Wanita muda itu menutup mata, mencoba tidur. Tetapi rasa perih dan ngilu di perutnya, membuatnya terus mengerang kesakitan.
Kepalanya terasa pusing dan perdarahannya belum juga berhenti. Bianca membuka matanya dan menatap langit-langit kamarnya.
Dia mendesah sedih memandang sekeliling kamarnya. Walau semua benda di kamarnya seakan berteriak mahal, tapi kemewahan yang melimpah tidak berarti apa-apa bagi Bianca sekarang.
Dengan limbung berjalan ke kamar mandi untuk kembali mengganti pembalut.
Sambil menghela napas, wanita itu menatap bathup. Berendam dengan air panas di dalam bak sepertinya akan menyenangkan.
Wanita itu mulai mengisi air hangat dan masuk, merendam seluruh tubuhnya, pilu di perutnya sedikit mereda, namun hatinya terasa kosong dan kesepiannya semakin menjadi-jadi.
Dengan kepala terasa berputar, wanita muda itu merendam dirinya dan menikmati sensasi kehangatan air panas memeluk dirinya.
Bianca lalu mengambil obat penenang yang diberikan dokter, dan meminumnya dengan anggur. Bianca merasakan pahit dan asam anggur masuk ke tenggorokannya.
“Anakku, haruskah mama ikut kamu?” tanya Bianca lemah. Dadanya terasa sesak, “Buat apa sampah tetap hidup? Lebih baik aku menyusul anakku.” pikirnya frustrasi.
Dia lalu teringat papanya dan mendesah sedih. “Aku juga tak akan lagi menyusahkan papa, dia juga pasti lebih bahagia jika tidak ada lagi anaknya yang bermasalah seperti aku” isaknya frustasi.
Dia merasa sangat kesepian dan sendirian. Tidak ada yang benar-benar peduli kepadanya.
Rencana Bianca sebenarnya sangat sederhana, jika dia hamil dia akan bisa menikah dengan Kevin.
Tapi semua itu gagal, pria itu melarikan diri tanpa mau bertanggung jawab. Hidup bebas tanpa ada cengkraman dari mama tirinya pun menguap bagaikan mimpi. Bianca yang polos sudah ditipu dan dikhianati. Anaknya pun kini hilang.
"Lalu buat apa aku masih bernapas?" Bianca menatap sekeliling kamar mandi mewahnya dan menatap silet cukur yang ada di samping bathtub dan menghela napas panjang.
…
Dengan mendesah kesal, Alice melangkahkan kakinya menaiki tangga dengan berat demi membawakan susu untuk Bianca.
Menurut bidan yang membantu aborsi tadi, susu bisa membantu memulihkan kandungan.
Calon besannya sudah bercerita kalau dia menginginkan cucu dengan cepat, karena itu, kondisi kandungan Bianca harus cepat pulih.
Alice sudah promosi besar-besaran mengatakan kalau anaknya itu sedang masa subur saat malam pernikahan nanti.
Dengan pernikahan dalam beberapa bulan, Bianca harus siap kembali hamil. Wanita paruh akhirnya sampai di kamar anak tirinya yang ditandai dua pilar dari marmer putih.
Karena cintanya pada anaknya, papa Bianca memberikan kamar yang terluas bagi putrinya. Hal itu selalu membuat dongkol Alice.
Wanita paruh baya itu lalu mengambil kunci dari kantongnya dan membuka kunci kamar.
Hidungnya kembali menangkap bau keringat di kamar yang pengap itu. Walau pendingin ruangan berjalan, tapi entah kenapa kamar Bianca selalu terasa pengap.
Kakinya melangkah sampai dia terhenti karena menatap tempat tidur yang kosong, dengan panik dia berlari dan membuka jendela. Alice menghela napas lega saat tidak ada tanda apa-apa di jendela.
“Dia tidak melompat turun, syukurlah,” pikirnya panik, lalu mendengar gemericik air di kamar mandi. Dia segera menuju kamar mandi dan mengetuk pintunya dengan tidak sabaran.
“Anak bodoh, bagaimana kamu bisa mandi di jam 1 pagi!” teriaknya menggedor pintu dengan kasar.
