"Papa mau ke mana?" tanya Aisyah saat melihat sang Papa sudah rapi dengan satu buah koper."Papa kan sudah bilang sama Okta, kalau selepas kalian menikah papa akan pergi ke luar negeri, sebab Perusahaan kita yang di sana sedang ada masalah," jawab apa Agam."Begitu ... apa secepat ini? Apa tidak bisa ditunda besok?" tanya Aisyah kembali."Tidak bisa Nak. Papa harus segera ke sana. Oh ya, kamu kan nanti akan tinggal di rumahnya Okta ingat ... turuti suamimu, jangan melawan dan jadilah istri yang baik," tutur Papa Agam sambil mengusap kepala Aisyah.Wanita tersebut langsung memeluk sang Papa rasanya berpisah sejenak saja membuat Aisyah begitu sangat merindukannya.Dia dan juga Okta mengantarkan Papa Agam ke bandara, dan selama di perjalanan Aisyah terus saja duduk di samping sang Papa sambil menyandarkan kepalanya di pundak."Pah, apa tidak bisa nanti saja? Entah kenapa Aisyah tidak ingin berpisah dengan papa," pinta Aisyah.Dia merasakan perasaan yang tak enak. Entah kenapa dia engga
Udara semakin terasa sesak, Aldo mengendurkan dasinya lalu dia membuka jasnya serta membuka dua kancing kemeja atasnya, membuat Ara menegak ludahnya dengan kasar.'Astag! Itu cowok lagi ngapain sih pakai buka jas sama kemeja segala? Dia nggak tahu apa kalau dia seperti itu, ketampanannya bertambah 1000 kali lipat.' batin Ara menatap lekat ke arah Aldo.Pria tersebut melihat Ara dari sudut ekor matanya, apalagi tubuh mereka terpantul dari cermin yang ada di dalam lift tersebut. 'Itu cewek kenapa dari tadi kakinya disilang terus?'"Hey! Are you okay? Kenapa dari tadi kaki kamu disilang? Kamu kebelet?" tebak Aldo.Ara menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil menunjukkan deretan gigi putihnya, lalu dia pun mengangguk kecil, "iya.""Ya sudah, kalau gitu kencing aja di sini," ledek Aldo."What! Are you crazy? Dasar cowok sinting! Gila kali ... emangnya gue bocah anak 5 tahun!" kesal Ara dengan wajah cemberut.Bibirnya menggerutu seperti mbah dukun yang sedang membaca mantra saat mendenga
Saat Ara akan masuk ke dalam ruangannya, tiba-tiba telinganya dijewer oleh seseorang. "Aduuh ... aduuh ... siapa sih yang jewer-jewer telinga gue?" gerutu Ara.Saat dia menengok ke arah samping ternyata ada Aldo, dan pria itu menampilkan wajah datarnya, kemudian Ara menepis tangan Aldo dengan kasar."Eh kentang balado! Ngapain sih lo jewer-jewer telinga gue? Lo pikir ini yupi. Kalau mau ... jewer aja telinga sendiri emangnya gue anak TK!" kesal Ara."Seharusnya bukan telinga kamu saja yang aku jewer, tapi aeharusnya kamu berdiri di depan kantor sambil menghadap tiang dengan tangan di atas kening, lalu kaki diangkat satu.""Hah! Emangnya gue bocah SD? Ada-ada aja. Udah ah gue mau kerja dulu. Kalau kamu mau ngajakin aku kencan, nanti ya pulang dari kantor." Ara mengedipkan sebelah matanya, membuat Aldo hanya bisa menggelengkan kepala."Tunggu dulu," ujar Aldo sambil menarik belakang baju Ara."Ada apa lagi sih kentang balado? Kamu kangen sama aku, hm?" godanya."Namaku itu Aldo, bukan
