"Siapa sih kamu? Kenap--" Ucapan Aldo terhenti saat dia melihat siapa wanita yang sedang memeluk dirinya. "Mutia!" kaget Aldo.Dia menatap tajam ke arah wanita itu, kemudian tanpa berbasa-basi Aldo segera meninggalkan wanita yang bernama Mutia tersebut."Aldo ... tunggu!" cegah Mutia sambil menarik tangannya."Lepas! Aku Masih banyak kerjaan," ujar Aldo dengan nada dingin."Aldo dengarkan aku dulu! Tunggu sebentar, kita perlu bicara.""Tidak perlu ada lagi yang dibicarakan, Mutia. Kamu itu hanya masa laluku, paham!" Aldo menghempaskan tangan Mutia dengan kasar lalu dia masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan taman."Aldo tunggu ... Aldo!" Mutia menggebrak kaca mobil Aldo, tapi dia tidak peduli. Hingga mobil terus saja melaju membiarkan wanita itu hanya menatapnya dari kejauhan."Kenapa aku harus bertemu lagi dengan dia? Kenapa dia harus muncul lagi di dalam kehidupanku?" lirih Aldo sambil menyetir mobil.Masih terngiang jelas tentang masa lalu yang begitu kelam, di mana 5 tahun
"Jadi ... beberapa hari yang lalu gue itu habis meeting, terus gue singgah kan di sebuah taman gitu buat hilangin penat sekalian nerima telepon dari klien sambil cari suasana. Eh, pas gue mau masuk mobil, tiba-tiba tubuh gue itu tabrakan sama cowok. Nah terus, cowok itu ngejar-ngejar gue masa," jelas Vita."Ya berarti cowok itu suka sama kamu," timpal Mama Rani, "Kenapa nggak kamu aja kenalan aja? Siapa tahu memang jodoh kamu."Vita menggeleng, "bukan itu Tante maksudnya, tapi yang Vita heran adalah ... kayaknya pernah melihat pria itu, tapi di mana, Vita juga lupa. Tapi wajahnya itu familiar banget Tante."Ketiga wanita yang ada di sana pun hanya diam, begitu pula dengan Aisyah. Kemudian dia menatap lekat ke arah Vita"Mungkin itu teman kamu kali, atau kenalan dari orang tuamu?""Nggak mungkin Aisyah." Vita membantah, "karena dari pakaiannya bukan dari kalangan atas, pria biasa. Cuma wajahnya itu seperti ..." Vita menggantungkan ucapannya sambil mengetuk satu jari di dagu. "Aah ... p
"KUA? Kau mau menikah?" kaget Aldo yang tidak percaya."Ya iyalah ... KUA itu buat nikah, memangnya kau pikir buat kontes menyanyi?" Ara masih menjawab dengan nada yang ketus."Iya aku tahu ... maksudku, kenapa mendadak sekali?"Seketika Ara menepuk jidatnya, kemudian dia meremas 10 jarinya di hadapan wajah Aldo, membuat pria itu semakin heran dengan tingkah wanita tersebut.'Dasar wanita aneh. Dia tadi bilang mau ke KUA, tapi kenapa wajahnya terlihat kesal sekali? Memangnya ada yang salah dengan pertanyaanku?' batin Aldo dengan bingung."Dasar Kanebo kering. Ternyata lo itu kelewat polos. Lagian gue mau ngapain ke KUA?" jawab Ara dengan sewot."Looh ... bukannya tadi kamu yang bilang mau ke KUA? Mau nikah?""Iya ... nikahnya sama lo," cetus Ara sambil memalingkan wajahnya.CKIIIT!Seketika Aldo mengerem mendadak. Untung saja jalanan sepi, jika tidak ... mungkin sudah mengakibatkan tabrakan beruntun."Aduuh ... kening gue tambah benjol," ringis Ara sambil memegangi keningnya yang terp
''Mau apa lagi sih?'' gerutu Aldo dengan kesal kemudian dia menghempaskan tangan Mutia yang sedang memegangi lengannya.Sementara Ara menatap heran pada wanita yang saat ini tengah berdiri di samping Aldo apalagi tadi sempat memegang tangan pria itu."Siapa dia, Aldo?" tunjuk Mutia kepada Ara.Aldo memutar bola matanya dengan malas, namun seketika ada ide berlian dibenaknya. Kemudian dia mengapit pinggang Ara dengan posesif, membuat wanita itu terlonjak kaget dan menatapnya dengan tajam."Dia adalah kekasihku dan sebentar lagi akan menjadi calon istriku, kami juga akan bertunangan," jawab Aldo sambil tersenyum ke arah Mutia.Ara menganga mendengar ucapan pria itu, dia hendak menjawab namun seketika pinggangnya diremas oleh Aldo. "Bantu aku!" pinta Aldo dengan nada berbisik.Kedua alis Ara bertaut heran namun seketika dia pun menjadi paham, jika wanita yang berada di hadapan Aldo ingin dihindari oleh pria itu.'Oh ... jadi dia mantannya? Oke, kita akan berakting sejenak. Rasanya sena
