Pemuda itu merasa napasnya tercekat di tenggorokan. Sia-sia saja bersembunyi karena papanya pasti sudah tahu semua yang dilakukannya dari orang suruhan pria itu. Padahal dia pergi diam-diam dan akan pulang dengan alasan berlibur, tapi sekarang tidak berlaku lagi alasan itu.Leon pun menarik napas berat lalu berkata, “Iya, Pa. Mereka memang memiliki markas besar dan canggih. Sulit untuk kita menyaingi popularitas dan kehebatan mereka. Tapi, aku yakin sudah berhasil membuat internal mereka terpecah,” jelasnya singkat.Surya pun manggut-manggut sambil memegang dagunya.“Aku mendapatkan kepercayaan anak dari Kevin dan menipunya. Namanya Kayla, Pa!” sambungnya lagi.Surya tidak bisa menyembunyikan ekspresi wajah terkejutnya.“Kevin punya anak perempuan?!”“I-iya, Pa. Anak tunggal, satu-satunya pewaris kelompok mereka!” jelasnya dengan suara pelan.‘Sama sepertiku!’ Hati pemuda itu merasa bersalah.Kening pria paruh baya itu semakin berkerut mendengar pengakuan putranya.“Yah, aku hanya tah
Mulut Kayla membulat memikirkan semua kemungkinan yang terjadi. Lalu dengan tangan yang masih bergetar ia meraba perutnya.“A-apa mungkin?!” gumamnya sedikit takut.Dengan cepat wanita itu berlari keluar dan langsung menuju meja kecil yang ada di samping tempat tidurnya.“Halo, Nora! Cepat panggilkan dokter!” pintanya dengan wajah yang pucat pasi.[“Apa Nona sakit? Baiklah, tunggu sebentar! Aku akan naik!” jawab wanita itu cepat.]Kayla meletakkan gagang telepon itu dengan perlahan. Ia berharap dugaannya benar kali ini.“Apa aku … hamil?” ucapnya tak percaya.Mengingat Leon yang selalu ‘keluar’ di dalam selesai pelepasannya. Apalagi saat terakhir mereka bertemu pria itu seolah menumpahkan semua miliknya di dalam Kayla.Kayla pun berbalik lalu melihat nampan sarapannya yang belum tersentuh sama sekali. Ia bergegas bangkit dan duduk di sofa. Tampak senyuman tipis terukir di wajahnya. Ia mulai makan dengan lahap seolah takut terjadi sesuatu kalau sampai perutnya kosong.Beberapa menit ke
“Sayang, kapan kamu akan menceraikan istri jelekmu itu?” “Sebentar dong, Sayang. Kamu sudah tidak sabar menjadi istriku ya?” jawab seorang pria diiringi gelak tawanya yang keras menggema. Kayla yang baru saja masuk ke rumah, terkejut mendengar suaminya bicara seperti itu dengan seorang wanita asing. Di kamar mereka pula! Padahal wanita berumur 25 tahun itu sengaja pulang cepat dari pasar supaya bisa menyambut suaminya dari kantor, mengejutkan sang suami. Tapi sekarang malah dia yang mendapat kejutan. Perlahan, Kayla membuka pintu. Seketika suaminya, Rio Sanjaya, terkejut dan langsung bangkit dari ranjang. Diikuti oleh wanita asing yang tengah bersamanya. Namun, yang lebih mengejutkan adalah suaminya itu hanya mengenakan celana pendek, sementara si wanita dengan tidak tahu malunya hanya mengenakan lingerie seksi yang transparan. Memalukan! “Apa-apaan ini?” sentak Kayla. “Rio, kamu–” “Aduh. Jangan drama!” tukas si wanita asing. Dengan tidak tahu malunya, wanita itu menggandeng