"Enggak apa-apa Bang. Kamu tau nggak! India itu negara yang paling ingin aku singgahi," ujar Aisyah."Oh ya? Kenapa begitu?" tanya Okta saat mereka sudah berada di dalam jet."Dulu waktu aku kecil, Mama itu sering menyanyikan aku lagu India dan kamu tahu Bang ... dari situ aku mulai menyukainya bahkan dibandingkan dengan aktor-aktor tampan Korea atau Jepang, China dan lain-lain, aku lebih dominan ke India. Karena selain mereka tampan walaupun umurnya sudah tidak muda lagi, tapi aku menyukai film dan juga lagu-lagu mereka," jelas Aisyah."Jadi kamu tidak suka opak-opak Korea?""Oppa Mas ... bukan opak. Emangnya makanan?" kekeh Aisyah."Sama saja, lagi pula ku heran aja kenapa semua cewek-cewek terikat dengan para Oppa? Padahal mata mereka sipit, masih tampanan juga aku." Okta merapikan jaketnya membuat Aisyah tertawa kecil.Dia kemudian mengapit lengan sang suami dengan manja. "Walaupun aku sangat mengidolakan aktor-aktor India, tapi tetap saja kamu yang paling tampan di mataku.""Da
"Halo selamat sore," ucap Mama Rani saat telepon tersambung."Apa!" kaget Mama Rani, seketika ponselnya langsung terjatuh berbarengan dengan tubuhnya yang luruh ke sofa.Tatapannya kosong dengan air mata yang sudah mengalir, kepalanya menggeleng dengan kuat membuat Lusi yang berada di sampingnya merasa heran dan panik juga"Mah ... Mama kenapa?" tanya Lusi dengan wajah yang sudah dilanda kecemasan."Nggak ... nggak mungkin. Nnggak mungkin!" teriak Mama Rani."Nggak mungkin kenapa, Mah? Mama coba cerita sama Lusi. Mama, ada apa?"Mama Rani langsung memeluk tubuh Lusi, dia menangis tersedu-sedu membuat Lusi merasa semakin bingung, tapi dia juga tidak bisa berkata apapun."Papah, Lusi ... Papa," ucap Mama Rani dengan suara yang purau."Papa kenapa, Mah? Papa udah naik pesawat kan?" Mama Rani menganggukan kepalanya. "Ya, terus?" bingungnya."Pesawat yang dinaiki papa jatuh dan hilang kontak, dan sekarang pihak bandara sedang melacaknya. Katanya titik terakhir ada di tengah laut. Mama sang
"Sayang_ ini adalah rumah nenekku," ujar Okta saat mereka tiba di sebuah rumah yang megah namun khas orang India."Waah! Rumahnya megah sekali ya Bang? Persis seperti di serial-serial film India itu yang sering aku tonton," jawab Aisyah sambil menatap kagum ke arah rumah tersebut.Dia merasa seperti sedang bermain film serial kesukaannya, sementara kopernya dibawa oleh pelayan."Selamat datang cucuku!" sambut seorang nenek tua sambil memeluk tubuh Okta"Nenek ..." Okta mencium tangan wanita itu.Namun saat Okta akan memeluknya, bukan sebuah pelukan yang dia dapat tetapi sebuah jeweran di telinganya, membuat Aisyah hanya menatapnya dengan heran."Aduh Nek ... aduh ... kok telinga Okta malah dijewer sih? Cucu datang itu bukannya dipeluk, dicium, dikasih manisan tapi malah dijewer?" rungut Okta sambil mengusap telinganya."Begini ya kamu ... nikah tidak mengundang nenek dan sekarang kamu datang setelah sekian lama. Terakhir kamu dari sini 3 tahun yang lalu. Apa sebegitu tidak rindukah ka
"Kamu kenapa Bang? Kok mukanya ditekuk kayak gitu sih?" tanya Aisyah saat melihat Okta menekuk wajahnya waktu berada di meja makan."Iya, kamu tidak suka ya datang ke rumahnya nenek? Ya sudah, kalau kamu tidak suka pergi saja dari sini!" marah nenek Paramita sambil berkacak pinggang dan menatap tajam ke arah cucunya."Eh Nenek ... kok malah bilang seperti itu?" Okta mulai merangkul pundak sang nenek dan bermanja-manja dengannya. "Okta datang ke sini karena Okta sangat merindukan Nenek, tapi Okta tidak suka dengan peliharaan nenek, apalagi yang bernama Palu. Nenek tahu tidak--""Salu, bukan Palu. Kau pikir temannya linggis sama gergaji?" potong Nenek Paramita."Iya, iya ... namanya Salu. Tapi kan Palu sama Salu 11 12 Nek, cuma beda huruf S sama P saja. Gara-gara peliharaan Nenek yang indehoy itu ... tangan aku masa diberakin sama dia? Nyebelin banget!" adu Okta sambil menatap tajam ke arah ayam yang sedang bertengger di dalam kandang yang ada di dapur tersebut.Seakan mengerti, Salu pu
