"Kamu kenapa Bang? Kok mukanya ditekuk kayak gitu sih?" tanya Aisyah saat melihat Okta menekuk wajahnya waktu berada di meja makan."Iya, kamu tidak suka ya datang ke rumahnya nenek? Ya sudah, kalau kamu tidak suka pergi saja dari sini!" marah nenek Paramita sambil berkacak pinggang dan menatap tajam ke arah cucunya."Eh Nenek ... kok malah bilang seperti itu?" Okta mulai merangkul pundak sang nenek dan bermanja-manja dengannya. "Okta datang ke sini karena Okta sangat merindukan Nenek, tapi Okta tidak suka dengan peliharaan nenek, apalagi yang bernama Palu. Nenek tahu tidak--""Salu, bukan Palu. Kau pikir temannya linggis sama gergaji?" potong Nenek Paramita."Iya, iya ... namanya Salu. Tapi kan Palu sama Salu 11 12 Nek, cuma beda huruf S sama P saja. Gara-gara peliharaan Nenek yang indehoy itu ... tangan aku masa diberakin sama dia? Nyebelin banget!" adu Okta sambil menatap tajam ke arah ayam yang sedang bertengger di dalam kandang yang ada di dapur tersebut.Seakan mengerti, Salu pu
"Okta, kamu datang kenapa tidak mengabariku aku? Aku sangat merindukanmu Okta," ucap wanita itu dengan antusias sambil memeluk tubuh Okta.Okta yang merasa risih segera melepaskan pelukan tersebut. "Laksmi, tolong lepaskan!" pintanya."Kenapa? Biasanya kau tidak masalah jika ku peluk?" Wanita itu berkata dengan nada sedikit manja."Jslas aja Okta merasa risih, di sini ada istrinya, Laksmi, kau harus menjaga sikap," ucap nenek Paramita.Kedua bola mata Laksmi membulat saat mendengar kata istri, lalu dia menatap ke arah Okta meminta jawaban dari pria tersebut, dan nota hanya menganggukan kepalanya."K-kau sudah me-menikah?" tanya Laksmi dengan kaget, dan Okta mengangguk mantap. "L-lalu, mana istrimu?" tanyanya dengan gugup."Itu ..." tunjuk Okta pada Aisyah, "Sayang perkenalkan, dia adalah Laksmi, anak sahabat dari nenek Paramita. Dan Laksmi perkenalkan ... dia adalah Aisyah, istriku."Aisyah mengulurkan tangannya, tetapi Laksmi hanya diam saja menatap lekat ke arah wanita berjilbab itu
"Seharusnya kamu bisa menjaga sikap, karena tadi kan ada istrinya Okta. Tidak enak. Bagaimana kalau dia marah," ucap nenek Paramita."Nek ... Nenek kan tahu kalau aku itu suka sama Okta? Nenek juga mendukung kan? Dan jangan lupa! Nenek juga berjanji menjodohkan ku dengan Okta, tapi sekarang apa Nek? Dia sudah menikah, dan Nenek tidak memberitahuku. Jenek tahu hancurnya aku seperti apa?" ujar seorang wanita yang Aisyah yakini itu adalah Laksmi."Iya nenek tahu Laksmi, tapi apa Nenek bisa mencegah pilihan Okta? Dia mempunyai pilihannya sendiri.""Pokoknya aku tidak mau tahu. Nenek harus membantuku untuk dekat kembali dengan Okta! Lagi pula, selera dia itu sangat rendah. Lihat saja penampilannya! Bahkan masih cantik dan juga seksian aku Nek," cetus Laksmi."Ya mau bagaimana lagi? Nenek tidak bisa untuk mengekang Okta, apalagi dia sudah menikah. Apa kamu sudah gila? Nenek harus memisahkan mereka? Tidak. Nenek tidak mau. Okta begitu sangat mencintai Aisyah, bagaimana mungkin tega nenek mem