Mobil pun melaju kencang menuju jalan raya. Di dalam mobil yang berdesain mewah dan klasik, wanita tadi menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. “Apa yang sudah terjadi, Nona?” suara tegas seorang gadis dari depan membuka obrolan mereka yang tertunda. Ekor matanya menatap ke arah kursi belakang dari kaca spion. Kepalanya menggeleng pelan. “Tidak ada yang penting lagi, Nora. Pria brengsek itu berselingkuh dan nenek sihir itu malah mendukungnya. Aku dipaksa bercerai dan diusir dari rumah oleh mereka!” jelasnya lesu sambil menyandarkan punggungnya. Wajah Kayla yang kusam karena lelah bekerja seharian mendadak cemberut saat mendengar gelak tawa dari asistennya itu. “Hahaha!” Wajah Nora terlihat puas sekali. “Aku bilang juga apa ‘kan? Nona sama sekali tidak mau mendengarkanku!” Kayla pun mencondongkan tubuhnya ke depan. “Kamu sudah bosan hidup, hah?!” teriaknya tidak terima. Nora menutup mulutnya dengan ekspresi seolah-olah takut. “Oh, baiklah. Maafkan aku, Nona.” “Huh!” Kay
“Baik, Nona!” Setelah itu telepon pun dimatikan. Kayla menggenggam ponselnya dengan erat. “Kalian pikir bisa tidur nyenyak setelah ini?” gumamnya yakin. Tidak segampang itu! Bukan hanya Rio saja, tapi mama mertua dan iparnya juga memperlakukannya dengan buruk selama ini. Jadi, siapapun di keluarga mereka tidak akan dibiarkan lolos begitu saja. Permainan pun sudah dimulai. Dia akan membuat kehidupan mereka semakin kacau. Sementara itu di dalam mobil …. Mia yang tidak sabar langsung mengambil ponselnya untuk mengadukan kejadian barusan pada saudaranya. “Halo, Kak! Baru saja aku melihat mantan istrimu di Apartemen Royal Garden. Apa kamu tahu soal ini?” cerocosnya tanpa basa basi. [Kening Rio pun bertaut mendengar hal yang sangat aneh baginya. “Apa maksudmu? Apa yang dilakukannya di sana?” ucapnya heran dengan pertanyaan yang sama seperti adiknya tadi.] “Aku juga tidak tahu! Tapi, dia bilang tinggal di sana. Apa Kakak percaya? Hahaha! Si kotor itu pasti sudah menjadi simpanan pri
“A-apa?!” kali ini Gio sedikit meninggikan suaranya. Leon Adinata, pemuda 29 tahun itu mengangguk mantap. “Gadis itu sangat pemberani! Dia sangat cocok bukan?” Gio mengikuti pandangan Tuan Mudanya dan memperhatikan keributan kecil yang baru saja terjadi di dekat gerbang depan. Rencana Leon diam-diam datang kemari untuk mencari kelemahan musuh mereka. “Apa Tuan yakin?” ujarnya ragu tapi sekaligus percaya, karena bosnya itu tidak pernah bercanda kalau sedang bekerja. “Iya, Gio. Dia gadis yang tepat untukku ‘kan? Apa kau lihat gerakannya tadi? Itu adalah refleks yang bagus! Aku suka dengan wanita yang pandai bela diri!” jelasnya lagi. Leon menampakkan senyum kecil di sudut bibirnya. Gio pun langsung manggut-manggut mengerti. ‘Oh, sepertinya Tuan menyukai gadis itu? Ini tidak bagus!’ batinnya gelisah. Melihat Kayla yang akan berjalan melewati mereka, pemuda itu langsung bergerak mengambil kesempatan. “Maaf, apa kamu tidak apa-apa?” Leon bertanya dengan sopan. Kening Kayla berker
Rio dan Sonia kompak menjawab saat mendengar ucapan Kayla barusan. “Hahaha!” Mereka berdua tertawa kencang membuat Kayla semakin kesal melihatnya. “Apa kamu bilang? Jangan mimpi, Kayla!” Sonia mengibaskan tangannya di depan wajah. Rio pun kembali bersikap sok dan percaya diri. “Mana mungkin orang sepertimu bisa berurusan dengan para pebisnis. Kamu itu cuma wanita miskin penjual sayur! Baru dekat dengan Pak Walikota saja kamu sudah belagu!” ungkapnya tetap tak takut. Kedua tangan Kayla mengepal dengan erat. ‘Aku harus bagaimana supaya mereka percaya? Sial!’ Laren yang tadi masih mengamati situasi, tidak tahan lagi melihat mereka semua yang berdebat di depannya. Bisa hilang wibawa dan kekuasaannya di sini. “Cukup! Kalian berdua seharusnya menaruh hormat pada kepona… eh, maksudku pada Kayla. Dia sudah banyak membantu orang!” ucapnya hampir keceplosan. “Tidak mau, Pak!” jawab dua pasangan selingkuh itu bersamaan. “Untuk apa? Apa karena dia memanggil Anda dengan sebutan paman, be