“Buka pintunya, BIAN!” teriak Alice menggelegar, tapi Bianca masih belum membuka pintunya, dengan tidak sabar Alice membuka pintu dan menjerit tertahan saat melihat bathtub yang berwarna merah.
Bau anyir darah tercium dan membuatnya mual. Hanya ujung kepala Bianca yang terlihat, dengan tangan tangan masih mengeluarkan darah.
“Anak brengsek! Menyusahkan saja,” makinya sambil segera memanggil karyawannya.
Semakin banyak pekerjaan yang harus Alice perbaiki sekarang. Dengan segera Bianca dibawa ke rumah sakit. Tapi sial bagi Alice, golongan darah keluarga Thomas ternyata langka.
Untuk menyelamatkan nyawa Bianca, wanita itu harus mendapatkan transfusi darah segera.
Setelah mengerahkan segala kemampuannya, Alice akhirnya harus menghubungi papanya Bianca dan mengaku dosa.
Bara marah sekali dengan istrinya. Bianca anak perempuan satu-satunya dalam keadaan kritis dan wanita itu baru memberitahukan berita itu saat Bianca sangat membutuhkan darahnya untuk bertahan hidup.
Dia menatap tidak percaya kepada Alice yang hanya bisa menangis. Pria itu segera mengambil penerbangan paling pagi dan untungnya masih sempat untuk mendonorkan darahnya demi Bianca.
Kini dia hanya bisa berharap keajaiban, nyawa anaknya harus dapat diselamatkan.
Pria itu berjalan mondar mandir di depan ruang operasi dan berjanji di dalam hati, apapun yang diminta anaknya, dia akan kabulkan, dia akan lebih memperhatikan anaknya mulai dari sekarang.
Pria itu memandang jam tangannya sudah 2 jam setelah Bianca menerima transfusi darah, seharusnya sudah ada berita dari dokter.
Dia menggeram kesal menatap pintu coklat ruang operasi lalu duduk di samping istrinya yang masih menangis sesegukan.
“Maafkan aku, Bara, aku tidak tahu bagaimana dia bisa berpikir untuk melakukan aborsi, lalu menyayat tangannya, andai dia bercerita denganku, aku pasti melarangnya untuk melakukan semua itu, kamu tahu kan aku menyayangi Bianca seperti anakku sendiri,” ucap Alice merajuk masuk dalam pelukan suaminya.
Pria itu mendesah kesal tapi akhirnya membalas pelukkan istrinya. Setelah kehilangan mamanya Bianca saat Bianca masih kecil, Bara berjanji tidak akan memarahi istrinya, lagipula dia tahu istrinya sangat menyayangi Bianca, wanita itu tidak pernah kasar pada Bianca.
Anak perempuan satu-satunya itu sudah Alice anggap sebagai anaknya sendiri, setelah mengetahui kalau dirinya tidak bisa mempunyai anak.
“Pasti hatinya ketakutan sekali saat berpikir akan kehilangan anaknya” pikir Bara kasihan dengan istri keduanya, dia benar-benar tertipu dengan sandiwara Alice yang piawai.
“Kasihan kamu, pasti kamu takut sekali saat menemukannya tadi. Untung kamu mau membawakannya susu hangat, kalau tidak, dia pasti akan terlambat ditemukan,” ucap suaminya sambil mengecup keningnya.
Tubuh Alice yang tadinya dingin merasa diguyur dengan air hangat. Dia dapat bernapas lega kembali, suaminya seperti biasa dapat dibodohi dengan mudah.
Tadinya wajah pria itu terlihat sangat marah, untung dia dapat berakting dengan sempurna.
Tapi memang, Alice juga sangat bersyukur, karena dia menuruti apa kata bidan tadi, untuk membawakan susu hangat bagi Bianca, kalau dia tidak, bisa-bisa kesempatannya berbesanan dengan pemilik Goro Grup gagal.
“Anak bodoh itu harus segera dinikahkan, jika dia mau bunuh diri, nanti setelah menikah, setelah mereka sudah menjadi besan Goro Grup.” pikirnya dalam hati.
