Ara hanya mengangkat bahunya. "Aku tidak menantangmu, tapi aku yakin kau tidak--" ucapan wanita itu tiba-tiba saja terhenti saat Aldo mencium bibirnya.Kedua netra wanita itu membulat, dia tak menyangka jika Aldo seberani itu. Padahal tadinya Ara hanya bercanda dan pura-pura menantang, akan tetapi ternyata Aldo beneran menciu-mnya.Dia mendorong tubuh Aldo hingga membuat pria itu berjarak beberapa senti, kemudian melayangkan tamparan yang cukup keras di pipi pria itu."Kau ... beraninya kau melakukan itu kepadaku, hah!" bentak Ara dengan sorot mata yang begitu tajam.Aldo memegangi pipinya yang masih terasa panas, baru pertama kali ada seorang wanita yang berani melayangkan tangannya di pipi Aldo."Berani kau menamparku!" geram Aldo."Kenapa tidak? Kau sudah berani menciumku, jadi seharusnya bukan hanya tamparan yang kulayangkan, tetapi sebuah balok kayu. Oh ... atau sebuah tendangan pada pusaka itu!" tunjuk Ara pada bawah perut milik Aldo.Melihat itu Aldo langsung menyilangkan tanga
"Bukan maling apa-apa kok," jawab Aldo karena dia merasa malu."Dia maling ciu-man pertamaku," celetuk Ara dengan jujur, membuat Aldo seketika menatapnya dengan tajam.'Dasar terompet 17-an. Kenapa dia jujur sekali? Apa dia tidak malu?' batinnya merasa heran.Semua yang ada di sana seketika terkekeh, "jadi maling yang semalam kamu bilang sama Tante itu Aldo?" tanya Mama Rani dan langsung dibalas anggu kan oleh Ara."Lagi pula bibirmu tidak ada manis-manisnya, hambar kayak roti tawar," ujar Aldo sambil memakan roti yang ada di tangannya.Ara semakin dibuat kesal, kemudian dia lagi-lagi menginjak kaki Aldo. Namun, bukan itu saja, dia langsung mengambil air putih di gelas dan menyiramkannya ke kepala Aldo."Jaga ya ucapanmu ya! Jangan kau berfikir semua wanita itu sama, mau untuk kamu lecehkan!" marah Ara, membuat semua yang ada di sana seketika tercengang. "Seharusnya memang aku tidak mematahkan hidungmu, tapi ku sate senjatamu!" ancamnya.Aldo, Faisal dan Okta seketika menelan ludahnya
"Nggak!" tolak Ara, "lepaskan gue! Lepaaas!" teriak Ara sambil melepaskan tangannya dengan paksa.Akan tetapi, Aldo tidak membiarkan itu. Dia kemudian mengambil uang 200 ribu di dalam dompetnya lalu memberikannya kepada tukang ojek, membuat pria itu akhirnya pergi dari sanamAkan tetapi sebelum dia meninggalkan Ara dan Aldo, tukang ojek itu pun berkata, "Mbak, kalau lagi berantem sama pacarnya lain kali jangan orang lain jadi korbannya. Mas ... jagain tuh pacarnya! Punggung saya sampai remuk dipukulin dari tadi, pakai minta kanebo kering lagi," celetuk tukang ojek tersebut kemudian dia melajukan motornya.'Dasar tukang ojek sialan! Pakai ngomong segala lagi.' gerutu Ara di dalam hati.Aldo tidak memperdulikan ucapan tukang ojek itu, lalu dia membawa Ara untuk masuk ke dalam mobilnya, akan tetapi wanita itu menolak."Masuk ... atau ku cium kalau di sini!" ancam Aldo.Ara mengepalkan tangannya dengan tatapan tajam. "Bukankah kau bilang bahwa bibirku ini hambar macam roti tawar? Kenapa k
"Siapa sih kamu? Kenap--" Ucapan Aldo terhenti saat dia melihat siapa wanita yang sedang memeluk dirinya. "Mutia!" kaget Aldo.Dia menatap tajam ke arah wanita itu, kemudian tanpa berbasa-basi Aldo segera meninggalkan wanita yang bernama Mutia tersebut."Aldo ... tunggu!" cegah Mutia sambil menarik tangannya."Lepas! Aku Masih banyak kerjaan," ujar Aldo dengan nada dingin."Aldo dengarkan aku dulu! Tunggu sebentar, kita perlu bicara.""Tidak perlu ada lagi yang dibicarakan, Mutia. Kamu itu hanya masa laluku, paham!" Aldo menghempaskan tangan Mutia dengan kasar lalu dia masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan taman."Aldo tunggu ... Aldo!" Mutia menggebrak kaca mobil Aldo, tapi dia tidak peduli. Hingga mobil terus saja melaju membiarkan wanita itu hanya menatapnya dari kejauhan."Kenapa aku harus bertemu lagi dengan dia? Kenapa dia harus muncul lagi di dalam kehidupanku?" lirih Aldo sambil menyetir mobil.Masih terngiang jelas tentang masa lalu yang begitu kelam, di mana 5 tahun