"Okta, kamu datang kenapa tidak mengabariku aku? Aku sangat merindukanmu Okta," ucap wanita itu dengan antusias sambil memeluk tubuh Okta.Okta yang merasa risih segera melepaskan pelukan tersebut. "Laksmi, tolong lepaskan!" pintanya."Kenapa? Biasanya kau tidak masalah jika ku peluk?" Wanita itu berkata dengan nada sedikit manja."Jslas aja Okta merasa risih, di sini ada istrinya, Laksmi, kau harus menjaga sikap," ucap nenek Paramita.Kedua bola mata Laksmi membulat saat mendengar kata istri, lalu dia menatap ke arah Okta meminta jawaban dari pria tersebut, dan nota hanya menganggukan kepalanya."K-kau sudah me-menikah?" tanya Laksmi dengan kaget, dan Okta mengangguk mantap. "L-lalu, mana istrimu?" tanyanya dengan gugup."Itu ..." tunjuk Okta pada Aisyah, "Sayang perkenalkan, dia adalah Laksmi, anak sahabat dari nenek Paramita. Dan Laksmi perkenalkan ... dia adalah Aisyah, istriku."Aisyah mengulurkan tangannya, tetapi Laksmi hanya diam saja menatap lekat ke arah wanita berjilbab itu
Acara ijab qobul pun di langsungkan dengan sangat khidmat, membuat semua yang ada di sana menitikan air mata karena haru, apalagi saat kedua pengantin sungkem pada kedua orang tuanya.Aisyah tak kalah bahagianya saat melihat pernikahan kedua sahabatnya. Dia benar- benar beruntung sebab Ara maupun Vita akhirnya bisa menemukan tambatan hati mereka."Sayang, kamu mau makan gak?" tanya Okta sambil duduk di sebelah sang istri."Nggak Bang, aku gak laper," jawab Aish.Tak terasa waktu cepat berlalu, Aisyah sudah pulabg kerumah dan nanti malam ia akan menghadiri pesta pernikahan kedua sahabatnya...."Sayang, kamu udah siap belum?" tanya Okta karena Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 malam."Sudah Bang. Ayo kita berangkat sekarang nanti kemalaman," jawab Aisyah sambil menggandeng tangan Okta.Mereka berpapasan dengan Kanaya. Aisyah sebenarnya mengajak wanita itu tapi Kanaya menolak sebab dia merasa kurang enak badan.Sesampainya di tempat gedung acara, Aisyah melihat kedua sahabatnya sedang
Pagi ini sesuai dengan ucapan Okta, jika dia tidak akan masuk kerja dan akan menghabiskan waktu bersama dengan Aisyah. Pria itu sudah bersiap-siap dan membuat sang istri merasa heran."Memangnya kita mau ke mana, Bang?" Aisyah menatap lekat ke arah suaminya yang saat ini tengah duduk di sampingnya."Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?" kekeh Okta dengan nada meledek.Mendengar jawaban suaminya Aisyah langsung mencubit tangan Okta dengan gemas. Dia paling tidak menyukai kata-kata seperti itu, karena menurut Aisyah kata-kata itu bukan hal yang baik."Stop mengucapkan kata-kata seperti itu! Aku tidak suka." Aisyah menekuk wajahnya."Loh, memangnya kenapa sayang? Itu kan kata-kata yang lagi viral, seperti bercanda."Aisyah menatap dalam ke arah sang suami kemudian dia pun berkata, "sesuatu yang viral jika hal positif dan untuk kebaikan itu tidak masalah, tapi kata-kata itu un-faedah. Kamu tahu! Banyak di luaran sana anak kecil ditanya orang tuanya, dan jawabannya apa? Kamu nanya? Kamu bertan