Alice segera bergelung di dada suaminya dengan nyaman. “Pria ini walau tua tetap saja tampan, pikirnya dalam hati mengagumi wajah suaminya.
“Pihak Goro sudah tahu? Ada yang memberitahukan Noel?” tanya Bara tiba-tiba membuat hati Alice mencelos jatuh sampai ke perutnya.
“Eh .... apakah harus mereka tahu? Toh mereka sudah sepakat menikahkan Bianca dengan Noel? Noel juga sudah setuju?” tanya Alice takut-takut, pura-pura bodoh.
“Itu tidak ada hubungannya, Alice, Noel harus tahu keadaan calon istrinya,” sergah Bara bingung.
“Kata kamu, pria itu jatuh cinta pada Bianca pada pandangan pertama?” tanya Bara heran.
“Iya, karena itu aku tidak mau membuatnya panik, biarlah dia tidak perlu tahu. Hanya mungkin sebaiknya pernikahan dipercepat. Mungkin Bianca merasa kesepian setelah ditinggal begitu saja dengan kekasihnya yang kurang ajar itu, sehingga dia menjadi nekad seperti ini” ujar Alice pura-pura geram.
“Sudah kamu coba tanyakan siapa kekasihnya?” tanya Bara menatap mata istrinya yang segera membuang pandangannya.
“Sudah, tapi Bianca tidak mau memberitahuku, dia sepertinya terlalu kecewa, harusnya aku tidak meninggalkannya sendiri, dia pasti kesepian, aku yang salah, jangan marahi Bianca, salahkan aku yang kurang memperhatikannya,” ujar Alice menangis dengan hebohnya, membuat Bara melupakan rencananya mencari kekasih Bianca.
“Oh, sayang aku tidak akan menyalahkanmu, kamu sudah menjadi ibu yang baik bagi Bianca, baiklah, kita akan mempercepat pernikahan Bianca dan Noel.” Bara segera memeluk istrinya yang tersedu-sedu.
"Kamu memang paling mengerti aku, sayang."
Bara mengecup kening sambil memeluk istrinya.
“Oh Bianca kamu sangat beruntung memiliki mama tiri seperti Alice, dia sangat mengasihimu sampai mau menerima kesalahanmu sebagai kesalahannya. Mengapa kamu melakukan ini nak?” pikir Bara sambil menatap lampu tanda operasi yang masih juga belum berubah warna.
…
Saat mata Bianca terbuka, dilihatnya wajah papanya yang menangis. Dia tersenyum ingin meraih papanya, ia ingin bercerita semuanya pada papanya seluruh isi hatinya. Namun semua segera dia urungkan saat melihat Alice yang menangis terharu di sebelah papanya.
“Oh dia sadar Bara, dia sudah sadar!” pekik Alice gembira, kali ini dia tidak berakting, dia sungguh-sungguh senang.
Dengan siumannya Bianca, maka pernikahan terjadi. Segala kekacauan yang anak tirinya buat, tidak berhasil. Kini, sesuai dengan permintaannya, Bara akan mempercepat pernikahan Bianca.
Semua tetap berjalan sesuai dengan rencananya. Alice tidak dapat berhenti tersenyum. Goro Grup, bersiaplah.
“Bagaimana keadaanmu sayang? Kamu bahagia kan? Kamu akhirnya menikah dengan pria yang kamu sangat cintai?” tanya Bara pada putrinya saat hingar bingar pesta pernikahan mereka berakhir.
Anak perempuannya tersenyum dan menatapnya.
“Bahagia papa, aku sangat bahagia,” ucap Bianca lirih. Alice mengangguk senang akan jawaban Bianca yang sudah dia atur dari jauh-jauh hari.
“Jika kamu bahagia, maka papa akan bahagia, sayang.”
Bianca menerima pelukan papanya lalu masuk ke dalam mobil pengantin putih yang akan membawanya pulang ke rumah barunya bersama Noel Klein.
Dia melambai sambil terus berpura-pura bahagia.
“Aku bahagia papa, setidaknya di hadapanmu aku bisa berpura-pura bahagia.
