"Sayang_ ini adalah rumah nenekku," ujar Okta saat mereka tiba di sebuah rumah yang megah namun khas orang India."Waah! Rumahnya megah sekali ya Bang? Persis seperti di serial-serial film India itu yang sering aku tonton," jawab Aisyah sambil menatap kagum ke arah rumah tersebut.Dia merasa seperti sedang bermain film serial kesukaannya, sementara kopernya dibawa oleh pelayan."Selamat datang cucuku!" sambut seorang nenek tua sambil memeluk tubuh Okta"Nenek ..." Okta mencium tangan wanita itu.Namun saat Okta akan memeluknya, bukan sebuah pelukan yang dia dapat tetapi sebuah jeweran di telinganya, membuat Aisyah hanya menatapnya dengan heran."Aduh Nek ... aduh ... kok telinga Okta malah dijewer sih? Cucu datang itu bukannya dipeluk, dicium, dikasih manisan tapi malah dijewer?" rungut Okta sambil mengusap telinganya."Begini ya kamu ... nikah tidak mengundang nenek dan sekarang kamu datang setelah sekian lama. Terakhir kamu dari sini 3 tahun yang lalu. Apa sebegitu tidak rindukah ka
"Kamu kenapa Bang? Kok mukanya ditekuk kayak gitu sih?" tanya Aisyah saat melihat Okta menekuk wajahnya waktu berada di meja makan."Iya, kamu tidak suka ya datang ke rumahnya nenek? Ya sudah, kalau kamu tidak suka pergi saja dari sini!" marah nenek Paramita sambil berkacak pinggang dan menatap tajam ke arah cucunya."Eh Nenek ... kok malah bilang seperti itu?" Okta mulai merangkul pundak sang nenek dan bermanja-manja dengannya. "Okta datang ke sini karena Okta sangat merindukan Nenek, tapi Okta tidak suka dengan peliharaan nenek, apalagi yang bernama Palu. Nenek tahu tidak--""Salu, bukan Palu. Kau pikir temannya linggis sama gergaji?" potong Nenek Paramita."Iya, iya ... namanya Salu. Tapi kan Palu sama Salu 11 12 Nek, cuma beda huruf S sama P saja. Gara-gara peliharaan Nenek yang indehoy itu ... tangan aku masa diberakin sama dia? Nyebelin banget!" adu Okta sambil menatap tajam ke arah ayam yang sedang bertengger di dalam kandang yang ada di dapur tersebut.Seakan mengerti, Salu pu
"Okta, kamu datang kenapa tidak mengabariku aku? Aku sangat merindukanmu Okta," ucap wanita itu dengan antusias sambil memeluk tubuh Okta.Okta yang merasa risih segera melepaskan pelukan tersebut. "Laksmi, tolong lepaskan!" pintanya."Kenapa? Biasanya kau tidak masalah jika ku peluk?" Wanita itu berkata dengan nada sedikit manja."Jslas aja Okta merasa risih, di sini ada istrinya, Laksmi, kau harus menjaga sikap," ucap nenek Paramita.Kedua bola mata Laksmi membulat saat mendengar kata istri, lalu dia menatap ke arah Okta meminta jawaban dari pria tersebut, dan nota hanya menganggukan kepalanya."K-kau sudah me-menikah?" tanya Laksmi dengan kaget, dan Okta mengangguk mantap. "L-lalu, mana istrimu?" tanyanya dengan gugup."Itu ..." tunjuk Okta pada Aisyah, "Sayang perkenalkan, dia adalah Laksmi, anak sahabat dari nenek Paramita. Dan Laksmi perkenalkan ... dia adalah Aisyah, istriku."Aisyah mengulurkan tangannya, tetapi Laksmi hanya diam saja menatap lekat ke arah wanita berjilbab itu
"Seharusnya kamu bisa menjaga sikap, karena tadi kan ada istrinya Okta. Tidak enak. Bagaimana kalau dia marah," ucap nenek Paramita."Nek ... Nenek kan tahu kalau aku itu suka sama Okta? Nenek juga mendukung kan? Dan jangan lupa! Nenek juga berjanji menjodohkan ku dengan Okta, tapi sekarang apa Nek? Dia sudah menikah, dan Nenek tidak memberitahuku. Jenek tahu hancurnya aku seperti apa?" ujar seorang wanita yang Aisyah yakini itu adalah Laksmi."Iya nenek tahu Laksmi, tapi apa Nenek bisa mencegah pilihan Okta? Dia mempunyai pilihannya sendiri.""Pokoknya aku tidak mau tahu. Nenek harus membantuku untuk dekat kembali dengan Okta! Lagi pula, selera dia itu sangat rendah. Lihat saja penampilannya! Bahkan masih cantik dan juga seksian aku Nek," cetus Laksmi."Ya mau bagaimana lagi? Nenek tidak bisa untuk mengekang Okta, apalagi dia sudah menikah. Apa kamu sudah gila? Nenek harus memisahkan mereka? Tidak. Nenek tidak mau. Okta begitu sangat mencintai Aisyah, bagaimana mungkin tega nenek mem