Kanaya cukup terkejut saat melihat siapa orang itu, dan dia mendekat ke arah Kanaya. "Kamu sedang apa di sini?" tanyanya."Ini, aku baru saja membeli ketoprak untuk Aisyah." Kanaya menunjukkan 2 bungkus ketoprak yang ada di tangannya.Wanita yang berada di hadapan Kanaya mengangkat satu alisnya. "Kau tidak sedang meracuni Aisyah kan?" Kemudian dia mencengkeram lengan Kanaya, "jika kau berani mengusik Aisyah dan menghancurkan keluarganya, aku tidak akan segan-segan untuk menghancurkan hidupmu, paham!" gertak wanita itu yang tak lain adalah Vita.Dia baru saja pulang dari kantor, akan tetapi tidak sengaja melihat Kanaya yang sedang membeli sesuatu di pinggir jalan. Wanita itu pun berinisiatif untuk menghampirinya.Mendengar ancaman dari Vita membuat Kanaya hanya bisa tersenyum. "Kau sedang mengancamku?" tanyanya dengan nada mengejek."Jika kau menganggap Itu adalah sebuah ancaman." Vita mengangkat kedua bahunya dengan acuh.Sayangnya Kanaya tidak takut, karena memang dia tidak ada niata
Pagi ini Aisyah tidak ingin sarapan, dia masih menginginkan makanan yang semalam. Akan tetapi Okta harus pergi ke kantor pagi-pagi karena ada meeting penting yang harus ia hadiri."Tapi Bang, aku pengen empek-empek. Apa kamu tidak bisa membelikannya terlebih dahulu?" pinta Aisyah dengan tatapan memelas."Maafkan aku sayang, tapi vendor dari Amerika ini tidak bisa aku tunda." Okta mencoba untuk memberi pengertian kepada Aisyah, dia juga tidak bisa mewakilkan kepada asistennya.Mau tidak mau, akhirnya Aisyah pun mengangguk kemudian mereka berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah."Kamu kenapa, kok mukanya ditekuk kayak gitu sih?" tanya Mama Rani saat melihat Aisyah sampai di meja makan."Ini Mah, semalam aku tuh pengen pempek tapi belum kesampaian juga," jawab Aisyah dengan cemberut.Mama Rani mengangguk, "ya sudah, kalau gitu biar nanti mama suruh pelayan buat membelikannya.""Nggak ah Mah, aku udah nggak berselera," ujar Aisyah.Okta yang mendengar itu pun merasa tak enak. Dia tau
"Ya iyalah ... emangnya Aldo nggak bilang sama lo kalau kita bakalan prewedding sama-sama?" jawab Vita sambil menatap ke arah Aldo yang saat ini tengah duduk santai di samping Ara.Seketika wanita itu pun menatap ke arah calon suaminya dan di sana Aldo langsung menganggukkan kepalanya. "Iya, maaf sayang aku lupa semalam tidak bilang sama kamu.""Jadi ini definisi dua sahabat prewedding bersama. Di pelaminan bersama juga. Jangan-jangan nanti malam pertamanya juga bersama," celetuk Ara.Akhirnya mereka pun melakukan foto prewedding di pantai tersebut, hingga setelah jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang mereka berinisiatif untuk menuju sebuah restoran yang ada di pinggir pantai."Sayang sekali ya Aisyah tidak bisa ikut?" tanya Vita."Wajar saja, dia kan lagi hamil. Memangnya kalau nanti terjadi apa-apa dengan kandungannya kamu mau tanggung jawab hah?" Ara menaik turunkan alisnya sambil mencebik kesal."Iya, kan kita ini 3 bestie. Rasanya kalau Aisyah tidak ikut ada yang kurang." Vita
Pagi ini Aisyah sudah bersiap-siap dan dia akan ke rumah sakit untuk USG. Kebetulan Okta juga sudah membuat janji dengan salah satu dokter kandungan di sana."Kalian hati-hati di jalan ya," ujar Mama Rani sambil mengusap kepala Aisyah yang terbaru dengan hijab."Iya Mah," jawab Aisyah kemudian dia mencium tangan mamanya. "Kalau begitu kami pamit dulu ya, assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Selama dalam perjalanan bahkan Okta tidak henti-hentinya mengusap perut Aisyah yang masih rata. Dia benar-benar sangat bahagia karena sebentar lagi mereka akan segera menimang seorang bayi yang sangat lucu."Oh ya sayang, kamu mau anak perempuan atau laki-laki?" tanya Okta kepada Aisyah."Kalau aku sih terserah ya Bang ... sedikasihnya saja sama Allah. Lagi pula, anak itu kan rezeki dan titipan, jadi aku tidak ingin memilih. Apapun yang diberikan oleh Tuhan maka aku akan menerimanya dengan sangat bahagia," tutur Aisyah sambil mengusap perutnya.Okta yang mendengar itu pun langsung mengusap kepala Ai
