"Diamlah sayang! Nanti nenek dengar tidak enak. Ayo!" ajak Okta sambil menuntun Aisyah menuju ranjang."Mau ngapain? Aku kan belum mandi Bang, badan aku masih lengket, bau tahu ...""Tapi aku udah nggak kuat," ujar Okta sambil menggaruk kepalanya.Aisyah hanya menggeleng dengan pelan, "sabar ... aku mandi dulu ya nanti keburu malam juga nggak bagus buat kesehatan."Akhirnya Okta membiarkan Aisyah untuk membersihkan diri, dan setelah wanita itu selesai dengan rutinitasnya dia pun menghampiri Okta yang sedang duduk di ranjang."Jadi kenapa, Bang?"Tanpa berkata apapun Okta langsung membalikkan badannya dengan telungkup, membuat Aisyah seketika mengerutkan keningnya dengan heran."Mau ngapain Bang? Kok telungkup?" tanya Aisyah dengan bingung."Aku mau minta kamu untuk pijitin, badanku terasa pegal sekali sayang.""Aalah ... jadi Abang mau minta aku mijat? Aku pikir ...?" Aisyah menggantung kan ucapannya.Mendengar hal itu Okta langsung membalikkan badannya kemudian dia menarik tubuh Ais
"Maafkan aku! Aku tidak bisa. Aku ke sini untuk bulan madu bersama dengan istriku, jadi aku akan membawanya keliling negara India." tolak Okta dengan halus.Dia menatap ke arah sang nenek. "Nek, maafkan Okta ya ... Okta tidak bisa merayakannya kali ini.xl""Tidak apa-apa Nak. Bawa Aisyah jalan-jalan! Dia harus tahu bahwa negara ini sangat indah," ujar nenek Paramita sambil menatap sendu ke arah Aisyah."Nenek benar. Aisyah itu sangat mengagumi India, bahkan nenek tahu! Setiap hari dia selalu memutar lagu India di mana idolanya adalah King Bollywood, tahu sendiri kan siapa dia? Padahal jika dibandingkan dengan aktor itu, tubuhnya tidak jauh beda denganku. Bahkan masih tampanan juga aku," kelakar Okta sambil mengedipkan sebelah matanya.Nenek Paramita terkekeh, begitu pula dengan Aisyah. Sementara Laksmi hanya memanyunkan bibirnya saja karena dia masih merasa kesal dengan penolakan Okta.Setelah sarapan selesai Okta dan Aisyah pun bersiap-siap, mereka menaiki lantai atas menuju kamar un
Aldo semakin mendekatkan tubuhnya ke arah Rara, membuat degup jantung wanita itu berdetak kencang. Dan tiba-tiba Rara menahan nafas karena dia merasa pasokan oksigen di dalam mobil itu kian menipis.'Astaga! Apa dia akan menciumku?' batin Ara dengan susah payah meneguk ludahnya dengan kasar."Kenapa? Nggak usah tegang itu. Bukankah tadi kau yang menantangku, hm?" tanya Aldo sambil menaik turunkan alisnya."Mau apa kau, hah? Menjauh dariku!" Ara mendorong dada bidang Aldo, akan tetapi tenaganya tidak seberapa.Aldo begitu menikmati wajah tegang Ara, seperti sedang ketakutan. "Ke mana wajah mu tadi yang menantangku hah? Bukankah tadi kau yang seakan berani, tapi sekarang kenapa nyalimu menciut?" ledek Aldo.Cara mengeraskan rahangnya, dia merasa kesal kemudian kembali mendorong dada bidang Aldo, namun tetap saja tenaga Aldo 10 kali lipat."Mau apa kau? Menjauh dariku!" ucap Ara dengan gugup.Tapi Aldo tidak peduli, hingga wajah mereka hanya berjarak beberapa centi, membuat Ara seketika
"Okta!" teriak seseorang.Dan saat Okta berbalik, orang itu langsung menabrak dan memeluk tubuhnya. "Astaga Bro! Kenapa kau baru ke sini? Tidakkah kau tahu aku begitu merindukanmu," ucap orang itu sambil menepuk bahu Okta sedikit keras."Sanjay, apa kabar?" tanya Okta dengan wajah yang senang saat melihat saudaranya kembali."Kabar baik. Apalagi setelah melihat wajahmu. Tapi ngomong-ngomong, kau ke mana saja? Kenapa baru ke sini lagi, hah? Saat aku mendengarmu balik ke sini, aku langsung mengambil penerbangan dan aku langsung pulang," ujar Sanjay sambil menaik turunkan alisnya."Aku ada, kau kan tahu pekerjaanku itu sangat banyak," jawab Okta.Pandangan Sanjay mengarah kepada Aisyah, "dia siapa? Apakah dia istrimu?"Okta menganggukan kepalanya, "Iya, dia adalah Aisyah, istriku. Dan sayang perkenalkan, dia adalah Sanjay sepupuku."Sanjay langsung mengulurkan tangannya, kemudian Aisyah menolak dengan menangkupkan tangannya di depan dada saya Aisyah."Ups ... sorry!" ujar Sanjay dengan w