Karen, mamanya Noel menatap dengan tatapannya yang menusuk, seperti biasa Noel menunduk dan kembali ke masa kecilnya, di mana dia memecahkan pot bunga kesayangan mamanya. Wanita itu tidak berkata apa-apa hanya diam seakan Noel tak ada dan tidak mau menatap Noel selama 3 hari penuh. Noel kecil sama seperti Noel dewasa, dia langsung takut Karen akan membenci dirinya dan otomatis mengikuti apa kemauan mamanya, waktu itu adalah dia masuk kelas piano, yang Noel benci. Kini sama saja, dia harus menikah. Noel tidak pernah menyukai wanita, menurutnya wanita makhluk aneh yang terlalu sering mengeluarkan air mata. Wanita juga tidak pernah jelas apa maunya, dia harus menelaah wajah Karen, dan memperkirakan apa keinginan wanita tua itu, dan seringnya pria itu salah. Kali ini mamanya berkata jelas, bulan depan dia akan menikah dengan putri keluarga Thomas, Bianca namanya. Mereka membutuhkan aset pabrik PT. Thomas untuk bekerja sama di bidang pakan ternak. Noel waktu itu hanya bisa m
Menulis buku harian adalah kebiasaan yang terus dia lakukan setelah mengikuti konseling beberapa waktu yang lalu. Seperti biasanya anak-anak di kalangan mereka, rata-rata semua mengikuti sesi di psikolog untuk mengatasi berbagai masalah kejiwaan. Kalau untuk kasus Noel, psikolog yang belum mengetahui apa masalah yang ada di dirinya akhirnya menyuruh Noel untuk menulis apa yang tak bisa dia katakan, ke buku hariannya. Perasaan tak nyaman itu sudah mulai hilang, namun menulis seperti ini sudah menjadi kebiasaannya setiap mengakhiri hari. Noel meregangkan tubuhnya, lalu masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat. Pria itu tercengang sesaat karena lupa kalau dia sudah memiliki istri sekarang. Saat membuka pintu kayu rumah itu, dia terpana melihat istrinya tertidur dengan rambutnya yang terurai bagai mahkota di sekeliling bantal. “Cantik, tulisannya tadi tidak salah, istrinya memang sangat cantik,” pikirnya segera keluar kembali dan tidur di ruang bacanya tadi. Noel merebahkan
“Nasi goreng, kalau boleh.” Dia makan nasi goreng buatan ibu tua itu, yang ternyata lezat sekali. Melihat meja makan yang besar dan kaku, Bianca merasa semakin kesepian, karena itu Bianca lebih memillih duduk di samping kolam renang yang jernih airnya. Matahari terasa hangat di kulitnya, Bianca menatap air kolam beriak-riak terkena angin sambil tersenyum tipis. ”Aku boleh berenang,” pikirnya dalam hati dengan gembira. Wanita itu menghela napasnya sambil merebahkan tubuhnya di kursi kolam yang berbantalkan bermotif daun pisang. Malam pertama sudah berhasil dia lewati dengan aman, bagaimana dengan malam-malam berikutnya? Sebenarnya bukan salah Noel, mereka sama-sama terperangkap dalam pernikahan ini, dan sudah seharusnya jika dia meminta haknya, Bianca harus menerimanya. Tapi jika bisa mengelak, Bianca akan sangat bersyukur. Hatinya masih sesak dengan Kevin yang kabur dari kehidupannya, lalu anaknya yang direnggut paksa. Air matanya mengalir lagi, lalu dia menghapusnya seg