Kayla menunjuk dengan ragu, “Ka-kamu? Sedang apa di sini?” ucapnya gugup. “Tunggu dulu, apa kamu mengikutiku sampai kemari?” Kedua mata wanita itu membola, benar-benar tidak percaya kalau orang asing ini tahu tempat tinggalnya padahal mereka bertemu hanya sekilas. Kayla menelan ludahnya dengan kasar, bahaya kalau sampai orang di sini tahu statusnya sebagai anak dari penguasa kota ini. Sekarang bukan waktu yang tepat.Leon sebisa mungkin bersikap santai.“Ekhmm. Sebenarnya aku tadi tidak sengaja melihatmu masuk kemari. Apartemenku ada di seberang sana. Jadi, sekalian saja aku mampir, boleh ‘kan?” ungkapnya dengan memasang senyuman semanis mungkin.Tapi di mata Kayla, senyuman jahil lebih tepatnya.‘Sial! Bikin jantungan saja!’Kayla mencebikkan bibirnya kesal karena hampir kecolongan. Jadi, dia tidak akan basa basi lagi pada orang ini.“Ck! Apa yang kamu mau? Kalau cuma kepo tidak usah diteruskan, jika masih sayang dengan nyawamu!” ketusnya langsung.Pemuda itu cukup terkejut dengan a
Mulut Kayla membulat memikirkan semua kemungkinan yang terjadi. Lalu dengan tangan yang masih bergetar ia meraba perutnya.“A-apa mungkin?!” gumamnya sedikit takut.Dengan cepat wanita itu berlari keluar dan langsung menuju meja kecil yang ada di samping tempat tidurnya.“Halo, Nora! Cepat panggilkan dokter!” pintanya dengan wajah yang pucat pasi.[“Apa Nona sakit? Baiklah, tunggu sebentar! Aku akan naik!” jawab wanita itu cepat.]Kayla meletakkan gagang telepon itu dengan perlahan. Ia berharap dugaannya benar kali ini.“Apa aku … hamil?” ucapnya tak percaya.Mengingat Leon yang selalu ‘keluar’ di dalam selesai pelepasannya. Apalagi saat terakhir mereka bertemu pria itu seolah menumpahkan semua miliknya di dalam Kayla.Kayla pun berbalik lalu melihat nampan sarapannya yang belum tersentuh sama sekali. Ia bergegas bangkit dan duduk di sofa. Tampak senyuman tipis terukir di wajahnya. Ia mulai makan dengan lahap seolah takut terjadi sesuatu kalau sampai perutnya kosong.Beberapa menit ke
Pemuda itu merasa napasnya tercekat di tenggorokan. Sia-sia saja bersembunyi karena papanya pasti sudah tahu semua yang dilakukannya dari orang suruhan pria itu. Padahal dia pergi diam-diam dan akan pulang dengan alasan berlibur, tapi sekarang tidak berlaku lagi alasan itu.Leon pun menarik napas berat lalu berkata, “Iya, Pa. Mereka memang memiliki markas besar dan canggih. Sulit untuk kita menyaingi popularitas dan kehebatan mereka. Tapi, aku yakin sudah berhasil membuat internal mereka terpecah,” jelasnya singkat.Surya pun manggut-manggut sambil memegang dagunya.“Aku mendapatkan kepercayaan anak dari Kevin dan menipunya. Namanya Kayla, Pa!” sambungnya lagi.Surya tidak bisa menyembunyikan ekspresi wajah terkejutnya.“Kevin punya anak perempuan?!”“I-iya, Pa. Anak tunggal, satu-satunya pewaris kelompok mereka!” jelasnya dengan suara pelan.‘Sama sepertiku!’ Hati pemuda itu merasa bersalah.Kening pria paruh baya itu semakin berkerut mendengar pengakuan putranya.“Yah, aku hanya tah
