-sedu membuat Lusi merasa semakin bingung, tapi dia juga tidak bisa berkata apapun."Papah, Lusi ... Papa," ucap Mama Rani dengan suara yang purau."Papa kenapa, Mah? Papa udah naik pesawat kan?" Mama Rani menganggukan kepalanya. "Ya, terus?" bingungnya."Pesawat yang dinaiki papa jatuh dan hilang kontak, dan sekarang pihak bandara sedang melacaknya. Katanya titik terakhir ada di tengah laut. Mama sang