CUP!Sebuah kecupan mendarat hangat dibibir Aldo, membuat pria itu hanya bisa terpaku kaget melihat keberanian Ara.Sementara Mutia tak kalah terkejut, dia membulatkan mata dengan tangan terkepal saat melihat arah mengecup bibir Aldo.Saat Ara melepaskan kecupannya seketika Aldo menarik pinggangnya, membuat wanita itu seketika menatap tajam, dan kali ini bukan hanya sebuah kecupan saja namun Aldo mulai memainkan bibirnya.'Mereka benar-benar keterlaluan!' batin Mutia dengan geram.Hingga untuk beberapa menit ciu-man itu pun terlepas, membuat Ara mengambil pasokan udara banyak-banyak karena dia merasa paru-parunya seketika menyempit.Jantungnya bahkan tak kalah berdegup kencang seperti drum 17 Agustus yang sedang ditabuh mengelilingi istana kemerdekaan.'Astaga! Apa ini mimpi? Dia ...?' Ara membatin sambil menggantungkan ucapannya."Apakah bukti ini belum kuat?" ujar Aldo sambil menatap dengan alis terangkat satu ke arah Mutia.Wanita itu tidak menjawab, dia menghentak kakinya dengan k
"Ye malah diem aja kayak patung Pancoran. Sini!" Lagi-lagi Vita melambaikan tangannya, membuat Aldo akhirnya melangkah mendekati wanita itu.Tetapi sebelum dia berhenti di hadapan Vita, Aldo mencium tangan Mama Rani."Lo apain temen gue sampai dia kelihatan marah kayak gitu? Jangan bilang, kalau lo ambil kesucian bibirnya lagi ya?" tuduh Vita dengan tatapan tajam.Aldo sedikit terkejut mendengar ucapan wanita itu, karena apa yang dikatakan Vita memang benar. Namun tidak mungkin jika Aldo mengakuinya di hadapan semua orang, bisa-bisa dia kena amukan massal."Tidak," elak Aldo.Vita mendekat ke arah pria tersebut, kemudian dia menatap lekat ke arah kedua netra milik Aldo, namun pria itu malah memalingkan wajahnya lalu menoyor jidat Vita sehingga mundur 2 langkah."Jangan terlalu memperhatikan, nanti kau jatuh cinta."Vita malah terkekeh saat mendengar ucapan Aldo, "apa! Gue jatuh cinta sama lo? Amit-amit ... temen gue aja nggak lo lirik, gimana gue? Lagi pula, lo itu bukan tipenya gue.
"Boy!" kaget Okta dengan mata membulat. "Ya ampun! Ini lo, kan?" tanyanya kembali seakan tak percaya dengan pria yang sedang berdiri di hadapannyaTanpa menjawab pria tersebut langsung memeluk tubuh Okta, lalu menepuk pundaknya, "Iya ini gue Boy ... lo apa kabar?""Alhamdulillah kabar gue baik Gue kira lo masih ada di London? Ternyata udah balik?""Iyalah ... gue mana mau lama-lama di sana. Gue juga kan mau tinggal di tanah kelahiran," kekeh Boy, "lo habis ngapain dari sini?""Gue habis beli buah buat acara syukuran nanti sore di rumah. Oh ya, nanti lo dateng ya! Acaranya mulai jam 04.00," ujar Okta sambil menepuk pundak Boy sebanyak 2 kali."Syukuran?" tanya Boy dengan heran, "memangnya ada acara apaan?""Papa mertua gue kemarin kecelakaan, pesawat yang dia tumpangi jatuh di tengah laut dan sampai sekarang jasadnya belum ditemukan. Makanya gue ngundang anak yatim buat ngirim doa sama papa. Ya, setidaknya untuk selamatannya, jadi gue berharap lo datang ya! Ada Aldo juga kok di sana."
Tak lama Aldo melihat Boy datang. ''Ternyata apa yang dikatakan Okta memang benar, Boy sudah pulang," gumamnya"Do, lo juga di sini?" sapa Boy sambil memeluk tubuh Aldo."Iya, gue tadi diminta Okta untuk menyambut lo. Pulang gak bilang-bilang, dasar teman semprul," ujar Aldo sambil menepuk pundak Boy lumayan kuat."Sorry, jan gue mau ngasih surprise tapi udah ketemu sama Okta duluan, dimana dia?""Tadi lagi ngangkat telepon, mungkin dari klien atau sekretarisnya," jawab Aldo sambil mengangkat kedua bahunya, lalu mereka pun duduk di sofa Aldo juga meminta pelayan membawakan minum untuk Boy, dan ternyata yang mengantarkan adalah Ara, sebab tadi pelayan sedang pada sibuk dan diminta untuk membantu Mama Rani."Ini Tuan minumnya," ujar Ara sambil menaruh satu gelas minuman dingin di hadapan Boy.Sementara Aldo menatap kagum ke Ara, di mana wanita itu memakai jilbab dengan gamis berwarna putih, membuat kecantikannya benar-benar terpana sampai Aldo tidak berkedip sama sekali.Melihat sedari