"Diamlah sayang! Nanti nenek dengar tidak enak. Ayo!" ajak Okta sambil menuntun Aisyah menuju ranjang."Mau ngapain? Aku kan belum mandi Bang, badan aku masih lengket, bau tahu ...""Tapi aku udah nggak kuat," ujar Okta sambil menggaruk kepalanya.Aisyah hanya menggeleng dengan pelan, "sabar ... aku mandi dulu ya nanti keburu malam juga nggak bagus buat kesehatan."Akhirnya Okta membiarkan Aisyah untuk membersihkan diri, dan setelah wanita itu selesai dengan rutinitasnya dia pun menghampiri Okta yang sedang duduk di ranjang."Jadi kenapa, Bang?"Tanpa berkata apapun Okta langsung membalikkan badannya dengan telungkup, membuat Aisyah seketika mengerutkan keningnya dengan heran."Mau ngapain Bang? Kok telungkup?" tanya Aisyah dengan bingung."Aku mau minta kamu untuk pijitin, badanku terasa pegal sekali sayang.""Aalah ... jadi Abang mau minta aku mijat? Aku pikir ...?" Aisyah menggantung kan ucapannya.Mendengar hal itu Okta langsung membalikkan badannya kemudian dia menarik tubuh Ais
"Maafkan aku! Aku tidak bisa. Aku ke sini untuk bulan madu bersama dengan istriku, jadi aku akan membawanya keliling negara India." tolak Okta dengan halus.Dia menatap ke arah sang nenek. "Nek, maafkan Okta ya ... Okta tidak bisa merayakannya kali ini.xl""Tidak apa-apa Nak. Bawa Aisyah jalan-jalan! Dia harus tahu bahwa negara ini sangat indah," ujar nenek Paramita sambil menatap sendu ke arah Aisyah."Nenek benar. Aisyah itu sangat mengagumi India, bahkan nenek tahu! Setiap hari dia selalu memutar lagu India di mana idolanya adalah King Bollywood, tahu sendiri kan siapa dia? Padahal jika dibandingkan dengan aktor itu, tubuhnya tidak jauh beda denganku. Bahkan masih tampanan juga aku," kelakar Okta sambil mengedipkan sebelah matanya.Nenek Paramita terkekeh, begitu pula dengan Aisyah. Sementara Laksmi hanya memanyunkan bibirnya saja karena dia masih merasa kesal dengan penolakan Okta.Setelah sarapan selesai Okta dan Aisyah pun bersiap-siap, mereka menaiki lantai atas menuju kamar un
Aldo semakin mendekatkan tubuhnya ke arah Rara, membuat degup jantung wanita itu berdetak kencang. Dan tiba-tiba Rara menahan nafas karena dia merasa pasokan oksigen di dalam mobil itu kian menipis.'Astaga! Apa dia akan menciumku?' batin Ara dengan susah payah meneguk ludahnya dengan kasar."Kenapa? Nggak usah tegang itu. Bukankah tadi kau yang menantangku, hm?" tanya Aldo sambil menaik turunkan alisnya."Mau apa kau, hah? Menjauh dariku!" Ara mendorong dada bidang Aldo, akan tetapi tenaganya tidak seberapa.Aldo begitu menikmati wajah tegang Ara, seperti sedang ketakutan. "Ke mana wajah mu tadi yang menantangku hah? Bukankah tadi kau yang seakan berani, tapi sekarang kenapa nyalimu menciut?" ledek Aldo.Cara mengeraskan rahangnya, dia merasa kesal kemudian kembali mendorong dada bidang Aldo, namun tetap saja tenaga Aldo 10 kali lipat."Mau apa kau? Menjauh dariku!" ucap Ara dengan gugup.Tapi Aldo tidak peduli, hingga wajah mereka hanya berjarak beberapa centi, membuat Ara seketika
"Okta!" teriak seseorang.Dan saat Okta berbalik, orang itu langsung menabrak dan memeluk tubuhnya. "Astaga Bro! Kenapa kau baru ke sini? Tidakkah kau tahu aku begitu merindukanmu," ucap orang itu sambil menepuk bahu Okta sedikit keras."Sanjay, apa kabar?" tanya Okta dengan wajah yang senang saat melihat saudaranya kembali."Kabar baik. Apalagi setelah melihat wajahmu. Tapi ngomong-ngomong, kau ke mana saja? Kenapa baru ke sini lagi, hah? Saat aku mendengarmu balik ke sini, aku langsung mengambil penerbangan dan aku langsung pulang," ujar Sanjay sambil menaik turunkan alisnya."Aku ada, kau kan tahu pekerjaanku itu sangat banyak," jawab Okta.Pandangan Sanjay mengarah kepada Aisyah, "dia siapa? Apakah dia istrimu?"Okta menganggukan kepalanya, "Iya, dia adalah Aisyah, istriku. Dan sayang perkenalkan, dia adalah Sanjay sepupuku."Sanjay langsung mengulurkan tangannya, kemudian Aisyah menolak dengan menangkupkan tangannya di depan dada saya Aisyah."Ups ... sorry!" ujar Sanjay dengan w