Seperti kata pepatah, sepintar -pintarnya bangkai ditutupi, baunya tetap tercium juga. Setelah berhasil menyembunyikan percintaan terlarangnya dengan Kevin, Bianca Thomas gagal menyembunyikan kehamilan pada mama tirinya.
Begitu pula perasaan Bianca saat Alice, mama tirinya menatapnya dengan penuh amarah. Bianca sama sekali tak bisa menutupi apapun dari mama tirinya.
Wanita itu memegang benda pipih berwarna putih itu sambil menatap Bianca tidak percaya. Bianca sudah hamil dan mengacaukan semua rencana mama tirinya.
Sebenarnya ini adalah cara penolakan Bianca, atas perjodohannya dengan Noel Klein, CEO dari Goro Grup.
Tapi rencananya yang brilian itu gagal karena ternyata, Kevin yang menjadi tumpuan harapan Bianca malah mengkhianatinya dan menghilang.
Alice sudah sangat senang saat Karen, mama dari Noel Klein, setuju untuk menjodohkan anak mereka.
Pernikahan pun juga sudah mulai disiapkan, tapi kenyataan seperti ini, membuat Alice hampir mati berdiri.
"Bagaimana anak tirinya bisa berbuat sebodoh ini sampai hamil? Disaat dia seharusnya menikah dalam beberapa bulan ke depan?" pikir Alice dengan penuh emosi.
Dia menatap anak tirinya yang meringkuk di atas tempat tidurnya. Walau terlihat mahal, kamar Bianca pengap dan berbau keringat.
"Dasar pelacur! Bikin malu! Bagaimana bisa kamu berbuat ini pada mama, papa!" hardik Alice sambil terus memukul tubuh anak tirinya.
Alat tes itu dia lempar sampai mengenai wajah Bianca. Sakit atas lemparan itu membuat pelipis wanita muda itu berdenyut, namun Bianca Thomas menangis tersedu-sedu bukan karena itu, dia memegang benda pipih panjang bergaris dua itu dengan ketakutan.
Dia sudah melakukan kesalahan fatal, segala rencananya gagal dan dia kembali terperangkap dalam kehidupan seperti boneka lagi. Dia adalah boneka cantik yang dimainkan oleh mama tirinya.
Dia benar-benar terperanjat saat mamanya menemukan benda itu, sebelum dia sempat bertemu kembali kepada Kevin kekasihnya.
Alice meraung dengan penuh amarah dan kecewa. Bianca sendiri hanya bisa menutupi wajahnya dengan tangan yang sudah penuh luka sabetan mamanya.
"Maafkan Bian mama," rengeknya pelan walau dia tahu percuma. Alice masih terus memukulnya dengan penuh emosi. Alice menatap anak tirinya itu dengan penuh kebencian.
"Bisa-bisanya dia hamil, kalau begini kerjasama antara Goro Grup dan perusahaan mereka akan gagal," pikir Alice panik.
Wanita paruh baya yang masih sangat cantik itu mengambil alat tes kehamilan dari tangan Bianca dengan kasar. Dia menatap anaknya dengan penuh kebencian.
"Kamu tidak hamil, dan kamu harus masih perawan. Ini tidak bisa dibiarkan, kamu akan mama proses hari ini juga, dasar anak nggak tahu diri, dasar sampah!" ujar Alice seketika merasa percuma mengeluarkan tenaga untuk marah.
Dia segera pergi dan kembali mengurung Bianca di kamarnya. Alice harus mengurus kekacauan yang Bianca telah perbuat. Semoga saja operasi dapat membantu agar Bianca kembali perawan.
Suara pintu kamar yang terbanting tidak membuat Bianca terkejut. Hatinya sudah terasa hampa. Bianca lalu mengambil handphone-nya dan kembali mencoba menghubungi Kevin, tapi sambungannya langsung masuk ke kotak suara. Seakan-akan pria itu sudah memblokir nomornya.
Bianca dengan frustrasi membanting handphone-nya ke atas tempat tidur berwarna putih itu. Hatinya hancur sehancur hidupnya yang seperti sia-sia.
Tak lama, Alice segera menyeret anaknya bagaikan boneka cantik ke sebuah klinik yang dapat menjaga rahasia. Kesalahan Bianca harus diselesaikan hari ini juga.