Tatapan Karen sangat merendahkan Noel. Pria itu segera menelan ludahnya sendiri. “Kamu jadi suami harus bisa mengatur rumah, Mama sangat kecewa. Sudahlah, sekarang Mama tunggu di ruang piano. Kamu segera bersiap untuk ke pulau Goro, Mama sudah atur semua.” Wanita segera berbalik dan dengan langkah anggun berjalan menaiki undakan menuju dalam rumah. Emily tanpa sadar menghembuskan napas yang dia tahan. Lalu menatap wajah bosnya yang pucat. Setiap bertemu dengan Madam, pria itu selalu berwajah seperti itu. Tapi Emily tidak bisa menyalahkannya, jika memiliki ibu seperti itu, Emily mungkin sudah gila sebelum puber. “Goro?” “Siap pak.” “Jam?” “Jam 11.30 pak,” jawab Emily melihat jam tangannya, sekarang sudah jam 11. Tapi dia sebenarnya bersyukur, sudah jam 11. Karena dengan begitu mereka tidak perlu berlama-lama bersama nenek lampir itu. Wanita itu menatap istri baru bosnya, tapi aneh, wanita itu biasa saja, dia tidak terkejut dengan gelagat madam mereka yang berlebihan. “
Walau tertegun sebentar, tapi Bianca segera tersenyum lebar. “Bodo amat, kenapa aku harus memikirkan dia!” pikir Bianca mendengus kesal dan membanting pintu di belakangnya. Wanita itu terperangah saat menyadari kalau dia berada di sebuah ruangan yang cantik bernuansa merah muda. Baju-bajunya bahkan sudah tergantung manis di lemari dengan rapi. “Ah betapa menyenangkannya,” pikirnya sambil melempar tubuhnya ke kasur yang empuk. Dia mulai merasakan betapa menyenangkannya menikah, bukan untuk hal yang biasa terjadi dalam pernikahan, tapi untuk merasakan kebebasan untuk melakukan apapun yang dia mau, biasanya dia selalu di bawah radar Alice. … Setelah menerima kabar kalau Bianca sudah jalan untuk bulan madu, Alice segera tersenyum tenang. Akhirnya rencananya sudah kembali ke rencana awal. Sebenarnya, Kevin adalah satu kesalahan besar yang di buat Alice. Pria culun itu adalah teman kuliah Bianca yang selalu tampak bodoh di mata Alice. Tapi, siapa sangka, tanpa sadar pria itu telah
Tubuh Noel menjadi kaku, pria itu masih tetap harus merangkul Bianca, sambil mendengarkan semua penjelasan vulgar dari mamanya. Jantungnya berdebar kencang dan dia sama sekali tak berani untuk menatap ke arah istrinya. "Kamu dengar Bian, sesudah Noel selesai, kamu jangan langsung bangkit, kamu taruh bantal di bawah bokongmu dan angkat kakimu ke atas, tahan beberapa lama." Karen menatap Bianca dengan tajam. Wanita itu mengangguk cepat walau merasa itu tak terlalu berpengaruh. Waktu itu, dia hanya melakukan sekali dengan Kevin, dan tanpa harus melakukan semua yang diucapkan oleh Mama Karen. Bianca ingat bahkan berusaha menggagalkan kehamilannya dengan minum soda banyak-banyak, namun dia tetap hamil. Tapi tatapan mata Alice sangat mengerikan, wanita paruh baya itu menatapnya dengan penuh ancaman. Tanpa diucapkan, Bianca tahu, dia harus pura-pura masih murni dan tidak tahu apa-apa. Tidak ada yang boleh tahu kalau dia pernah berhubungan dengan pria dan melakukan aborsi. "Ya, mah, Bia
"Dasar aneh," pikir Noel sambil ikut berdiri dengan kesal. “Buat apa aku menyelamatkannya kalau dia mau mati!” Pria itu mendengus kesal sambil mengeluarkan air dari telinganya. Tak lama ada pegawai kolam renang yang mendekatinya dengan wajah pucat. "Maaf tuan, saya,—" "Rapihkan bajumu, malam ini juga kamu kembali ke Jakarta. Emily akan mengatur sisa gajimu," tegas Noel dengan dingin lalu meninggalkan pria tua itu mematung dengan tak berdaya. Dia hanya ke toilet sebentar, karena melihat wanita muda itu pintar berenang. Hanya sekali ini saja kesalahannya dan dia langsung kehilangan pekerjaannya selama 5 tahun ini. Noel segera kembali ke kamarnya dengan kesal. "Dasar wanita menyebalkan bisa-bisanya dia malah marah padaku." Dengan kesal dia kembali melepaskan kaos dan celananya yang basah. Kali ini dia tidak lupa untuk mengunci pintu terlebih dahulu. Siapa tahu, wanita tidak tahu malu itu kembali menyelonong masuk ke dalam kamarnya. Dengan berdebar kencang, Bianca berlari mas