"Diamlah sayang! Nanti nenek dengar tidak enak. Ayo!" ajak Okta sambil menuntun Aisyah menuju ranjang."Mau ngapain? Aku kan belum mandi Bang, badan aku masih lengket, bau tahu ...""Tapi aku udah nggak kuat," ujar Okta sambil menggaruk kepalanya.Aisyah hanya menggeleng dengan pelan, "sabar ... aku mandi dulu ya nanti keburu malam juga nggak bagus buat kesehatan."Akhirnya Okta membiarkan Aisyah untuk membersihkan diri, dan setelah wanita itu selesai dengan rutinitasnya dia pun menghampiri Okta yang sedang duduk di ranjang."Jadi kenapa, Bang?"Tanpa berkata apapun Okta langsung membalikkan badannya dengan telungkup, membuat Aisyah seketika mengerutkan keningnya dengan heran."Mau ngapain Bang? Kok telungkup?" tanya Aisyah dengan bingung."Aku mau minta kamu untuk pijitin, badanku terasa pegal sekali sayang.""Aalah ... jadi Abang mau minta aku mijat? Aku pikir ...?" Aisyah menggantung kan ucapannya.Mendengar hal itu Okta langsung membalikkan badannya kemudian dia menarik tubuh Ais
"Maafkan aku! Aku tidak bisa. Aku ke sini untuk bulan madu bersama dengan istriku, jadi aku akan membawanya keliling negara India." tolak Okta dengan halus.Dia menatap ke arah sang nenek. "Nek, maafkan Okta ya ... Okta tidak bisa merayakannya kali ini.xl""Tidak apa-apa Nak. Bawa Aisyah jalan-jalan! Dia harus tahu bahwa negara ini sangat indah," ujar nenek Paramita sambil menatap sendu ke arah Aisyah."Nenek benar. Aisyah itu sangat mengagumi India, bahkan nenek tahu! Setiap hari dia selalu memutar lagu India di mana idolanya adalah King Bollywood, tahu sendiri kan siapa dia? Padahal jika dibandingkan dengan aktor itu, tubuhnya tidak jauh beda denganku. Bahkan masih tampanan juga aku," kelakar Okta sambil mengedipkan sebelah matanya.Nenek Paramita terkekeh, begitu pula dengan Aisyah. Sementara Laksmi hanya memanyunkan bibirnya saja karena dia masih merasa kesal dengan penolakan Okta.Setelah sarapan selesai Okta dan Aisyah pun bersiap-siap, mereka menaiki lantai atas menuju kamar un
Aldo semakin mendekatkan tubuhnya ke arah Rara, membuat degup jantung wanita itu berdetak kencang. Dan tiba-tiba Rara menahan nafas karena dia merasa pasokan oksigen di dalam mobil itu kian menipis.'Astaga! Apa dia akan menciumku?' batin Ara dengan susah payah meneguk ludahnya dengan kasar."Kenapa? Nggak usah tegang itu. Bukankah tadi kau yang menantangku, hm?" tanya Aldo sambil menaik turunkan alisnya."Mau apa kau, hah? Menjauh dariku!" Ara mendorong dada bidang Aldo, akan tetapi tenaganya tidak seberapa.Aldo begitu menikmati wajah tegang Ara, seperti sedang ketakutan. "Ke mana wajah mu tadi yang menantangku hah? Bukankah tadi kau yang seakan berani, tapi sekarang kenapa nyalimu menciut?" ledek Aldo.Cara mengeraskan rahangnya, dia merasa kesal kemudian kembali mendorong dada bidang Aldo, namun tetap saja tenaga Aldo 10 kali lipat."Mau apa kau? Menjauh dariku!" ucap Ara dengan gugup.Tapi Aldo tidak peduli, hingga wajah mereka hanya berjarak beberapa centi, membuat Ara seketika
"Okta!" teriak seseorang.Dan saat Okta berbalik, orang itu langsung menabrak dan memeluk tubuhnya. "Astaga Bro! Kenapa kau baru ke sini? Tidakkah kau tahu aku begitu merindukanmu," ucap orang itu sambil menepuk bahu Okta sedikit keras."Sanjay, apa kabar?" tanya Okta dengan wajah yang senang saat melihat saudaranya kembali."Kabar baik. Apalagi setelah melihat wajahmu. Tapi ngomong-ngomong, kau ke mana saja? Kenapa baru ke sini lagi, hah? Saat aku mendengarmu balik ke sini, aku langsung mengambil penerbangan dan aku langsung pulang," ujar Sanjay sambil menaik turunkan alisnya."Aku ada, kau kan tahu pekerjaanku itu sangat banyak," jawab Okta.Pandangan Sanjay mengarah kepada Aisyah, "dia siapa? Apakah dia istrimu?"Okta menganggukan kepalanya, "Iya, dia adalah Aisyah, istriku. Dan sayang perkenalkan, dia adalah Sanjay sepupuku."Sanjay langsung mengulurkan tangannya, kemudian Aisyah menolak dengan menangkupkan tangannya di depan dada saya Aisyah."Ups ... sorry!" ujar Sanjay dengan w