"Kotoran di rahim anak pelacur ini, harus segera dibersihkan, jangan sampai kesepakatan bisnis dengan Goro Grup hancur hanya karena kelakuan pelacur vréngsék ini," pikir wanita paruh baya itu dengan kejam.
Bisnis mereka harus tetap bertahan, tidak boleh ada noda sedikitpun dalam pernikahan anak mereka.
Bianca menangis panik, dia tidak mau membuang anaknya. Anaknya ini adalah satu-satunya keluarganya selain papanya.
Air mata berjatuhan dengan deras tapi Alice tanpa perasaan, dengan tega terus menyeretnya masuk ke klinik aborsi tanpa ampun.
"Maafkan Bian, Mama! Jangan buang bayi Bian Mama. Bian janji, Bian akan menuruti mama, apa saja, asalkan anak Bian hidup, maaafkan Bian, Mama," rengek Bianca tak terkendali.
Rambut panjangnya kusut dan berantakan, ingus dan air mata bercampur di wajahnya yang mungil. Hidung dan mata bengkak memerah.
Dia menatap mamanya memohon ampun sambil menahan tangan wanita paruh baya itu.
Tapi Alice malah menatapnya dengan jijik dan segera melepaskan pegangan tangan Bianca seakan anak tirinya itu memiliki sakit kusta. Mama tirinya hanya terus menyeret wanita muda itu masuk tanpa peduli.
"Bereskan, ingat kamu harus tutup mulut, dan ... buat dia jadi perawan lagi!" ucap mama tirinya tanpa perasaan kepada bidan yang langsung mengangguk mengerti.
Anak ini harus tahu diri dan akhirnya menghasilkan. Alice sudah banyak berinvestasi padanya, pernikahan Bianca Thomas dengan Noel Klein harus berhasil agar kondisi perusahaan mereka yang mulai merosot kembali aman.
Bianca ditarik paksa oleh dua pria masuk ke sebuah ruangan kecil berwarna putih kusam, dengan penerangan ekstra terang di tengah ruangan.
Bianca memohon, tapi wajah semua orang di situ tertutup masker dan kaca mata. Tak lama bau yang menyengat membuat Bianca pusing lalu dia menjadi tak sadarkan diri.
Setelah semua proses selesai, Bianca yang masih lemah segera kembali dikurung di kamarnya yang pengap. Alice tidak akan mengambil resiko lagi anaknya melarikan diri dengan kekasihnya. Dia harus siap menikah beberapa bulan lagi.
Dengan dingin mengancam wanita muda itu. “Jika kamu berani melakukan kesalahan sekali lagi, mama tidak akan menutupi lagi kesalahanmu, mama akan menceritakan semuanya ke Papa Bara!”
Bola mata keemasan Bianca membesar dengan ketakutan. Ancaman itu selalu membuat Bianca ketakutan.
Satu-satunya orang yang mencintai Bianca dengan tulus di rumah itu adalah papanya. Hanya pria itu yang Bianca miliki, keluarga satu-satunya di dunia ini.
Bianca tidak akan mau mengecewakan Papa Bara dengan skandal seperti ini.
Rencananya gagal, sehingga yang bisa Bianca lakukan hanya menggeleng cepat dengan bulir bening yang kembali membasahi pipi pucat di wajah tirus wanita muda itu. Alice tersenyum senang dengan sinis.
“Jangan mama, a-aku janji, a-aku tidak akan mengulanginya lagi, a-aku a-akan menuruti semua keinginan mama.”
“Good, sekarang kamu harus istirahat, pulihkan dirimu, kamu harus terlihat cantik di hari pernikahanmu nanti!” perintah mamanya lalu mengunci pintu kamar Bianca.
Dia menatap nanar ke arah pintu. Bayinya telah hilang, hasil cintanya dengan Kevin dengan mudah direnggut seperti itu. Dia terdiam seperti patung dengan air mata yang mengalir di pipi.
“Bayiku, maafkan mama, mengapa mamamu ini begitu lemah dan tak berdaya? Kamu sudah pergi, haruskah mama ikut bersamamu?” tanya Bianca di dalam hati sambil mengelus perutnya yang rata.
Dia mengambil handphone-nya, sudah jutaan kali dia menghubungi Kevin, meminta tolong.
