"Aisyah tadi nelpon mama, dan dia menanyakan keadaannya papa. Mama harus bagaimana lagi, Faisal? Mama hanya bisa menjawab bahwa Papa banyak urusan tidak mungkin jika kita jujur padanya." Mama Rani berkata dengan linangan air mata.Faisal sangat sedih saat melihat keadaan mamanya yang terpuruk. Dia pun segera memeluk tubuh ringkih tersebut, di mana air mata tak pernah berhenti menetes semenjak mengetahui tentang pesawat yang ditumpangi Papanya hilang kontak.Faisal juga sangat merasa sakit, sedih dan hancur, semua menjadi satu Bagaimana tidak? Dia baru saja bertemu dengan kedua orang tuanya dan belum ada dua bulan Faisal harus berpisah dengan papanya."Mah, tapi kita tidak mungkin menyembunyikan semua ini dari Aisyah terlalu lama, karena dia pun pasti nanti akan mengetahuinya.""Iya Mama tahu ... tapi tunggu Aisyah pulang ke Indonesia dulu, setidaknya dia bisa bulan madu dengan tenang di sana.""Baiklah, tapi sekarang mama makan ya! Kalau sampai Mama tidak makan dan papa kembali, pas
"Lo bilang tadi dua sahabat somplak? Emangnya Aisyah punya dua sahabat?" tanya Sanjay saat dia sedang menyetir mobil."Iyq, istriku itu mempunyai dua sahabat dan keduanya itu benar-benar somplak, mungkin bisa dibilang cewek barbar ... tapi baik," jawab Okta."Wah! Boleh tuh kalau aku minta satu," celetuk Sanjay sambil mengedipkan sebelah matanya lewat kaca spion yang berada di depan.Aisyah hanya terkekeh sambil menggelengkan kepalanya. "Memangnya mereka barang? Kalau kamu mau ... dekati saja, tapi sepertinya yang satu tidak bisa karena dia sudah ada gebetan.""Tidak apa-apa, yang penting masih tersisa satu."Hingga tidak terasa mobil pun sampai di bandara, Aisyah dan Okta langsung menuju jet pribadi diantar oleh Sanjay, setelah itu mereka pun berpisah."Thanks ya Bro, udah nganterin gue sampai bandara. Nanti lo juga jangan lupa main ke Indonesia, biar lo juga dapat yang lokal," ledek Okta sambil menepuk bahu sepupunya."Siap! Nanti gue main deh ke Indonesia kalau kerjaan lagi luang.
"Kamu ini kenapa sih Dek? Di rumah itu baik-baik aja, papa juga nggak kenapa-napa, itu hanya perasaanmu saja. Mungkin kamu terlalu lelah. Ayo masuk ke mobil semua sudah menunggu di rumah!" Faisal mencoba untuk mengalihkan pikiran Aisyah."Iya sayang, itu mungkin hanya perasaan kamu saja. Kan selama di India kamu terus aja memikirkan Papa, bermimpi tentang dia. Jadi mungkin itu hanya kelelahan, udah mendingan sekarang kita masuk mobil, ini juga udah sore soalnya!"Akhirnya Aisyah pun masuk ke dalam mobil, sementara Faisal duduk di jok depan bersama dengan sopir. Dia melirik ke arah Aisyah yang terus saja menatap ke arahnya.'Maafkan kakak, Dek. Sesampainya di rumah kamu akan mengetahui semuanya. Tapi untuk saat ini waktunya tidak tepat, kamu baru saja pulang dan kakak tidak ingin membuat kamu menjadi drop.' batin Faisal.Sesampainya di rumah Aisyah dan Okta disambut dengan gembira oleh semua orang yang ada di sana, kemudian dia langsung memeluk tubuh Sang mama."Aisyah begitu sangat me