"Salah siapa pintu tidak dikunci, menodai mataku saja!" gerutu Sanjay."Matamu sudah ternoda sejak dulu. Kayak matamu suci saja," celetuk Okta sambil memeluk tubuh Aisyah dengan erat "Cepat turun ke bawah! Nenek sudah menunggu untuk makan malam." Setelah mengatakan itu Sanjay pergi meninggalkan kamar pengantin tersebut."Dasar pengantin tidak tahu akhlak! Apa mereka tidak tahu kalau aku ini jomblo? Menodai mata suciku saja!" gerutu Sanjay sambil menuruni tangga..Di sebuah desa, Andre sedang mengerjakan tugasnya yaitu mengecek laporan pemasukan dan juga pengeluaran bulanan di kebun cabe milik mertuanya.Tiba-tiba Ibu Lisa duduk di samping putranya. "Ibu butuh uang dong 3 juta buat bayar setoran arisan.""Tiga juta? Yang benar aja dong Bu, banyak banget," jawab Andre sambil menengok ke arah sang ibu dengan tatapan kaget. "Dari mana aku mendapatkan uang sebanyak itu, Bu?""Ayolah Ndre! Ibu butuh buat arisan besok. Kamu bisa minta sama Pak Daryono mertua kamu! Pokoknya Ibu tidak mau t
Acara ijab qobul pun di langsungkan dengan sangat khidmat, membuat semua yang ada di sana menitikan air mata karena haru, apalagi saat kedua pengantin sungkem pada kedua orang tuanya.Aisyah tak kalah bahagianya saat melihat pernikahan kedua sahabatnya. Dia benar- benar beruntung sebab Ara maupun Vita akhirnya bisa menemukan tambatan hati mereka."Sayang, kamu mau makan gak?" tanya Okta sambil duduk di sebelah sang istri."Nggak Bang, aku gak laper," jawab Aish.Tak terasa waktu cepat berlalu, Aisyah sudah pulabg kerumah dan nanti malam ia akan menghadiri pesta pernikahan kedua sahabatnya...."Sayang, kamu udah siap belum?" tanya Okta karena Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 malam."Sudah Bang. Ayo kita berangkat sekarang nanti kemalaman," jawab Aisyah sambil menggandeng tangan Okta.Mereka berpapasan dengan Kanaya. Aisyah sebenarnya mengajak wanita itu tapi Kanaya menolak sebab dia merasa kurang enak badan.Sesampainya di tempat gedung acara, Aisyah melihat kedua sahabatnya sedang
Pagi ini sesuai dengan ucapan Okta, jika dia tidak akan masuk kerja dan akan menghabiskan waktu bersama dengan Aisyah. Pria itu sudah bersiap-siap dan membuat sang istri merasa heran."Memangnya kita mau ke mana, Bang?" Aisyah menatap lekat ke arah suaminya yang saat ini tengah duduk di sampingnya."Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?" kekeh Okta dengan nada meledek.Mendengar jawaban suaminya Aisyah langsung mencubit tangan Okta dengan gemas. Dia paling tidak menyukai kata-kata seperti itu, karena menurut Aisyah kata-kata itu bukan hal yang baik."Stop mengucapkan kata-kata seperti itu! Aku tidak suka." Aisyah menekuk wajahnya."Loh, memangnya kenapa sayang? Itu kan kata-kata yang lagi viral, seperti bercanda."Aisyah menatap dalam ke arah sang suami kemudian dia pun berkata, "sesuatu yang viral jika hal positif dan untuk kebaikan itu tidak masalah, tapi kata-kata itu un-faedah. Kamu tahu! Banyak di luaran sana anak kecil ditanya orang tuanya, dan jawabannya apa? Kamu nanya? Kamu bertan