Tapi pria itu tiba-tiba menghilang ketika tahu Bianca hamil. Teleponnya segera masuk ke dalam voice call lagi.
"Kevin, kamu dimana? Dasar vàngsàt, aku membutuhkanmu!" maki Bianca meraung dengan putus asa.
Wanita itu lalu tidur meringkuk di tempat tidur. Celaan dari Alice kembali terngiang di benaknya, dia memang seperti pelacur.
Setelah berhasil merayunya dengan rencana yang terlalu mengada-ada itu, dan membuatnya hamil, Kevin membuangnya begitu saja, seperti sampah.
“Pelacur, sampah, aku memang seperti itu,” ucapnya lemah merasa dirinya sama sekali tidak ada harganya lagi.
Wanita muda itu menutup mata, mencoba tidur. Tetapi rasa perih dan ngilu di perutnya, membuatnya terus mengerang kesakitan. Kepalanya terasa pusing dan perdarahannya belum juga berhenti. Bianca membuka matanya dan menatap langit-langit kamarnya. Dia mendesah sedih memandang sekeliling kamarnya. Walau semua benda di kamarnya seakan berteriak mahal, tapi kemewahan yang melimpah tidak berarti apa-apa bagi Bianca sekarang. Dengan limbung berjalan ke kamar mandi untuk kembali mengganti pembalut. Sambil menghela napas, wanita itu menatap bathup. Berendam dengan air panas di dalam bak sepertinya akan menyenangkan. Wanita itu mulai mengisi air hangat dan masuk, merendam seluruh tubuhnya, pilu di perutnya sedikit mereda, namun hatinya terasa kosong dan kesepiannya semakin menjadi-jadi. Dengan kepala terasa berputar, wanita muda itu merendam dirinya dan menikmati sensasi kehangatan air panas memeluk dirinya. Bianca lalu mengambil obat penenang yang diberikan dokter, dan meminumnya
Karen, mamanya Noel menatap dengan tatapannya yang menusuk, seperti biasa Noel menunduk dan kembali ke masa kecilnya, di mana dia memecahkan pot bunga kesayangan mamanya. Wanita itu tidak berkata apa-apa hanya diam seakan Noel tak ada dan tidak mau menatap Noel selama 3 hari penuh. Noel kecil sama seperti Noel dewasa, dia langsung takut Karen akan membenci dirinya dan otomatis mengikuti apa kemauan mamanya, waktu itu adalah dia masuk kelas piano, yang Noel benci. Kini sama saja, dia harus menikah. Noel tidak pernah menyukai wanita, menurutnya wanita makhluk aneh yang terlalu sering mengeluarkan air mata. Wanita juga tidak pernah jelas apa maunya, dia harus menelaah wajah Karen, dan memperkirakan apa keinginan wanita tua itu, dan seringnya pria itu salah. Kali ini mamanya berkata jelas, bulan depan dia akan menikah dengan putri keluarga Thomas, Bianca namanya. Mereka membutuhkan aset pabrik PT. Thomas untuk bekerja sama di bidang pakan ternak. Noel waktu itu hanya bisa m
Menulis buku harian adalah kebiasaan yang terus dia lakukan setelah mengikuti konseling beberapa waktu yang lalu. Seperti biasanya anak-anak di kalangan mereka, rata-rata semua mengikuti sesi di psikolog untuk mengatasi berbagai masalah kejiwaan. Kalau untuk kasus Noel, psikolog yang belum mengetahui apa masalah yang ada di dirinya akhirnya menyuruh Noel untuk menulis apa yang tak bisa dia katakan, ke buku hariannya. Perasaan tak nyaman itu sudah mulai hilang, namun menulis seperti ini sudah menjadi kebiasaannya setiap mengakhiri hari. Noel meregangkan tubuhnya, lalu masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat. Pria itu tercengang sesaat karena lupa kalau dia sudah memiliki istri sekarang. Saat membuka pintu kayu rumah itu, dia terpana melihat istrinya tertidur dengan rambutnya yang terurai bagai mahkota di sekeliling bantal. “Cantik, tulisannya tadi tidak salah, istrinya memang sangat cantik,” pikirnya segera keluar kembali dan tidur di ruang bacanya tadi. Noel merebahkan