"Salah siapa pintu tidak dikunci, menodai mataku saja!" gerutu Sanjay."Matamu sudah ternoda sejak dulu. Kayak matamu suci saja," celetuk Okta sambil memeluk tubuh Aisyah dengan erat "Cepat turun ke bawah! Nenek sudah menunggu untuk makan malam." Setelah mengatakan itu Sanjay pergi meninggalkan kamar pengantin tersebut."Dasar pengantin tidak tahu akhlak! Apa mereka tidak tahu kalau aku ini jomblo? Menodai mata suciku saja!" gerutu Sanjay sambil menuruni tangga..Di sebuah desa, Andre sedang mengerjakan tugasnya yaitu mengecek laporan pemasukan dan juga pengeluaran bulanan di kebun cabe milik mertuanya.Tiba-tiba Ibu Lisa duduk di samping putranya. "Ibu butuh uang dong 3 juta buat bayar setoran arisan.""Tiga juta? Yang benar aja dong Bu, banyak banget," jawab Andre sambil menengok ke arah sang ibu dengan tatapan kaget. "Dari mana aku mendapatkan uang sebanyak itu, Bu?""Ayolah Ndre! Ibu butuh buat arisan besok. Kamu bisa minta sama Pak Daryono mertua kamu! Pokoknya Ibu tidak mau t
"Maaf saya tidak sengaja," ucap wanita itu sambil melepas pelukan Andre."Tidak apa-apa, maaf saya juga tidak sengaja nona.""Kalau begitu saya duluan." Wanita tersebut menganggukan kepala lalu pergi meninggalkan Andre, akan tetapi tangannya langsung ditahan oleh pria tersebut."Tunggu! Saya Andre ..." Dia mengulurkan tangannya, namun wanita tersebut tidak menjawab."Maaf saya tidak ingin berkenalan dengan orang asing. Permisi!" Wanita itu pergi dari sana meninggalkan Andre.'Wanita yang menarik.' batin Andre sambil tersenyum miring.Kemudian dia berlari mengejar wanita tersebut, dan saat memasuki mobilnya lagi-lagi Andre menahan tangannya. "Tunggu dulu Nona! Saya hanya ingin mengajak berkenalan, anggap saja itu adalah ucapan permintaan maaf saya yang tidak sengaja menabrak Anda," ungkap Andre."Maaf juga ya Tuan, saya sudah bilang tidak ingin berkenalan dengan orang asing dan saya tidak perlu tahu siapa Anda. Saya juga tadi tidak sengaja karena sudah menabrak, jadi tidak ada yang sal
Okta mendekat ke arah Laksmi, dia menatap wanita itu dengan dalam, sementara Laksmi tersenyum kecil karena dia berpikir bahwa Okta akan membelanya."Jadi kau sengaja menumpahkan kari panas itu kepada lengan istriku?" tanya Okta dengan tatapan yang begitu tajam."Tidak Okta. Mana mungkin aku tega melakukan itu?" alibi Laksmi, "dia memfitnahku. Dia ingin kita bertengkar Okta.""Diam kau! Aku sangat tahu pribadi Aisyah seperti apa. Untuk apa dia melakukan itu? Hanya untuk membuat kita bertengkar? Memangnya kita siapa? Kita ini hanya teman. Aisyah tidak akan pernah melakukan hal itu ... karena bagi dia tidak menguntungkan sama sekali, kecuali dia adalah orang yang menyukaiku, dan kau adalah kekasihku itu mungkin saja. Jadi jangan pernah kau menyakiti Aisyah! Sekali lagi kamu melakukan itu, ku tidak akan pernah memaafkanmu!" tegas Okta.Kemudian dia pergi dari sana meninggalkan kekecewaan di hati Laksmi ,karena sudah gagal untuk membuat Okta percaya terhadap ucapannya."Nek ... Nenek perca
Karena masih ada waktu untuk acara nanti malam, Aisyah memutuskan untuk tidur terlebih dahulu, karena dia juga merasa kepalanya sedikit pening, mungkin karena semalam kurang tidur sebab harus melayani Okta.Baru 1 jam dia terlelap, tiba-tiba saja Aisyah menjerit memanggil nama Papanya, "Papa!" teriak Aisyah sambil bangun dari tidur.Nafasnya terengah-engah seolah menandakan jika ia sedang bermimpi buruk, satu tangannya memegang dada yang sedang berdebar dengan kuat."Ya Allah ... sbenarnya ada apa dengan papa? Kenapa akhir-akhir ini bomornya tidak aktif? Bahkan aku sering bermimpi buruk tentang papa? Ada apa sebenarnya ya Allah?" gumam Aisyah dengan suara yang lirih.Dia langsung mengambil ponselnya dan mencoba untuk menelpon Papahnya, tapi lagi-lagi nomornya tidak aktif. Aisyah selalu menanyakan kepada mamanya ataupun Faisal tapi jawaban mereka adalah jika Papa Agam sedang sibuk.Akhirnya Aisyah memutuskan untuk menelpon Mama Rani, dan setelah beberapa menit telepon pun tersambung.