Kanaya cukup terkejut saat melihat siapa orang itu, dan dia mendekat ke arah Kanaya. "Kamu sedang apa di sini?" tanyanya."Ini, aku baru saja membeli ketoprak untuk Aisyah." Kanaya menunjukkan 2 bungkus ketoprak yang ada di tangannya.Wanita yang berada di hadapan Kanaya mengangkat satu alisnya. "Kau tidak sedang meracuni Aisyah kan?" Kemudian dia mencengkeram lengan Kanaya, "jika kau berani mengusik Aisyah dan menghancurkan keluarganya, aku tidak akan segan-segan untuk menghancurkan hidupmu, paham!" gertak wanita itu yang tak lain adalah Vita.Dia baru saja pulang dari kantor, akan tetapi tidak sengaja melihat Kanaya yang sedang membeli sesuatu di pinggir jalan. Wanita itu pun berinisiatif untuk menghampirinya.Mendengar ancaman dari Vita membuat Kanaya hanya bisa tersenyum. "Kau sedang mengancamku?" tanyanya dengan nada mengejek."Jika kau menganggap Itu adalah sebuah ancaman." Vita mengangkat kedua bahunya dengan acuh.Sayangnya Kanaya tidak takut, karena memang dia tidak ada niata
Pagi ini Aisyah tidak ingin sarapan, dia masih menginginkan makanan yang semalam. Akan tetapi Okta harus pergi ke kantor pagi-pagi karena ada meeting penting yang harus ia hadiri."Tapi Bang, aku pengen empek-empek. Apa kamu tidak bisa membelikannya terlebih dahulu?" pinta Aisyah dengan tatapan memelas."Maafkan aku sayang, tapi vendor dari Amerika ini tidak bisa aku tunda." Okta mencoba untuk memberi pengertian kepada Aisyah, dia juga tidak bisa mewakilkan kepada asistennya.Mau tidak mau, akhirnya Aisyah pun mengangguk kemudian mereka berjalan menuruni tangga menuju lantai bawah."Kamu kenapa, kok mukanya ditekuk kayak gitu sih?" tanya Mama Rani saat melihat Aisyah sampai di meja makan."Ini Mah, semalam aku tuh pengen pempek tapi belum kesampaian juga," jawab Aisyah dengan cemberut.Mama Rani mengangguk, "ya sudah, kalau gitu biar nanti mama suruh pelayan buat membelikannya.""Nggak ah Mah, aku udah nggak berselera," ujar Aisyah.Okta yang mendengar itu pun merasa tak enak. Dia tau
"Ya iyalah ... emangnya Aldo nggak bilang sama lo kalau kita bakalan prewedding sama-sama?" jawab Vita sambil menatap ke arah Aldo yang saat ini tengah duduk santai di samping Ara.Seketika wanita itu pun menatap ke arah calon suaminya dan di sana Aldo langsung menganggukkan kepalanya. "Iya, maaf sayang aku lupa semalam tidak bilang sama kamu.""Jadi ini definisi dua sahabat prewedding bersama. Di pelaminan bersama juga. Jangan-jangan nanti malam pertamanya juga bersama," celetuk Ara.Akhirnya mereka pun melakukan foto prewedding di pantai tersebut, hingga setelah jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang mereka berinisiatif untuk menuju sebuah restoran yang ada di pinggir pantai."Sayang sekali ya Aisyah tidak bisa ikut?" tanya Vita."Wajar saja, dia kan lagi hamil. Memangnya kalau nanti terjadi apa-apa dengan kandungannya kamu mau tanggung jawab hah?" Ara menaik turunkan alisnya sambil mencebik kesal."Iya, kan kita ini 3 bestie. Rasanya kalau Aisyah tidak ikut ada yang kurang." Vita
Pagi ini Aisyah sudah bersiap-siap dan dia akan ke rumah sakit untuk USG. Kebetulan Okta juga sudah membuat janji dengan salah satu dokter kandungan di sana."Kalian hati-hati di jalan ya," ujar Mama Rani sambil mengusap kepala Aisyah yang terbaru dengan hijab."Iya Mah," jawab Aisyah kemudian dia mencium tangan mamanya. "Kalau begitu kami pamit dulu ya, assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Selama dalam perjalanan bahkan Okta tidak henti-hentinya mengusap perut Aisyah yang masih rata. Dia benar-benar sangat bahagia karena sebentar lagi mereka akan segera menimang seorang bayi yang sangat lucu."Oh ya sayang, kamu mau anak perempuan atau laki-laki?" tanya Okta kepada Aisyah."Kalau aku sih terserah ya Bang ... sedikasihnya saja sama Allah. Lagi pula, anak itu kan rezeki dan titipan, jadi aku tidak ingin memilih. Apapun yang diberikan oleh Tuhan maka aku akan menerimanya dengan sangat bahagia," tutur Aisyah sambil mengusap perutnya.Okta yang mendengar itu pun langsung mengusap kepala Ai