“Nasi goreng, kalau boleh.” Dia makan nasi goreng buatan ibu tua itu, yang ternyata lezat sekali. Melihat meja makan yang besar dan kaku, Bianca merasa semakin kesepian, karena itu Bianca lebih memillih duduk di samping kolam renang yang jernih airnya. Matahari terasa hangat di kulitnya, Bianca menatap air kolam beriak-riak terkena angin sambil tersenyum tipis. ”Aku boleh berenang,” pikirnya dalam hati dengan gembira. Wanita itu menghela napasnya sambil merebahkan tubuhnya di kursi kolam yang berbantalkan bermotif daun pisang. Malam pertama sudah berhasil dia lewati dengan aman, bagaimana dengan malam-malam berikutnya? Sebenarnya bukan salah Noel, mereka sama-sama terperangkap dalam pernikahan ini, dan sudah seharusnya jika dia meminta haknya, Bianca harus menerimanya. Tapi jika bisa mengelak, Bianca akan sangat bersyukur. Hatinya masih sesak dengan Kevin yang kabur dari kehidupannya, lalu anaknya yang direnggut paksa. Air matanya mengalir lagi, lalu dia menghapusnya seg
Tatapan Karen sangat merendahkan Noel. Pria itu segera menelan ludahnya sendiri. “Kamu jadi suami harus bisa mengatur rumah, Mama sangat kecewa. Sudahlah, sekarang Mama tunggu di ruang piano. Kamu segera bersiap untuk ke pulau Goro, Mama sudah atur semua.” Wanita segera berbalik dan dengan langkah anggun berjalan menaiki undakan menuju dalam rumah. Emily tanpa sadar menghembuskan napas yang dia tahan. Lalu menatap wajah bosnya yang pucat. Setiap bertemu dengan Madam, pria itu selalu berwajah seperti itu. Tapi Emily tidak bisa menyalahkannya, jika memiliki ibu seperti itu, Emily mungkin sudah gila sebelum puber. “Goro?” “Siap pak.” “Jam?” “Jam 11.30 pak,” jawab Emily melihat jam tangannya, sekarang sudah jam 11. Tapi dia sebenarnya bersyukur, sudah jam 11. Karena dengan begitu mereka tidak perlu berlama-lama bersama nenek lampir itu. Wanita itu menatap istri baru bosnya, tapi aneh, wanita itu biasa saja, dia tidak terkejut dengan gelagat madam mereka yang berlebihan. “
Walau tertegun sebentar, tapi Bianca segera tersenyum lebar. “Bodo amat, kenapa aku harus memikirkan dia!” pikir Bianca mendengus kesal dan membanting pintu di belakangnya. Wanita itu terperangah saat menyadari kalau dia berada di sebuah ruangan yang cantik bernuansa merah muda. Baju-bajunya bahkan sudah tergantung manis di lemari dengan rapi. “Ah betapa menyenangkannya,” pikirnya sambil melempar tubuhnya ke kasur yang empuk. Dia mulai merasakan betapa menyenangkannya menikah, bukan untuk hal yang biasa terjadi dalam pernikahan, tapi untuk merasakan kebebasan untuk melakukan apapun yang dia mau, biasanya dia selalu di bawah radar Alice. … Setelah menerima kabar kalau Bianca sudah jalan untuk bulan madu, Alice segera tersenyum tenang. Akhirnya rencananya sudah kembali ke rencana awal. Sebenarnya, Kevin adalah satu kesalahan besar yang di buat Alice. Pria culun itu adalah teman kuliah Bianca yang selalu tampak bodoh di mata Alice. Tapi, siapa sangka, tanpa sadar pria itu telah