"Jawab Mah, Kak! Kenapa kalian diam aja? Ayo jawab!" desak Aisyah namun kali ini nadanya sedikit meninggi.Dia merasa kesal karena sejak tadi tidak ada yang menjawab pertanyaannya, mereka hanya diam seperti ada sesuatu hal yang besar ditutupi oleh semua yang ada di sana.Mama Rani tidak bisa menjawab, dia mulai menangis terisak membuat Lusi yang berada di sampingnya segera memeluk tubuh ringkih tersebut."Ada apa ini? Kenapa Mama malah menangis? Ayo katakan ada apa!" tanya Aisyah kembali yang tidak mengerti dengan situasinya sekarang."Papa kamu, Nak. Papa kamu ..." ucap Mama Rani yang tidak kuat untuk meneruskannya.Jantung Aisyah seketika berdetak lebih kencang saat mendengar kata Papahnya, dia merasa telah terjadi sesuatu yang buruk terhadap papa yang selama ini ia banggakan."Kenapa sama Papa, Mah? Kak? Ayo jawab ada apa! Papa baik-baik aja kan? Kalian bilang kalau Papa sedang sibuk?" Kali ini Aisyah sudah tidak bisa lagi membendung air matanya."Maafkan kami Dek! Bukannya kakak d
"Iya Nak, firasat apa maksudmu?" timpal Mama Rani.Okta menatap lekat ke arah istrinya yang sedang pingsan. "Begini Mah, Pah, selama di India Aisyah selalu merasa gelisah dan juga cemas. Dia selalu bermimpi buruk tentang papa, itu kenapa dia selalu menanyakan tentang keadaan Papa pada kalian. Tapi walaupun kalian bilang jika Papa baik-baik aja, mungkin karena ikatan batin Aisyah tidak percaya, dia merasa telah terjadi sesuatu pada Papanya Tetapi dia mencoba untuk berpikir positif. Aisyah selalu bermimpi tentang Papah Mah," jawab Okta dan menjelaskan panjang lebar."Mimpi? Mimpi apa itu?" tanya Mama Rani dengan penasaran."Aisyah sering bermimpi Papahnya selalu menjauh saat dia akan menggapainya dan hilang ditelan kabut putih serta cahaya yang menyilaukan. Itu selalu membuat Aisyah bangun sambil menjerit memanggil nama papa Agam," ujar Okta menatap sendu ke arah sang istri.Mama Rani menutup mulutnya dengan tangan air matanya kian deras mengalir. Dia mengecup tangan Aisyah beberapa ka
"Waalaikumsalam," jawab semua orang yang ada di sana.Terlihat Aldo dan juga Ara masuk ke dalam, namun mereka merasa heran saat melihat wajah semua orang yang mendadak menjadi sedih."Tante ... Tante kenapa?" tanya Ara yang langsung duduk di samping Mama Rani. "Aisyah, mana dia? Udah pulang kan? Kok Tante malah nangis sih?" tanya Ara yang heran."Aisyah ada di dalam kamar," jawab Mama Rani dengan suara yang masih purau."Lalu ... Tante kenapa menangis?"Aldo menarik tangan Ara, hingga membuat wanita itu bangkit dari duduknya. "Apaan sih kanebo kering main tarik-tarik aja!" kesal Ara."Eh terompet 17-an, kamu kan tahu kalau tante Rani sedang sedih karena kehilangan Om Agam, pakai nanya segala lagi." bisik Aldo dengan nada yang sinis.Ara menggaruk belakang lehernya, dia lupa dengan apa yang sudah terjadi di dalam keluarga Aisyah. "Oh iya, gue lupa kanebo kering, hehehe ..." cengir Ara."Dasar terompet 17-an!" gerutu Aldo dan langsung mendapat injakan di kakinya, membuat pria itu mering
Jam menunjukkan pukul 20.00 malam, namun Ara masih belum juga pulang, dia masih ingin menemani Aisyah dan rencananya wanita itu akan menginap atas titah dari Mama Rani, karena dia tahu bahwa Aisyah saat ini tengah membutuhkan sahabatnya."Ya udah gue nginep di kamar tamu ya, tapi ingat kalau ada apa-apa lo langsung telepon gue," ucap Ara saat Aisyah akan masuk ke dalam kamar bersama dengan Okta."Lo tidur di kamar tamu? Nggak di kamar gue aja."Kedua netra Ara seketika membulat, begitu pula dengan orang-orang yang ada di sana."Astaga naga! Eh Saebah, lo ini waras? Lo mau buat gue jadi obat nyamuk gitu di kamar lo? Melihat bagaimana indahnya rasa cinta kalian, terus lo mau menodai mata gue, begitu?" kesalnAra sambil menekuk wajahnya."Maksud lo?" bingung Aisyah."Aduh ... lo itu kalau lagi sedih begini nih, otaknya sedikit konslet. Kan lo tau gue belum nikah sedangkan lo udah punya suami Aisyah Zuhaira. Masa lo sama suami sendiri lupa sih? Terus lo nyuruh gue untuk tidur di kamar? Yan