"Jadi ... beberapa hari yang lalu gue itu habis meeting, terus gue singgah kan di sebuah taman gitu buat hilangin penat sekalian nerima telepon dari klien sambil cari suasana. Eh, pas gue mau masuk mobil, tiba-tiba tubuh gue itu tabrakan sama cowok. Nah terus, cowok itu ngejar-ngejar gue masa," jelas Vita."Ya berarti cowok itu suka sama kamu," timpal Mama Rani, "Kenapa nggak kamu aja kenalan aja? Siapa tahu memang jodoh kamu."Vita menggeleng, "bukan itu Tante maksudnya, tapi yang Vita heran adalah ... kayaknya pernah melihat pria itu, tapi di mana, Vita juga lupa. Tapi wajahnya itu familiar banget Tante."Ketiga wanita yang ada di sana pun hanya diam, begitu pula dengan Aisyah. Kemudian dia menatap lekat ke arah Vita"Mungkin itu teman kamu kali, atau kenalan dari orang tuamu?""Nggak mungkin Aisyah." Vita membantah, "karena dari pakaiannya bukan dari kalangan atas, pria biasa. Cuma wajahnya itu seperti ..." Vita menggantungkan ucapannya sambil mengetuk satu jari di dagu. "Aah ... p
"KUA? Kau mau menikah?" kaget Aldo yang tidak percaya."Ya iyalah ... KUA itu buat nikah, memangnya kau pikir buat kontes menyanyi?" Ara masih menjawab dengan nada yang ketus."Iya aku tahu ... maksudku, kenapa mendadak sekali?"Seketika Ara menepuk jidatnya, kemudian dia meremas 10 jarinya di hadapan wajah Aldo, membuat pria itu semakin heran dengan tingkah wanita tersebut.'Dasar wanita aneh. Dia tadi bilang mau ke KUA, tapi kenapa wajahnya terlihat kesal sekali? Memangnya ada yang salah dengan pertanyaanku?' batin Aldo dengan bingung."Dasar Kanebo kering. Ternyata lo itu kelewat polos. Lagian gue mau ngapain ke KUA?" jawab Ara dengan sewot."Looh ... bukannya tadi kamu yang bilang mau ke KUA? Mau nikah?""Iya ... nikahnya sama lo," cetus Ara sambil memalingkan wajahnya.CKIIIT!Seketika Aldo mengerem mendadak. Untung saja jalanan sepi, jika tidak ... mungkin sudah mengakibatkan tabrakan beruntun."Aduuh ... kening gue tambah benjol," ringis Ara sambil memegangi keningnya yang terp
''Mau apa lagi sih?'' gerutu Aldo dengan kesal kemudian dia menghempaskan tangan Mutia yang sedang memegangi lengannya.Sementara Ara menatap heran pada wanita yang saat ini tengah berdiri di samping Aldo apalagi tadi sempat memegang tangan pria itu."Siapa dia, Aldo?" tunjuk Mutia kepada Ara.Aldo memutar bola matanya dengan malas, namun seketika ada ide berlian dibenaknya. Kemudian dia mengapit pinggang Ara dengan posesif, membuat wanita itu terlonjak kaget dan menatapnya dengan tajam."Dia adalah kekasihku dan sebentar lagi akan menjadi calon istriku, kami juga akan bertunangan," jawab Aldo sambil tersenyum ke arah Mutia.Ara menganga mendengar ucapan pria itu, dia hendak menjawab namun seketika pinggangnya diremas oleh Aldo. "Bantu aku!" pinta Aldo dengan nada berbisik.Kedua alis Ara bertaut heran namun seketika dia pun menjadi paham, jika wanita yang berada di hadapan Aldo ingin dihindari oleh pria itu.'Oh ... jadi dia mantannya? Oke, kita akan berakting sejenak. Rasanya sena
CUP!Sebuah kecupan mendarat hangat dibibir Aldo, membuat pria itu hanya bisa terpaku kaget melihat keberanian Ara.Sementara Mutia tak kalah terkejut, dia membulatkan mata dengan tangan terkepal saat melihat arah mengecup bibir Aldo.Saat Ara melepaskan kecupannya seketika Aldo menarik pinggangnya, membuat wanita itu seketika menatap tajam, dan kali ini bukan hanya sebuah kecupan saja namun Aldo mulai memainkan bibirnya.'Mereka benar-benar keterlaluan!' batin Mutia dengan geram.Hingga untuk beberapa menit ciu-man itu pun terlepas, membuat Ara mengambil pasokan udara banyak-banyak karena dia merasa paru-parunya seketika menyempit.Jantungnya bahkan tak kalah berdegup kencang seperti drum 17 Agustus yang sedang ditabuh mengelilingi istana kemerdekaan.'Astaga! Apa ini mimpi? Dia ...?' Ara membatin sambil menggantungkan ucapannya."Apakah bukti ini belum kuat?" ujar Aldo sambil menatap dengan alis terangkat satu ke arah Mutia.Wanita itu tidak menjawab, dia menghentak kakinya dengan k