Tubuh Noel menjadi kaku, pria itu masih tetap harus merangkul Bianca, sambil mendengarkan semua penjelasan vulgar dari mamanya. Jantungnya berdebar kencang dan dia sama sekali tak berani untuk menatap ke arah istrinya. "Kamu dengar Bian, sesudah Noel selesai, kamu jangan langsung bangkit, kamu taruh bantal di bawah bokongmu dan angkat kakimu ke atas, tahan beberapa lama." Karen menatap Bianca dengan tajam. Wanita itu mengangguk cepat walau merasa itu tak terlalu berpengaruh. Waktu itu, dia hanya melakukan sekali dengan Kevin, dan tanpa harus melakukan semua yang diucapkan oleh Mama Karen. Bianca ingat bahkan berusaha menggagalkan kehamilannya dengan minum soda banyak-banyak, namun dia tetap hamil. Tapi tatapan mata Alice sangat mengerikan, wanita paruh baya itu menatapnya dengan penuh ancaman. Tanpa diucapkan, Bianca tahu, dia harus pura-pura masih murni dan tidak tahu apa-apa. Tidak ada yang boleh tahu kalau dia pernah berhubungan dengan pria dan melakukan aborsi. "Ya, mah, Bia
"Dasar aneh," pikir Noel sambil ikut berdiri dengan kesal. “Buat apa aku menyelamatkannya kalau dia mau mati!” Pria itu mendengus kesal sambil mengeluarkan air dari telinganya. Tak lama ada pegawai kolam renang yang mendekatinya dengan wajah pucat. "Maaf tuan, saya,—" "Rapihkan bajumu, malam ini juga kamu kembali ke Jakarta. Emily akan mengatur sisa gajimu," tegas Noel dengan dingin lalu meninggalkan pria tua itu mematung dengan tak berdaya. Dia hanya ke toilet sebentar, karena melihat wanita muda itu pintar berenang. Hanya sekali ini saja kesalahannya dan dia langsung kehilangan pekerjaannya selama 5 tahun ini. Noel segera kembali ke kamarnya dengan kesal. "Dasar wanita menyebalkan bisa-bisanya dia malah marah padaku." Dengan kesal dia kembali melepaskan kaos dan celananya yang basah. Kali ini dia tidak lupa untuk mengunci pintu terlebih dahulu. Siapa tahu, wanita tidak tahu malu itu kembali menyelonong masuk ke dalam kamarnya. Dengan berdebar kencang, Bianca berlari mas
Kevin benar- benar habis akal. Bagaimana bisa tiba- tiba keluarga Kelly mengetahui kalau keluarganya sedang diambang kebangkrutan. Semalam ayah Kelly memanggilnya dan bertanya banyak tentang bisnis fiktifnya. Walau gaya dari ayah Kelly itu seperti menelan bulat- bulat bualannya, tapi entah kenapa Kevin merasa tak yakin. Pria itu memandangnya dengan tatapan aneh.Lagi pula ada satu pria lagi yang harus dia pikirkan sekarang. Luuk Jaager. Entah kenapa pria itu kini terus mengawasinya juga. Hutang yang tadi dia pikir tak seberapa untuk Luuk, kini terasa sangat besar. Luuk meminta uangnya kembali sedangkan Kevin tak memiliki apapun sekarang kecuali nama keluarganya.“SIALAN!” maki Kevin sambil mau membanting handphonenya ke lantai, tapi tak jadi karena kalau sampai handphone itu rusak, Kevin tak memiliki uang untuk membeli handphone lagi. Akhirnya pria itu hanya bisa membanting tubuhnya ke sofa sambil kembali memaki.Pria itu meraih handphone dan melihat nama Bianca lalu menekannya. Seper
Pagi itu mereka bergulat dengan penuh gairah, seakan menumpahkan hasrat yang tertahan selama berbulan-bulan dalam satu hari. Noel hanya beristirahat sebentar sambil mengelus tubuh istrinya dengan mesra, mengagumi setiap sentinya dengan penuh perhatian. Jantung Bianca berdebar dengan kencang. Sejujurnya semua ini rasanya seperti mimpi saja. Dia terbangun dan ada Noel pun rasanya sudah seperti imajinasinya menjadi kenyataan. Tapi, kali ini pria itu bahkan memandangnya dengan penuh pemujaan sehingga hati Bianca seakan mau meledak rasanya. Saat pria itu bangkit, Bianca mengira kalau Noel akan pergi seperti biasa, tapi siapa sangka pria itu kembali mencumbu dan menyatu lagi dengannya sampai tiga kali di pagi itu.“Maaf, kamu pasti lelah ya,” erang pria itu dengan terengah-engah saat mencapai puncaknya lagi di atas tubuh istrinya. Wajah Bianca yang putih seperti keramik kini memerah setelah percintaan terakhir mereka. Dengan perlahan wanita itu tersenyum manja lalu menggeleng. “Nggak,”