Ara hanya mengangkat bahunya. "Aku tidak menantangmu, tapi aku yakin kau tidak--" ucapan wanita itu tiba-tiba saja terhenti saat Aldo mencium bibirnya.Kedua netra wanita itu membulat, dia tak menyangka jika Aldo seberani itu. Padahal tadinya Ara hanya bercanda dan pura-pura menantang, akan tetapi ternyata Aldo beneran menciu-mnya.Dia mendorong tubuh Aldo hingga membuat pria itu berjarak beberapa senti, kemudian melayangkan tamparan yang cukup keras di pipi pria itu."Kau ... beraninya kau melakukan itu kepadaku, hah!" bentak Ara dengan sorot mata yang begitu tajam.Aldo memegangi pipinya yang masih terasa panas, baru pertama kali ada seorang wanita yang berani melayangkan tangannya di pipi Aldo."Berani kau menamparku!" geram Aldo."Kenapa tidak? Kau sudah berani menciumku, jadi seharusnya bukan hanya tamparan yang kulayangkan, tetapi sebuah balok kayu. Oh ... atau sebuah tendangan pada pusaka itu!" tunjuk Ara pada bawah perut milik Aldo.Melihat itu Aldo langsung menyilangkan tanga
Acara ijab qobul pun di langsungkan dengan sangat khidmat, membuat semua yang ada di sana menitikan air mata karena haru, apalagi saat kedua pengantin sungkem pada kedua orang tuanya.Aisyah tak kalah bahagianya saat melihat pernikahan kedua sahabatnya. Dia benar- benar beruntung sebab Ara maupun Vita akhirnya bisa menemukan tambatan hati mereka."Sayang, kamu mau makan gak?" tanya Okta sambil duduk di sebelah sang istri."Nggak Bang, aku gak laper," jawab Aish.Tak terasa waktu cepat berlalu, Aisyah sudah pulabg kerumah dan nanti malam ia akan menghadiri pesta pernikahan kedua sahabatnya...."Sayang, kamu udah siap belum?" tanya Okta karena Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 malam."Sudah Bang. Ayo kita berangkat sekarang nanti kemalaman," jawab Aisyah sambil menggandeng tangan Okta.Mereka berpapasan dengan Kanaya. Aisyah sebenarnya mengajak wanita itu tapi Kanaya menolak sebab dia merasa kurang enak badan.Sesampainya di tempat gedung acara, Aisyah melihat kedua sahabatnya sedang
Pagi ini sesuai dengan ucapan Okta, jika dia tidak akan masuk kerja dan akan menghabiskan waktu bersama dengan Aisyah. Pria itu sudah bersiap-siap dan membuat sang istri merasa heran."Memangnya kita mau ke mana, Bang?" Aisyah menatap lekat ke arah suaminya yang saat ini tengah duduk di sampingnya."Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?" kekeh Okta dengan nada meledek.Mendengar jawaban suaminya Aisyah langsung mencubit tangan Okta dengan gemas. Dia paling tidak menyukai kata-kata seperti itu, karena menurut Aisyah kata-kata itu bukan hal yang baik."Stop mengucapkan kata-kata seperti itu! Aku tidak suka." Aisyah menekuk wajahnya."Loh, memangnya kenapa sayang? Itu kan kata-kata yang lagi viral, seperti bercanda."Aisyah menatap dalam ke arah sang suami kemudian dia pun berkata, "sesuatu yang viral jika hal positif dan untuk kebaikan itu tidak masalah, tapi kata-kata itu un-faedah. Kamu tahu! Banyak di luaran sana anak kecil ditanya orang tuanya, dan jawabannya apa? Kamu nanya? Kamu bertan