Aisyah dibaringkan di kasur dan Mama Rani langsung menelpon dokter dari keluarganya. Tak lama dokter pun datang dan langsung memeriksa keadaan Aisyahm"Bagaimana Dok keadaan anak saya? Dia baik-baik aja kan?" tanya papa Agam dengan khawatir."Nona muda baik-baik saja, dan perkiraan saya dia sedang hamil," jawab dokter tersebut."Apa! Hamil?" jawab semua orang yang serempak yang ada di sana dan langsung dibalas anggukan oleh dokter tersebut."Alhamdulillah ya Allah ... akhirnya kita punya cucu lagi Pah!" seru mama Rani dengan bahagia sambil memeluk tubuh suaminya.Okta pun menatap istrinya yang saat ini sudah membuka mata, dia langsung mengecup seluruh wajah Aisyah di hadapan semua orang bahkan tanpa canggung sedikitpun."Terima kasih ya sayang, akhirnya yang kita nantikan akan segera menjadi kenyataan," ujar Okta."Iya Bang," jawab Aisyah tak kalah terharu.Kemudian dokter pun pulang dari sana setelah memberikan vitamin, dan dia menyarankan agar Aisyah besok menuju rumah sakit untuk m
"Bagaimana? Apa kau setuju dengan syarat yang ku ajukan?" Vita menatap miring ke arah Boy.Setelah pria itu membaca dengan seksama tanpa menjawab ucapan Vita, dia langsung menandatangani di atas materai, membuat Vita seketika melongo karena tak menyangka jika Boy akan setuju dengan syarat yang diajukan."Apa! Jadi lo setuju dengan syarat yang gue ajuin? Lo nggak merasa keberatan gitu?" Heran Vita dengan wajah yang masih terkejut.Boy menggelengkan kepalanya dengan tegas, kemudian dia menggenggam kedua tangan Vita dan menatapnya dengan dalam."Aku sudah bilang, aku ini serius. Aku tidak main-main. Dan stop memanggil lo dan gue! Di sini hanya ada kita, jadi cukup aku dan kamu saja. Aku tidak peduli mau kamu meminta mahar berupa perusahaanku juga tidak masalah. Jangankan hanya satu buah rumah yang harganya 1 miliar dengan satu mobil Alphard serta satu set berlian, bahkan semua akan ku berikan padamu sebagai tanda keseriusanku.""Tapi ..." Vita seakan ragu karena menurut dia mahar yang di
Kemudian Aisyah pun membisikkan sesuatu di telinga Vita, sehingga membuat wanita itu akhirnya manggut-manggut."Kalian ini bicara apa sih? Gue nggak dikasih tahu nih?" Ara menekuk wajahnya membuat Aisyah dan Vita seketika terkekeh."Lo nggak usah tahu!" Timpal Vita sambil mengaduk jus yang berada di hadapannya."Pelit banget sih lo. Udah cepetan gue penasaran nih!" desak Ara, kemudian Aisyah pun membisikan apa yang tadi dia katakan kepada Vita."Nah ... kalau itu gue setuju! Lo harus kasih syarat itu pada si playboy cap kakap kelas teri!" seru Ara dengan semangat.Vita tidak menanggapi, kemudian dia pun menegak minuman namun seketika wanita itu menyemburkannya tepat di wajah Ara, membuat wanita tersebut seketika menatapnya dengan tajam."Vita!" tekan Ara dengan mata melotot hampir keluar, seakan dia sedang menatap mangsa yang siap disantapnya. "Lo itu punya mata nggak sih? Ini wajah, bukannya meja. Lo kalau mau nyembur itu bilang dulu. Gue gak butuh Mbah dukun!" gerutu Ara, "gue ini u