Kenyang dan juga tidak tidur semalaman, Bianca sebenarnya sangat lelah. Sehingga saat merasakan kehangatan yang diberikan oleh suaminya, wanita itu seakan pesawat yang sudah tinggal landas. Apalagi saat Noel mulai mengusap rambutnya dengan lembut, bibirnya merayap di sekujur wajah dan lehernya. Hangat, nyaman dan kenyang, Bianca menutup mata dengan nyaman. Kedua tangannya merangkul pria yang sangat dia cintai. Namun sayangnya karena ini terlalu nyaman, wanita itu benar- benar tinggal landas dan tertidur pulas. Noel menghentikan ciumannya saat mendengar dengkuran wanita itu.“Cih … serius ciumanku segitu membosankannya sampai dia tertidur?” pikir Noel dengan tersinggung sambil terus mencoba mencium cerukan leher istrinya. Bibir wanita itu bergerak-gerak seakan membalas ciuman Noel, tapi matanya tetap terpejam dan dengkurannya terus terdengar rata.“Bian?” desah Noel berbisik di telinga istrinya lalu mengecupnya dengan mesra hal yang biasanya membuat Bianca mengerang nikmat kali ini h
Bagaikan mimpinya berlanjut, bibir Noel menguasai dirinya, ciuman yang panas dan penuh gairah membuat Bianca lupa mau bicara apa tadi. Dia hanya ingin pria itu tetap bersamanya, dan ternyata pria itu memang tak mau pergi. Tangannya kini berjalan perlahan, menyentuh bagian tubuh tersensitif Bianca. Sentuhan yang sangat Bianca rindukan. Separuh tubuh jiwa Bianca yang haus kini seakan melayang, jemari itu menguasai Bianca sehingga wanita itu berserah sepenuhnya. Lalu seakan tersadar pria itu terdiam dan menarik dirinya. “Jangan pergi…” pekik Bianca meratap segera menangkap dan memeluk suaminya dengan seerat dia bisa.Noel terkesiap kaget saat merasakan tubuh hangat Bianca dalam dekapannya. Segera otaknya menyuruh tangan melepaskan dekapan itu. Sudah gila dia mencium wanita itu? Wanita yang sudah berkhianat dan bersama kekasihnya kemarin! Tapi mendengar rengekkannya kembali membuat pikiran dan hati Noel tak sejalan.“Aku mau taruh ini Bian,” ujar Noel beralasan agar Bianca melepaskan pe
Bianca adalah wanita yang lembut, suaranya kecil dan jarang beremosi. Namun kali ini wanita itu mengusirnya dengan kasar, dan terlebih dari itu, Bianca membentak Noel untuk keluar dari kamar di rumahnya sendiri.Pria itu terdiam dan menatap gulungan selimut berisi Bianca di atas tempat tidur dengan perasaan campur aduk.Pelayan mengetuk dan datang membawa sup dan berbagai perlengkapan makan dalam kereta dorong. Aroma bawang putih mulai memenuhi kamar tidur membuat perut Noel mulai bergoyang karena sebenarnya pria itu berbohong, karena menunggu Bianca siuman, pria itu juga belum makan seharian. “Makanan sudah datang, ayo bangun dan makan!” perintah Noel mengabaikan Bianca. Wanita itu tak bergeming dalam gulungan selimutnya.“Bian!” “Nggak mau, kamu denger ‘kan apa kata dokter tadi, aku tu cuma kelelahan, aku lelah aku mo tidur!” ujar wanita itu dengan keras kepala. “Nggak, kamu butuh makan, nggak usah pake diet! Badan dah kurus begitu pakai diet!” desis Noel sambil menarik selimut
