"Salah siapa pintu tidak dikunci, menodai mataku saja!" gerutu Sanjay."Matamu sudah ternoda sejak dulu. Kayak matamu suci saja," celetuk Okta sambil memeluk tubuh Aisyah dengan erat "Cepat turun ke bawah! Nenek sudah menunggu untuk makan malam." Setelah mengatakan itu Sanjay pergi meninggalkan kamar pengantin tersebut."Dasar pengantin tidak tahu akhlak! Apa mereka tidak tahu kalau aku ini jomblo? Menodai mata suciku saja!" gerutu Sanjay sambil menuruni tangga..Di sebuah desa, Andre sedang mengerjakan tugasnya yaitu mengecek laporan pemasukan dan juga pengeluaran bulanan di kebun cabe milik mertuanya.Tiba-tiba Ibu Lisa duduk di samping putranya. "Ibu butuh uang dong 3 juta buat bayar setoran arisan.""Tiga juta? Yang benar aja dong Bu, banyak banget," jawab Andre sambil menengok ke arah sang ibu dengan tatapan kaget. "Dari mana aku mendapatkan uang sebanyak itu, Bu?""Ayolah Ndre! Ibu butuh buat arisan besok. Kamu bisa minta sama Pak Daryono mertua kamu! Pokoknya Ibu tidak mau t
"Maaf saya tidak sengaja," ucap wanita itu sambil melepas pelukan Andre."Tidak apa-apa, maaf saya juga tidak sengaja nona.""Kalau begitu saya duluan." Wanita tersebut menganggukan kepala lalu pergi meninggalkan Andre, akan tetapi tangannya langsung ditahan oleh pria tersebut."Tunggu! Saya Andre ..." Dia mengulurkan tangannya, namun wanita tersebut tidak menjawab."Maaf saya tidak ingin berkenalan dengan orang asing. Permisi!" Wanita itu pergi dari sana meninggalkan Andre.'Wanita yang menarik.' batin Andre sambil tersenyum miring.Kemudian dia berlari mengejar wanita tersebut, dan saat memasuki mobilnya lagi-lagi Andre menahan tangannya. "Tunggu dulu Nona! Saya hanya ingin mengajak berkenalan, anggap saja itu adalah ucapan permintaan maaf saya yang tidak sengaja menabrak Anda," ungkap Andre."Maaf juga ya Tuan, saya sudah bilang tidak ingin berkenalan dengan orang asing dan saya tidak perlu tahu siapa Anda. Saya juga tadi tidak sengaja karena sudah menabrak, jadi tidak ada yang sal
Okta mendekat ke arah Laksmi, dia menatap wanita itu dengan dalam, sementara Laksmi tersenyum kecil karena dia berpikir bahwa Okta akan membelanya."Jadi kau sengaja menumpahkan kari panas itu kepada lengan istriku?" tanya Okta dengan tatapan yang begitu tajam."Tidak Okta. Mana mungkin aku tega melakukan itu?" alibi Laksmi, "dia memfitnahku. Dia ingin kita bertengkar Okta.""Diam kau! Aku sangat tahu pribadi Aisyah seperti apa. Untuk apa dia melakukan itu? Hanya untuk membuat kita bertengkar? Memangnya kita siapa? Kita ini hanya teman. Aisyah tidak akan pernah melakukan hal itu ... karena bagi dia tidak menguntungkan sama sekali, kecuali dia adalah orang yang menyukaiku, dan kau adalah kekasihku itu mungkin saja. Jadi jangan pernah kau menyakiti Aisyah! Sekali lagi kamu melakukan itu, ku tidak akan pernah memaafkanmu!" tegas Okta.Kemudian dia pergi dari sana meninggalkan kekecewaan di hati Laksmi ,karena sudah gagal untuk membuat Okta percaya terhadap ucapannya."Nek ... Nenek perca
Karena masih ada waktu untuk acara nanti malam, Aisyah memutuskan untuk tidur terlebih dahulu, karena dia juga merasa kepalanya sedikit pening, mungkin karena semalam kurang tidur sebab harus melayani Okta.Baru 1 jam dia terlelap, tiba-tiba saja Aisyah menjerit memanggil nama Papanya, "Papa!" teriak Aisyah sambil bangun dari tidur.Nafasnya terengah-engah seolah menandakan jika ia sedang bermimpi buruk, satu tangannya memegang dada yang sedang berdebar dengan kuat."Ya Allah ... sbenarnya ada apa dengan papa? Kenapa akhir-akhir ini bomornya tidak aktif? Bahkan aku sering bermimpi buruk tentang papa? Ada apa sebenarnya ya Allah?" gumam Aisyah dengan suara yang lirih.Dia langsung mengambil ponselnya dan mencoba untuk menelpon Papahnya, tapi lagi-lagi nomornya tidak aktif. Aisyah selalu menanyakan kepada mamanya ataupun Faisal tapi jawaban mereka adalah jika Papa Agam sedang sibuk.Akhirnya Aisyah memutuskan untuk menelpon Mama Rani, dan setelah beberapa menit telepon pun tersambung.