Aisyah dibaringkan di kasur dan Mama Rani langsung menelpon dokter dari keluarganya. Tak lama dokter pun datang dan langsung memeriksa keadaan Aisyahm"Bagaimana Dok keadaan anak saya? Dia baik-baik aja kan?" tanya papa Agam dengan khawatir."Nona muda baik-baik saja, dan perkiraan saya dia sedang hamil," jawab dokter tersebut."Apa! Hamil?" jawab semua orang yang serempak yang ada di sana dan langsung dibalas anggukan oleh dokter tersebut."Alhamdulillah ya Allah ... akhirnya kita punya cucu lagi Pah!" seru mama Rani dengan bahagia sambil memeluk tubuh suaminya.Okta pun menatap istrinya yang saat ini sudah membuka mata, dia langsung mengecup seluruh wajah Aisyah di hadapan semua orang bahkan tanpa canggung sedikitpun."Terima kasih ya sayang, akhirnya yang kita nantikan akan segera menjadi kenyataan," ujar Okta."Iya Bang," jawab Aisyah tak kalah terharu.Kemudian dokter pun pulang dari sana setelah memberikan vitamin, dan dia menyarankan agar Aisyah besok menuju rumah sakit untuk m
"Bagaimana? Apa kau setuju dengan syarat yang ku ajukan?" Vita menatap miring ke arah Boy.Setelah pria itu membaca dengan seksama tanpa menjawab ucapan Vita, dia langsung menandatangani di atas materai, membuat Vita seketika melongo karena tak menyangka jika Boy akan setuju dengan syarat yang diajukan."Apa! Jadi lo setuju dengan syarat yang gue ajuin? Lo nggak merasa keberatan gitu?" Heran Vita dengan wajah yang masih terkejut.Boy menggelengkan kepalanya dengan tegas, kemudian dia menggenggam kedua tangan Vita dan menatapnya dengan dalam."Aku sudah bilang, aku ini serius. Aku tidak main-main. Dan stop memanggil lo dan gue! Di sini hanya ada kita, jadi cukup aku dan kamu saja. Aku tidak peduli mau kamu meminta mahar berupa perusahaanku juga tidak masalah. Jangankan hanya satu buah rumah yang harganya 1 miliar dengan satu mobil Alphard serta satu set berlian, bahkan semua akan ku berikan padamu sebagai tanda keseriusanku.""Tapi ..." Vita seakan ragu karena menurut dia mahar yang di
Kemudian Aisyah pun membisikkan sesuatu di telinga Vita, sehingga membuat wanita itu akhirnya manggut-manggut."Kalian ini bicara apa sih? Gue nggak dikasih tahu nih?" Ara menekuk wajahnya membuat Aisyah dan Vita seketika terkekeh."Lo nggak usah tahu!" Timpal Vita sambil mengaduk jus yang berada di hadapannya."Pelit banget sih lo. Udah cepetan gue penasaran nih!" desak Ara, kemudian Aisyah pun membisikan apa yang tadi dia katakan kepada Vita."Nah ... kalau itu gue setuju! Lo harus kasih syarat itu pada si playboy cap kakap kelas teri!" seru Ara dengan semangat.Vita tidak menanggapi, kemudian dia pun menegak minuman namun seketika wanita itu menyemburkannya tepat di wajah Ara, membuat wanita tersebut seketika menatapnya dengan tajam."Vita!" tekan Ara dengan mata melotot hampir keluar, seakan dia sedang menatap mangsa yang siap disantapnya. "Lo itu punya mata nggak sih? Ini wajah, bukannya meja. Lo kalau mau nyembur itu bilang dulu. Gue gak butuh Mbah dukun!" gerutu Ara, "gue ini u