Kayla ingin menyanggah semua perkataan Damar tentang Leon, tapi mengingat siapa sebenarnya pria itu ia tidak jadi membuka mulutnya.‘Bisa saja itu benar! Aku terlalu percaya padanya!’ Batinnya yakin.Meskipun Leon mengatakan berbagai macam alasan soal kedatangannya kemari dan pernyataan cintanya pada Kayla. Hal itu tidak bisa membantunya sama sekali. Sekarang ia seorang diri menghadapi keluarganya atas kecerobohan yang diperbuat karena mengundang musuh mereka ke rumah ini.Tubuh Kayla terasa lemas semakin membuatnya tak berdaya dan menerima semua kemarahan papanya dengan lapang dada. Padahal Leon juga tidak tahu apa-apa tentang kelompok mereka. Tidak semua hal dikatakan jujur oleh Surya dan bertahun-tahun lamanya pasti banyak hal yang berubah di sini.Melihat Kayla yang diam saja, Kevin merasa sangat kesal dan tidak mau lagi berlama-lama membahas tentang hal memalukan ini. Ia akan membuat keputusan yang sulit.“Dengar, Kayla. Aku akan memberikan hukuman karena kesalahanmu!” ucapnya d
Nora cukup terkejut karena tidak biasanya Marco pergi tanpa melaporkan apapun padanya. Padahal pria itu bekerja sebagai asistennya, tapi dia juga menuruti perintah Damar. Yah, meskipun pangkat ayahnya lebih tinggi tetap saja Nora merasa aneh.Damar langsung melangkah pergi tanpa berkata apapun lagi pada putrinya. Nora yang sudah bersiap memutuskan kembali masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian.Saat sudah di depan pintu kamar suara berat pria yang sangat dikenal membuatnya kaget.“Mau ke mana, Nora?” Wanita itu dengan cepat menoleh dan ternyata Kevin sudah berdiri di sana dengan ekspresi wajah tak terbaca.“Pa-pagi, Tuan Besar. Aku mau pergi bekerja, tapi ada barang yang tinggal,” jawabnya cepat sambil tersenyum canggung.“Ada apa dengan Kayla? Kenapa dia mengurung diri di kamarnya? Apa terjadi sesuatu?” tanya Kevin tanpa basa-basi lagi.Ah, Nora merasa kelabakan karena pria itu sudah tahu Kayla pulang sampai membuatnya salah tingkah.Kevin maju mendekat dan memberikan tatapan inti
Posisi wajah Nora yang dekat dengan telinganya membuat darah pria itu berdesir.“I-iya, Bos!” jawabnya gugup.Nora menepuk pundaknya dan berjalan lebih dulu ke kamarnya. “Bos!” panggilnya tiba-tiba.Nora menolehkan kepalanya. “Ada apa?” Marco menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. “Tidak jadi! Besok saja, Bos. Selamat malam!”Entah kenapa dia malah gugup.Wanita itu mengangguk sambil nyengir kuda lalu melanjutkan membuka pintu.Karena kamar Marco ada di area belakang jadi dia menunggu sampai wanita itu benar-benar masuk ke kamarnya, barulah berbalik pergi.‘Ah, sial! Kendalikan dirimu!’Tentu saja karena dia laki-laki normal!Apalagi sudah lama ia melihat Nora bukan lagi seorang adik kecil di tempat les bela diri, tapi sebagai wanita dewasa.Saat pintu kamar terbuka Nora terkejut melihat sosok yang duduk dengan kedua tangan terlipat. Sudah jelas pria itu sedang menunggunya.“A-ayah?!”Nora heran karena ayahnya tiba-tiba datang. Ia memang hanya mengunci pintu saat berada di kamar dan
Leon tidak bisa lagi berkata-kata dan memutuskan untuk pergi sesuai keinginan Kayla. Ia memungut jasnya yang ada di lantai dan bergegas dengan perasaan campur aduk.“Ingat ucapanku, Kayla. Aku mencintaimu!”Setelah itu dia benar-benar melangkahkan kakinya dari sana.Marco menatapnya tajam lalu mengikuti dari belakang dan masih mengarahkan pistol itu, siap menembak.Kayla yang melihat itu langsung mencegahnya. “Jangan, Marco!”Pria itu langsung berbalik dengan kening berkerut heran.“Kenapa, Nona? Dia tidak boleh lolos!” Nora mengangguk setuju. “Pria itu musuh kita, Nona. Papanya adalah pembunuh. Sadarlah!”Kayla menggeleng cepat dengan napas yang tersengal. “Biarkan dia pergi!”Ia merasa tidak tega kalau terjadi sesuatu padanya. Meskipun mereka bermusuhan namun perasaannya untuk lelaki itu masih sama.Nora dan Marco hanya bisa pasrah saja. Mereka terdiam dan Nora mati-matian menahan rasa kesalnya.Sementara itu Leon berlari ke arah lift sambil memakai jasnya dengan cepat. Ia terpaks