"Aisyah tadi nelpon mama, dan dia menanyakan keadaannya papa. Mama harus bagaimana lagi, Faisal? Mama hanya bisa menjawab bahwa Papa banyak urusan tidak mungkin jika kita jujur padanya." Mama Rani berkata dengan linangan air mata.Faisal sangat sedih saat melihat keadaan mamanya yang terpuruk. Dia pun segera memeluk tubuh ringkih tersebut, di mana air mata tak pernah berhenti menetes semenjak mengetahui tentang pesawat yang ditumpangi Papanya hilang kontak.Faisal juga sangat merasa sakit, sedih dan hancur, semua menjadi satu Bagaimana tidak? Dia baru saja bertemu dengan kedua orang tuanya dan belum ada dua bulan Faisal harus berpisah dengan papanya."Mah, tapi kita tidak mungkin menyembunyikan semua ini dari Aisyah terlalu lama, karena dia pun pasti nanti akan mengetahuinya.""Iya Mama tahu ... tapi tunggu Aisyah pulang ke Indonesia dulu, setidaknya dia bisa bulan madu dengan tenang di sana.""Baiklah, tapi sekarang mama makan ya! Kalau sampai Mama tidak makan dan papa kembali, pas
"Lo bilang tadi dua sahabat somplak? Emangnya Aisyah punya dua sahabat?" tanya Sanjay saat dia sedang menyetir mobil."Iyq, istriku itu mempunyai dua sahabat dan keduanya itu benar-benar somplak, mungkin bisa dibilang cewek barbar ... tapi baik," jawab Okta."Wah! Boleh tuh kalau aku minta satu," celetuk Sanjay sambil mengedipkan sebelah matanya lewat kaca spion yang berada di depan.Aisyah hanya terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. "Memangnya mereka barang? Kalau kamu mau ... dekati saja, tapi sepertinya yang satu tidak bisa karena dia sudah ada gebetan.""Tidak apa-apa, yang penting masih tersisa satu."Hingga tidak terasa mobil pun sampai di bandara, Aisyah dan Okta langsung menuju jet pribadi diantar oleh Sanjay, setelah itu mereka pun berpisah."Thanks ya Bro, udah nganterin gue sampai bandara. Nanti lo juga jangan lupa main ke Indonesia, biar lo juga dapat yang lokal," ledek Okta sambil menepuk bahu sepupunya."Siap! Nanti gue main deh ke Indonesia kalau kerjaan lagi luang.
"Kamu ini kenapa sih Dek? Di rumah itu baik-baik aja, papa juga nggak kenapa-napa, itu hanya perasaanmu saja. Mungkin kamu terlalu lelah. Ayo masuk ke mobil semua sudah menunggu di rumah!" Faisal mencoba untuk mengalihkan pikiran Aisyah."Iya sayang, itu mungkin hanya perasaan kamu saja. Kan selama di India kamu terus aja memikirkan Papa, bermimpi tentang dia. Jadi mungkin itu hanya kelelahan, udah mendingan sekarang kita masuk mobil, ini juga udah sore soalnya!"Akhirnya Aisyah pun masuk ke dalam mobil, sementara Faisal duduk di jok depan bersama dengan sopir. Dia melirik ke arah Aisyah yang terus saja menatap ke arahnya.'Maafkan kakak, Dek. Sesampainya di rumah kamu akan mengetahui semuanya. Tapi untuk saat ini waktunya tidak tepat, kamu baru saja pulang dan kakak tidak ingin membuat kamu menjadi drop.' batin Faisal.Sesampainya di rumah Aisyah dan Okta disambut dengan gembira oleh semua orang yang ada di sana, kemudian dia langsung memeluk tubuh Sang mama."Aisyah begitu sangat me
"Jawab Mah, Kak! Kenapa kalian diam aja? Ayo jawab!" desak Aisyah namun kali ini nadanya sedikit meninggi.Dia merasa kesal karena sejak tadi tidak ada yang menjawab pertanyaannya, mereka hanya diam seperti ada sesuatu hal yang besar ditutupi oleh semua yang ada di sana.Mama Rani tidak bisa menjawab, dia mulai menangis terisak membuat Lusi yang berada di sampingnya segera memeluk tubuh ringkih tersebut."Ada apa ini? Kenapa Mama malah menangis? Ayo katakan ada apa!" tanya Aisyah kembali yang tidak mengerti dengan situasinya sekarang."Papa kamu, Nak. Papa kamu ..." ucap Mama Rani yang tidak kuat untuk meneruskannya.Jantung Aisyah seketika berdetak lebih kencang saat mendengar kata Papahnya, dia merasa telah terjadi sesuatu yang buruk terhadap papa yang selama ini ia banggakan."Kenapa sama Papa, Mah? Kak? Ayo jawab ada apa! Papa baik-baik aja kan? Kalian bilang kalau Papa sedang sibuk?" Kali ini Aisyah sudah tidak bisa lagi membendung air matanya."Maafkan kami Dek! Bukannya kakak d