Menulis buku harian adalah kebiasaan yang terus dia lakukan setelah mengikuti konseling beberapa waktu yang lalu.
Seperti biasanya anak-anak di kalangan mereka, rata-rata semua mengikuti sesi di psikolog untuk mengatasi berbagai masalah kejiwaan.
Kalau untuk kasus Noel, psikolog yang belum mengetahui apa masalah yang ada di dirinya akhirnya menyuruh Noel untuk menulis apa yang tak bisa dia katakan, ke buku hariannya.
Perasaan tak nyaman itu sudah mulai hilang, namun menulis seperti ini sudah menjadi kebiasaannya setiap mengakhiri hari.
Noel meregangkan tubuhnya, lalu masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat.
Pria itu tercengang sesaat karena lupa kalau dia sudah memiliki istri sekarang. Saat membuka pintu kayu rumah itu, dia terpana melihat istrinya tertidur dengan rambutnya yang terurai bagai mahkota di sekeliling bantal.
“Cantik, tulisannya tadi tidak salah, istrinya memang sangat cantik,” pikirnya segera keluar kembali dan tidur di ruang bacanya tadi.
Noel merebahkan dirinya di tempat tidur yang ada di ruang baca, dia suka tidur sambil membaca buku, namun sepertinya semenjak dia menikah, Noel akan tidur di sini selamanya.
“Aku harus membeli tempat tidur yang lebih besar,” pikirnya sambil menutup mata. Aroma buku dengan cepat membantunya untuk cepat tidur.
Namun ternyata hari ini belum berakhir, kepala Noel pusing, dan matanya terasa pedih ketika mendengar jeritan dari kamar istrinya, Noel dengan tertatih-tatih berlari menghampiri wanita itu.
“Maafkan Bian Mama, Maafkan Bian!” tangisnya menjerit, bulir-bulir jernih mengalir deras dari kedua matanya.
Saat Noel mendekat, wanita itu seperti merasakan kehadirannya, walau matanya tertutup, dia menarik ujung kemeja baju tidur Noel keras-keras sambil terus mengulang kata-kata yang sama.
“Maafkan aku, Mama.”
Noel menahan dirinya agar tidak terjatuh dan menimpa wanita itu.
“Wanita gila, menangis tengah malam, tidak sadarkan diri!” pikir Noel kesal tidurnya terganggu, seharusnya dia tahu, pasti terjadi sesuatu mengapa mamanya memaksa Noel menikahi wanita itu dengan terburu-buru, sepertinya wanita ini gila.
Pria itu mendengus saat wanita itu kini menggunakan piyama Noel untuk membersihkan hidungnya. Dia mendesah tajam sambil menarik bajunya tapi ternyata pegangan wanita itu cukup kuat.
Wanita itu malah menarik Noel dalam mimpinya, dan membuat Noel terjatuh di atas tempat tidur.
Begitu merasakan Noel terjatuh, Bianca mulai memukuli Noel, sampai akhirnya kesabaran Noel habis, dia memegang kedua tangan istrinya dan memeluknya erat agar dia tidak bergerak lagi.
“Mama, maafkan aku,” desahnya lagi masuk dalam pelukan Noel dan membalas pelukannya.
Rasanya sangat aneh, Noel tidak menyukai kehangatan seperti ini, jantungnya berdebar kencang saat merasakan pelukan istrinya.
Kepalanya yang mungil sangat pas di atas pundak Noel, terkulai tak berdaya. Pria itu segera mencoba melepaskan dirinya, namun, istrinya yang tadinya sudah mulai tenang kembali meraung.
Sehingga, Noel terpaksa diam dan menahan emosinya sendiri, menatap langit-langit kamar, menunggu sambil mencoba pelan-pelan melepaskan rangkulan Bianca, tapi wanita itu terus kembali menjerit ketika dia mencoba sampai akhirnya Noel juga ikut jatuh tertidur.
"Dasar wanita, selalu menyusahkan saja."
Sinar matahari yang menerobos kamar bernuansa kayu itu mengenai mata Bianca.
Karenanya, wanita berambut coklat kemerahan itu membuka matanya dengan kaget, karena mendengar suara napas yang dalam dan konstan.
Ingatannya kembali, lalu menyadari kalau dia sedang merangkul pria itu dan kakinya menimpa Noel yang tertidur pulas di sampingnya.
“Apa yang aku lakukan, kenapa aku memeluk pria ini?” pikirnya panik segera melepaskan rangkulan dan mengangkat kakinya dari tubuh Noel.
Namun, tidak dapat dipungkiri, pelukan dengan pria itu anehnya terasa nyaman. Apakah semalaman kemarin dia memeluk pria ini? Apa yang telah terjadi?
Karena gerakan Bianca yang tiba-tiba, Noel juga terbangun, dan segera berdiri. Pria itu sedikit terguncang lalu memegang meja kecil di samping tempat tidur agar tidak terjatuh. Dia terlihat kaget dan gugup.
“Aku tidak bermaksud apa-apa. Hanya saja, kamu terus menjerit dan saat aku mendekat kamu menarik dan tak mau melepasku. Tadi aku hanya mau menunggu sampai kamu tidur lagi, tapi sepertinya aku juga ketiduran.”