Dengan panik Noel membopong tubuh lunglai itu ke atas tempat tidur. Pria itu segera menutupi tubuh istrinya yang hanya mengenakan sehelai gaun tidur tipisnya dengan selimut, lalu segera berlari menekan tombol intercon memanggil pelayan berulang kali dengan panik. Dalam hati Noel sungguh bersyukur kalau dia memasang CCTV di kamarnya. Dia harus melihat apa yang terjadi semalaman, kenapa Bianca bisa tiba- tiba seperti ini?Lalu suara gemericik air membuatnya heran, pria itu masuk ke kamar mandi dan terkejut dengan air yang sudah luber memenuhi bathup. Tanpa menghiraukan kakinya akan basah, pria itu segera mematikan air yang masih mengalir dengan kening berkerut.“Apa dia mau mandi?” pikir pria itu dengan heran dan memandang ke sekitarnya secara sekilas namun tatapannya berhenti ke sebuah benda berkilat yang harusnya tidak ada di sana. Pria itu berjalan dengan ngeri lalu mengangkat benda pipih mengkilap itu. “Cutter?” Pria itu segera menutup cutter yang dalam keadaan terbuka itu. “Buat
Dia sudah gila atau mungkin sudah sangat putus asa, bagaimana bisa dia menjawab pesan Noel seperti itu! Bianca menatap handphonenya dengan cemas. Awalnya dia mengirim pesan itu secara tak sengaja. Seperti biasa, Bianca sering mengirim pesan khayalan pada Noel, yang tentunya tak pernah dikirim. Sudah gila dia mengirim pesan seperti itu. Tapi sialnya, karena terlalu kesal dengan pesan Kevin, ketikan Bianca yang seharusnya tak dikirim itu ikut terkirim. Kini Bianca menatap panik jawaban Noel. Pria itu menjawabnya! Bianca tak pernah menyangka kalau pria itu bahkan menyimpan nomornya, tapi dari jawabannya menyuruh Bianca tidur, sudah pasti dia tahu kalau ini adalah nomor Bianca.Dengan jemari gemetar wanita itu mengetik kapan pulang, karena sesak yang ada di dadanya. Bagaimana bisa dia serindu itu dengan suaminya? Belum pertemuan dengan ibu tirinya kemarin siang yang memaksa Bianca.Namun jawaban Noel berikutnya sama dinginnya, seakan pria itu tak mau pulang, memang salah Bianca apa? Ada
Seakan semuanya hanyalah mimpi, Noel tak pernah kembali seperti ucapannya terakhir. Noel tak pernah terlihat bahkan sekilas. Pria itu seakan hilang ditelan bumi. Bianca terus menatap jendela dan berharap pintu kamar terbuka tiba- tiba dan suaminya yang tampan datang. Namun, harapan Bianca semakin lama semakin tipis karena, pria itu tak pernah muncul. Hatinya sudah lelah melompat tiap kali pintu diketuk. Tapi setelah dipikir- pikir, pria itu tak pernah mengetuk pintu. Noel akan masuk tanpa meminta izin. Tapi kini, bahkan di kamar perpustakaannya juga, Noel tak pernah ada. Pria itu tak pernah pulang, dan kini setelah Emily dipindah tugaskan, Bianca tak bisa bertanya apa pun padanya. Ketika pada akhirnya Bianca bertanya, Emily yang malah bertanya kembali padanya, karena seharusnya Noel pulang. Pria itu selalu pulang. “Tapi, kenapa dia tak pernah muncul?” tanya Bianca saat kembali melewati kamar perpustakaan Noel yang sempat menjadi peraduan hangat mereka. Sudah berjalan dua bulan, tap
Noel mengerang kesal saat sudah kembali ke dalam mobilnya. Dia segera menyuruh supirnya untuk membawanya kembali untuk menjemput Bianca. Dia sudah jauh terlambat dari yang dia janjikan. Memang ketika ingin cepat, biasanya malah jadi banyak hal yang menghambat, kontrak yang sudah direvisi tadi, ternyata masih banyak salah sehingga Noel harus mendiktekan kontrak itu secara langsung. Noel sudah pastikan akan memecat bagian hukum yang mengerjakan kontrak itu. Pikirannya kembali melayang pada Bianca, wanita itu pasti sudah bosan, atau yang lebih mengerikannya, sudah banyak pria yang menggodanya. Pikiran itu segera membuat Noel bergidik. Istrinya begitu cantik dan polos, walau terlambat tapi akhirnya Noel menyadari hal itu. Bianca sama polosnya dengan Noel sendiri. Mereka adalah hasil produk dari didikan jaman baheula yang tertutup sehingga tak mengerti apapun tentang lawan jenis. Wanita itu bahkan seperti tak menyadari kalau dirinya sangat cantik. Noel mengerang kesal dan segera turun d