Namun setelah diperhatikan, di meja makan itu tidak ada air minum lain selain botol anggur. Noel mulai merasa tidak enak dan terjebak. Dia kembali makan dengan rasa tidak enak di lehernya karena kurang minum. Sepertinya selesai makan dia akan minum sedikit anggur demi mendorong makanannya lalu mengunci pintu kamarnya, agar tidak terjadi apa-apa. Dia mengangguk sendiri tanpa sadar lalu menyelesaikan makannya dengan cepat. Saat Bianca mulai kenyang dan menghabiskan gelas anggur yang ketiga dia merasa dirinya hangat dan ringan. Dia mulai meracau, dan kehilangan kontrol dirinya. "Aish, dia mabuk," desis Noel kesal melihat Bianca yang tertawa sendiri menatap buah stroberi di tangannya. "Kamu tahu, aku dulu pernah seharian hanya dikasih mama, stroooberi yang banyak. Katanya beratku naik sekilo, jadi aku harus diet." Wanita itu terkikik sendiri, lalu memasukkan buah stroberi impor yang besar itu ke mulutnya yang mungil. Noel berdiri setelah menghabiskan segelas anggur yang dia sudah si
Kevin benar- benar habis akal. Bagaimana bisa tiba- tiba keluarga Kelly mengetahui kalau keluarganya sedang diambang kebangkrutan. Semalam ayah Kelly memanggilnya dan bertanya banyak tentang bisnis fiktifnya. Walau gaya dari ayah Kelly itu seperti menelan bulat- bulat bualannya, tapi entah kenapa Kevin merasa tak yakin. Pria itu memandangnya dengan tatapan aneh.Lagi pula ada satu pria lagi yang harus dia pikirkan sekarang. Luuk Jaager. Entah kenapa pria itu kini terus mengawasinya juga. Hutang yang tadi dia pikir tak seberapa untuk Luuk, kini terasa sangat besar. Luuk meminta uangnya kembali sedangkan Kevin tak memiliki apapun sekarang kecuali nama keluarganya.“SIALAN!” maki Kevin sambil mau membanting handphonenya ke lantai, tapi tak jadi karena kalau sampai handphone itu rusak, Kevin tak memiliki uang untuk membeli handphone lagi. Akhirnya pria itu hanya bisa membanting tubuhnya ke sofa sambil kembali memaki.Pria itu meraih handphone dan melihat nama Bianca lalu menekannya. Seper
Pagi itu mereka bergulat dengan penuh gairah, seakan menumpahkan hasrat yang tertahan selama berbulan-bulan dalam satu hari. Noel hanya beristirahat sebentar sambil mengelus tubuh istrinya dengan mesra, mengagumi setiap sentinya dengan penuh perhatian. Jantung Bianca berdebar dengan kencang. Sejujurnya semua ini rasanya seperti mimpi saja. Dia terbangun dan ada Noel pun rasanya sudah seperti imajinasinya menjadi kenyataan. Tapi, kali ini pria itu bahkan memandangnya dengan penuh pemujaan sehingga hati Bianca seakan mau meledak rasanya. Saat pria itu bangkit, Bianca mengira kalau Noel akan pergi seperti biasa, tapi siapa sangka pria itu kembali mencumbu dan menyatu lagi dengannya sampai tiga kali di pagi itu.“Maaf, kamu pasti lelah ya,” erang pria itu dengan terengah-engah saat mencapai puncaknya lagi di atas tubuh istrinya. Wajah Bianca yang putih seperti keramik kini memerah setelah percintaan terakhir mereka. Dengan perlahan wanita itu tersenyum manja lalu menggeleng. “Nggak,”