Kanaya cukup terkejut saat melihat siapa orang itu, dan dia mendekat ke arah Kanaya. "Kamu sedang apa di sini?" tanyanya."Ini, aku baru saja membeli ketoprak untuk Aisyah." Kanaya menunjukkan 2 bungkus ketoprak yang ada di tangannya.Wanita yang berada di hadapan Kanaya mengangkat satu alisnya. "Kau tidak sedang meracuni Aisyah kan?" Kemudian dia mencengkeram lengan Kanaya, "jika kau berani mengusik Aisyah dan menghancurkan keluarganya, aku tidak akan segan-segan untuk menghancurkan hidupmu, paham!" gertak wanita itu yang tak lain adalah Vita.Dia baru saja pulang dari kantor, akan tetapi tidak sengaja melihat Kanaya yang sedang membeli sesuatu di pinggir jalan. Wanita itu pun berinisiatif untuk menghampirinya.Mendengar ancaman dari Vita membuat Kanaya hanya bisa tersenyum. "Kau sedang mengancamku?" tanyanya dengan nada mengejek."Jika kau menganggap Itu adalah sebuah ancaman." Vita mengangkat kedua bahunya dengan acuh.Sayangnya Kanaya tidak takut, karena memang dia tidak ada niata
Pagi ini Aisyah tidak ingin sarapan, dia masih menginginkan makanan yang semalam. Akan tetapi Okta harus pergi ke kantor pagi-pagi karena ada meeting penting yang harus ia hadiri."Tapi Bang, aku pengen empek-empek. Apa kamu tidak bisa membelikannya terlebih dahulu?" pinta Aisyah dengan tatapan memelas."Maafkan aku sayang, tapi vendor dari Amerika ini tidak bisa aku tunda." Okta mencoba untuk memberi pengertian kepada Aisyah, dia juga tidak bisa mewakilkan kepada asistennya.Mau tidak mau, akhirnya Aisyah pun mengangguk kemudian mereka berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah."Kamu kenapa, kok mukanya ditekuk kayak gitu sih?" tanya Mama Rani saat melihat Aisyah sampai di meja makan."Ini Mah, semalam aku tuh pengen pempek tapi belum kesampaian juga," jawab Aisyah dengan cemberut.Mama Rani mengangguk, "ya sudah, kalau gitu biar nanti mama suruh pelayan buat membelikannya.""Nggak ah Mah, aku udah nggak berselera," ujar Aisyah.Okta yang mendengar itu pun merasa tak enak. Dia tau
"Ya iyalah ... emangnya Aldo nggak bilang sama lo kalau kita bakalan prewedding sama-sama?" jawab Vita sambil menatap ke arah Aldo yang saat ini tengah duduk santai di samping Ara.Seketika wanita itu pun menatap ke arah calon suaminya dan di sana Aldo langsung menganggukkan kepalanya. "Iya, maaf sayang aku lupa semalam tidak bilang sama kamu.""Jadi ini definisi dua sahabat prewedding bersama. Di pelaminan bersama juga. Jangan-jangan nanti malam pertamanya juga bersama," celetuk Ara.Akhirnya mereka pun melakukan foto prewedding di pantai tersebut, hingga setelah jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang mereka berinisiatif untuk menuju sebuah restoran yang ada di pinggir pantai."Sayang sekali ya Aisyah tidak bisa ikut?" tanya Vita."Wajar saja, dia kan lagi hamil. Memangnya kalau nanti terjadi apa-apa dengan kandungannya kamu mau tanggung jawab hah?" Ara menaik turunkan alisnya sambil mencebik kesal."Iya, kan kita ini 3 bestie. Rasanya kalau Aisyah tidak ikut ada yang kurang." Vita
Pagi ini Aisyah sudah bersiap-siap dan dia akan ke rumah sakit untuk USG. Kebetulan Okta juga sudah membuat janji dengan salah satu dokter kandungan di sana."Kalian hati-hati di jalan ya," ujar Mama Rani sambil mengusap kepala Aisyah yang terbaru dengan hijab."Iya Mah," jawab Aisyah kemudian dia mencium tangan mamanya. "Kalau begitu kami pamit dulu ya, assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Selama dalam perjalanan bahkan Okta tidak henti-hentinya mengusap perut Aisyah yang masih rata. Dia benar-benar sangat bahagia karena sebentar lagi mereka akan segera menimang seorang bayi yang sangat lucu."Oh ya sayang, kamu mau anak perempuan atau laki-laki?" tanya Okta kepada Aisyah."Kalau aku sih terserah ya Bang ... sedikasihnya saja sama Allah. Lagi pula, anak itu kan rezeki dan titipan, jadi aku tidak ingin memilih. Apapun yang diberikan oleh Tuhan maka aku akan menerimanya dengan sangat bahagia," tutur Aisyah sambil mengusap perutnya.Okta yang mendengar itu pun langsung mengusap kepala Ai