Leon tidak tahu ternyata benda yang dicari oleh Kayla adalah pistol itu. Dia pun mengangkat kedua tangannya dengan perlahan dan bersikap tenang. Kayla saat ini sedang emosi jadi sebisa mungkin tidak memantik kemarahannya lagi.“Kayla, turunkan cepat! Itu bahaya!” ucapnya dengan wajah panik.Kayla berdecak. “Pergi!” ujarnya sinis.Leon pun memejamkan matanya lalu menatap Kayla dengan lekat. Dia akan menjelaskan semuanya selagi masih di sini meskipun wanita itu akan menembaknya.“Aku memang kemari karena ingin menyelidiki keadaan kelompok kalian, Kayla. Awalnya hanya itu sampai aku bertemu denganmu dan jatuh cinta dengan sungguh-sungguh untuk pertama kalinya. Perasaanku bertolak belakang karena aku tidak tahu harus bagaimana mengatakan padamu soal statusku! Aku ingin membawamu ke kotaku dan menikah di sana. Tapi, sepertinya kamu salah paham. Aku cuma ingin kita bersama, Kayla!” Kepala Kayla tertunduk walaupun tidak lagi menangis tapi hatinya sangat sakit. Rasa penasarannya pada lelaki
Leon sangat terkejut dengan reaksi Kayla yang ingin menjauhi dirinya. Dia pikir Wa itu akan mengerti dan merangkulnya. Menatap dan mengatakan semuanya akan baik-baik saja dan tidak ada masalah dengan semua itu.Dia benar-benar takut untuk memikirkan apa yang terjadi setelah ini.Kayla pun menarik napas panjang berusaha untuk tetap tenang meskipun di hatinya sudah bergemuruh hebat.Dia pun bertanya, “Dari awal, apa kamu sengaja mendekati aku? Kamu sudah tahu aku anak siapa?!”Leon menggeleng cepat. “Tidak, Kayla. Aku memang suka saat melihatmu pertama kali di festival. Aku benar-benar tidak tahu apapun sampai …aku tahu ketika melihat tato itu di tengkukmu,” jelasnya dengan perasaan bersalah. Mendengar itu Kayla semakin terkejut. Karena kalau lelaki itu tahu hanya melihat dari tato saja, pasti dia bukan orang sembarangan.Leon pun berusaha menjelaskan lagi. “Semua terjadi tidak seperti apa yang aku duga, Kayla. Ini semua salahku! Aku minta maaf tidak jujur dari awal padamu!”Kayla meng
“Itu belum seberapa, Nona. Tidak sebanding dengan apa yang pria itu lakukan pada, Nona!” ucapnya geram.Kayla mengangkat kedua pundaknya acuh. “Sekarang biarkan saja, Nora. Tapi, wartawan tidak membawa namaku ‘kan?”Nora tertawa kecil. “Tentu saja tidak, Nona. Mereka mana mungkin berani melakukan hal itu. Lagipula aku sudah memberi banyak ‘bantuan’ pada perusahaan penyiaran. Mereka bisa apa?” ungkapnya merasa bangga.Kayla tersenyum dan hanya menggelengkan kepalanya. Dia tidak akan bertanya lagi apa saja yang sudah dilakukan kelompok mereka untuk membungkam media. Saat ini di hatinya masih ada hal yang mengganjal.“Tapi, apa aku terlalu kejam pada mereka?” tanya Kayla sedikit khawatir.Nora menggeleng tegas. “Tidak, Nona. Kalau Ayah masih aktif di kelompok, dia tidak akan membiarkan orang itu mati dengan cepat. Setelah puas menyiksa, dibiarkan menderita. Ini bukan apa-apa, Nona!”Kayla tidak tahu harus senang atau tidak. Dia yakin keluarga Rio pasti akan menyalahkan hal ini padanya. N