Kenyang dan juga tidak tidur semalaman, Bianca sebenarnya sangat lelah. Sehingga saat merasakan kehangatan yang diberikan oleh suaminya, wanita itu seakan pesawat yang sudah tinggal landas. Apalagi saat Noel mulai mengusap rambutnya dengan lembut, bibirnya merayap di sekujur wajah dan lehernya. Hangat, nyaman dan kenyang, Bianca menutup mata dengan nyaman. Kedua tangannya merangkul pria yang sangat dia cintai. Namun sayangnya karena ini terlalu nyaman, wanita itu benar- benar tinggal landas dan tertidur pulas. Noel menghentikan ciumannya saat mendengar dengkuran wanita itu.“Cih … serius ciumanku segitu membosankannya sampai dia tertidur?” pikir Noel dengan tersinggung sambil terus mencoba mencium cerukan leher istrinya. Bibir wanita itu bergerak-gerak seakan membalas ciuman Noel, tapi matanya tetap terpejam dan dengkurannya terus terdengar rata.“Bian?” desah Noel berbisik di telinga istrinya lalu mengecupnya dengan mesra hal yang biasanya membuat Bianca mengerang nikmat kali ini h
Bagaikan mimpinya berlanjut, bibir Noel menguasai dirinya, ciuman yang panas dan penuh gairah membuat Bianca lupa mau bicara apa tadi. Dia hanya ingin pria itu tetap bersamanya, dan ternyata pria itu memang tak mau pergi. Tangannya kini berjalan perlahan, menyentuh bagian tubuh tersensitif Bianca. Sentuhan yang sangat Bianca rindukan. Separuh tubuh jiwa Bianca yang haus kini seakan melayang, jemari itu menguasai Bianca sehingga wanita itu berserah sepenuhnya. Lalu seakan tersadar pria itu terdiam dan menarik dirinya. “Jangan pergi…” pekik Bianca meratap segera menangkap dan memeluk suaminya dengan seerat dia bisa.Noel terkesiap kaget saat merasakan tubuh hangat Bianca dalam dekapannya. Segera otaknya menyuruh tangan melepaskan dekapan itu. Sudah gila dia mencium wanita itu? Wanita yang sudah berkhianat dan bersama kekasihnya kemarin! Tapi mendengar rengekkannya kembali membuat pikiran dan hati Noel tak sejalan.“Aku mau taruh ini Bian,” ujar Noel beralasan agar Bianca melepaskan pe
Bianca adalah wanita yang lembut, suaranya kecil dan jarang beremosi. Namun kali ini wanita itu mengusirnya dengan kasar, dan terlebih dari itu, Bianca membentak Noel untuk keluar dari kamar di rumahnya sendiri.Pria itu terdiam dan menatap gulungan selimut berisi Bianca di atas tempat tidur dengan perasaan campur aduk.Pelayan mengetuk dan datang membawa sup dan berbagai perlengkapan makan dalam kereta dorong. Aroma bawang putih mulai memenuhi kamar tidur membuat perut Noel mulai bergoyang karena sebenarnya pria itu berbohong, karena menunggu Bianca siuman, pria itu juga belum makan seharian. “Makanan sudah datang, ayo bangun dan makan!” perintah Noel mengabaikan Bianca. Wanita itu tak bergeming dalam gulungan selimutnya.“Bian!” “Nggak mau, kamu denger ‘kan apa kata dokter tadi, aku tu cuma kelelahan, aku lelah aku mo tidur!” ujar wanita itu dengan keras kepala. “Nggak, kamu butuh makan, nggak usah pake diet! Badan dah kurus begitu pakai diet!” desis Noel sambil menarik selimut
Dengan panik Noel membopong tubuh lunglai itu ke atas tempat tidur. Pria itu segera menutupi tubuh istrinya yang hanya mengenakan sehelai gaun tidur tipisnya dengan selimut, lalu segera berlari menekan tombol intercon memanggil pelayan berulang kali dengan panik. Dalam hati Noel sungguh bersyukur kalau dia memasang CCTV di kamarnya. Dia harus melihat apa yang terjadi semalaman, kenapa Bianca bisa tiba- tiba seperti ini?Lalu suara gemericik air membuatnya heran, pria itu masuk ke kamar mandi dan terkejut dengan air yang sudah luber memenuhi bathup. Tanpa menghiraukan kakinya akan basah, pria itu segera mematikan air yang masih mengalir dengan kening berkerut.“Apa dia mau mandi?” pikir pria itu dengan heran dan memandang ke sekitarnya secara sekilas namun tatapannya berhenti ke sebuah benda berkilat yang harusnya tidak ada di sana. Pria itu berjalan dengan ngeri lalu mengangkat benda pipih mengkilap itu. “Cutter?” Pria itu segera menutup cutter yang dalam keadaan terbuka itu. “Buat