Aisyah dibaringkan di kasur dan Mama Rani langsung menelpon dokter dari keluarganya. Tak lama dokter pun datang dan langsung memeriksa keadaan Aisyahm"Bagaimana Dok keadaan anak saya? Dia baik-baik aja kan?" tanya papa Agam dengan khawatir."Nona muda baik-baik saja, dan perkiraan saya dia sedang hamil," jawab dokter tersebut."Apa! Hamil?" jawab semua orang yang serempak yang ada di sana dan langsung dibalas anggukan oleh dokter tersebut."Alhamdulillah ya Allah ... akhirnya kita punya cucu lagi Pah!" seru mama Rani dengan bahagia sambil memeluk tubuh suaminya.Okta pun menatap istrinya yang saat ini sudah membuka mata, dia langsung mengecup seluruh wajah Aisyah di hadapan semua orang bahkan tanpa canggung sedikitpun."Terima kasih ya sayang, akhirnya yang kita nantikan akan segera menjadi kenyataan," ujar Okta."Iya Bang," jawab Aisyah tak kalah terharu.Kemudian dokter pun pulang dari sana setelah memberikan vitamin, dan dia menyarankan agar Aisyah besok menuju rumah sakit untuk m
"Bagaimana? Apa kau setuju dengan syarat yang ku ajukan?" Vita menatap miring ke arah Boy.Setelah pria itu membaca dengan seksama tanpa menjawab ucapan Vita, dia langsung menandatangani di atas materai, membuat Vita seketika melongo karena tak menyangka jika Boy akan setuju dengan syarat yang diajukan."Apa! Jadi lo setuju dengan syarat yang gue ajuin? Lo nggak merasa keberatan gitu?" Heran Vita dengan wajah yang masih terkejut.Boy menggelengkan kepalanya dengan tegas, kemudian dia menggenggam kedua tangan Vita dan menatapnya dengan dalam."Aku sudah bilang, aku ini serius. Aku tidak main-main. Dan stop memanggil lo dan gue! Di sini hanya ada kita, jadi cukup aku dan kamu saja. Aku tidak peduli mau kamu meminta mahar berupa perusahaanku juga tidak masalah. Jangankan hanya satu buah rumah yang harganya 1 miliar dengan satu mobil Alphard serta satu set berlian, bahkan semua akan ku berikan padamu sebagai tanda keseriusanku.""Tapi ..." Vita seakan ragu karena menurut dia mahar yang di
Kemudian Aisyah pun membisikkan sesuatu di telinga Vita, sehingga membuat wanita itu akhirnya manggut-manggut."Kalian ini bicara apa sih? Gue nggak dikasih tahu nih?" Ara menekuk wajahnya membuat Aisyah dan Vita seketika terkekeh."Lo nggak usah tahu!" Timpal Vita sambil mengaduk jus yang berada di hadapannya."Pelit banget sih lo. Udah cepetan gue penasaran nih!" desak Ara, kemudian Aisyah pun membisikan apa yang tadi dia katakan kepada Vita."Nah ... kalau itu gue setuju! Lo harus kasih syarat itu pada si playboy cap kakap kelas teri!" seru Ara dengan semangat.Vita tidak menanggapi, kemudian dia pun menegak minuman namun seketika wanita itu menyemburkannya tepat di wajah Ara, membuat wanita tersebut seketika menatapnya dengan tajam."Vita!" tekan Ara dengan mata melotot hampir keluar, seakan dia sedang menatap mangsa yang siap disantapnya. "Lo itu punya mata nggak sih? Ini wajah, bukannya meja. Lo kalau mau nyembur itu bilang dulu. Gue gak butuh Mbah dukun!" gerutu Ara, "gue ini u