Dia sudah gila atau mungkin sudah sangat putus asa, bagaimana bisa dia menjawab pesan Noel seperti itu! Bianca menatap handphonenya dengan cemas. Awalnya dia mengirim pesan itu secara tak sengaja. Seperti biasa, Bianca sering mengirim pesan khayalan pada Noel, yang tentunya tak pernah dikirim. Sudah gila dia mengirim pesan seperti itu. Tapi sialnya, karena terlalu kesal dengan pesan Kevin, ketikan Bianca yang seharusnya tak dikirim itu ikut terkirim. Kini Bianca menatap panik jawaban Noel. Pria itu menjawabnya! Bianca tak pernah menyangka kalau pria itu bahkan menyimpan nomornya, tapi dari jawabannya menyuruh Bianca tidur, sudah pasti dia tahu kalau ini adalah nomor Bianca.Dengan jemari gemetar wanita itu mengetik kapan pulang, karena sesak yang ada di dadanya. Bagaimana bisa dia serindu itu dengan suaminya? Belum pertemuan dengan ibu tirinya kemarin siang yang memaksa Bianca.Namun jawaban Noel berikutnya sama dinginnya, seakan pria itu tak mau pulang, memang salah Bianca apa? Ada
Seakan semuanya hanyalah mimpi, Noel tak pernah kembali seperti ucapannya terakhir. Noel tak pernah terlihat bahkan sekilas. Pria itu seakan hilang ditelan bumi. Bianca terus menatap jendela dan berharap pintu kamar terbuka tiba- tiba dan suaminya yang tampan datang. Namun, harapan Bianca semakin lama semakin tipis karena, pria itu tak pernah muncul. Hatinya sudah lelah melompat tiap kali pintu diketuk. Tapi setelah dipikir- pikir, pria itu tak pernah mengetuk pintu. Noel akan masuk tanpa meminta izin. Tapi kini, bahkan di kamar perpustakaannya juga, Noel tak pernah ada. Pria itu tak pernah pulang, dan kini setelah Emily dipindah tugaskan, Bianca tak bisa bertanya apa pun padanya. Ketika pada akhirnya Bianca bertanya, Emily yang malah bertanya kembali padanya, karena seharusnya Noel pulang. Pria itu selalu pulang. “Tapi, kenapa dia tak pernah muncul?” tanya Bianca saat kembali melewati kamar perpustakaan Noel yang sempat menjadi peraduan hangat mereka. Sudah berjalan dua bulan, tap
Noel mengerang kesal saat sudah kembali ke dalam mobilnya. Dia segera menyuruh supirnya untuk membawanya kembali untuk menjemput Bianca. Dia sudah jauh terlambat dari yang dia janjikan. Memang ketika ingin cepat, biasanya malah jadi banyak hal yang menghambat, kontrak yang sudah direvisi tadi, ternyata masih banyak salah sehingga Noel harus mendiktekan kontrak itu secara langsung. Noel sudah pastikan akan memecat bagian hukum yang mengerjakan kontrak itu. Pikirannya kembali melayang pada Bianca, wanita itu pasti sudah bosan, atau yang lebih mengerikannya, sudah banyak pria yang menggodanya. Pikiran itu segera membuat Noel bergidik. Istrinya begitu cantik dan polos, walau terlambat tapi akhirnya Noel menyadari hal itu. Bianca sama polosnya dengan Noel sendiri. Mereka adalah hasil produk dari didikan jaman baheula yang tertutup sehingga tak mengerti apapun tentang lawan jenis. Wanita itu bahkan seperti tak menyadari kalau dirinya sangat cantik. Noel mengerang kesal dan segera turun d