Pria itu menggaruk belakang kepalanya dengan, lalu berjalan segera ke arah pintu kamar.
“Maaf,“ ucap pria itu berhenti sebentar di depan pintu lalu segera keluar. Jantung Noel berdebar dengan kencang.
“Bagaimana aku bisa ketiduran disitu, bodoh sekali,“ umpatnya kesal lalu segera masuk ke kamar mandi.
Bianca hanya bisa menatap suaminya yang gugup berjalan keluar dari kamar mereka. Seketika itu juga wanita itu merasa malu akan apa yang dia sudah perbuat.
“Bisa-bisanya aku menahannya dan memeluknya seperti itu!” pikir Bianca sambil duduk di tempat tidur.
Wanita itu lalu segera turun dari tempat tidur dan membersihkan diri.
Setelah membongkar koper, dia mengenakan gaun longgar berwarna putih dan keluar dari kamar untuk mencari suaminya.
Dia harus meminta maaf, tak seharusnya dia melepaskan diri dari pelukan Noel, siapa tahu dia sedang hendak meminta haknya. Jangan sampai pria itu berpikir macam-macam dan mengadukan ke Alice, mamanya.
Namun, ternyata saat dia keluar, pria itu sudah tidak ada, hanya seorang wanita tua yang tergopoh-gopoh menghampirinya.
“Bapak sudah pergi, ibu mau sarapan apa?”
Hati Bianca terasa kosong. “Oh, mungkin aku yang berlebihan, pria itu tidak terlalu mempersoalkan masalah pelukan konyol itu. Tak seharusnya aku berlebihan begini,” pikir Bianca sambil menatap ibu tua itu dan tersenyum.
“Nasi goreng, kalau boleh.” Dia makan nasi goreng buatan ibu tua itu, yang ternyata lezat sekali. Melihat meja makan yang besar dan kaku, Bianca merasa semakin kesepian, karena itu Bianca lebih memillih duduk di samping kolam renang yang jernih airnya. Matahari terasa hangat di kulitnya, Bianca menatap air kolam beriak-riak terkena angin sambil tersenyum tipis. ”Aku boleh berenang,” pikirnya dalam hati dengan gembira. Wanita itu menghela napasnya sambil merebahkan tubuhnya di kursi kolam yang berbantalkan bermotif daun pisang. Malam pertama sudah berhasil dia lewati dengan aman, bagaimana dengan malam-malam berikutnya? Sebenarnya bukan salah Noel, mereka sama-sama terperangkap dalam pernikahan ini, dan sudah seharusnya jika dia meminta haknya, Bianca harus menerimanya. Tapi jika bisa mengelak, Bianca akan sangat bersyukur. Hatinya masih sesak dengan Kevin yang kabur dari kehidupannya, lalu anaknya yang direnggut paksa. Air matanya mengalir lagi, lalu dia menghapusnya seg
Tatapan Karen sangat merendahkan Noel. Pria itu segera menelan ludahnya sendiri. “Kamu jadi suami harus bisa mengatur rumah, Mama sangat kecewa. Sudahlah, sekarang Mama tunggu di ruang piano. Kamu segera bersiap untuk ke pulau Goro, Mama sudah atur semua.” Wanita segera berbalik dan dengan langkah anggun berjalan menaiki undakan menuju dalam rumah. Emily tanpa sadar menghembuskan napas yang dia tahan. Lalu menatap wajah bosnya yang pucat. Setiap bertemu dengan Madam, pria itu selalu berwajah seperti itu. Tapi Emily tidak bisa menyalahkannya, jika memiliki ibu seperti itu, Emily mungkin sudah gila sebelum puber. “Goro?” “Siap pak.” “Jam?” “Jam 11.30 pak,” jawab Emily melihat jam tangannya, sekarang sudah jam 11. Tapi dia sebenarnya bersyukur, sudah jam 11. Karena dengan begitu mereka tidak perlu berlama-lama bersama nenek lampir itu. Wanita itu menatap istri baru bosnya, tapi aneh, wanita itu biasa saja, dia tidak terkejut dengan gelagat madam mereka yang berlebihan. “
Walau tertegun sebentar, tapi Bianca segera tersenyum lebar. “Bodo amat, kenapa aku harus memikirkan dia!” pikir Bianca mendengus kesal dan membanting pintu di belakangnya. Wanita itu terperangah saat menyadari kalau dia berada di sebuah ruangan yang cantik bernuansa merah muda. Baju-bajunya bahkan sudah tergantung manis di lemari dengan rapi. “Ah betapa menyenangkannya,” pikirnya sambil melempar tubuhnya ke kasur yang empuk. Dia mulai merasakan betapa menyenangkannya menikah, bukan untuk hal yang biasa terjadi dalam pernikahan, tapi untuk merasakan kebebasan untuk melakukan apapun yang dia mau, biasanya dia selalu di bawah radar Alice. … Setelah menerima kabar kalau Bianca sudah jalan untuk bulan madu, Alice segera tersenyum tenang. Akhirnya rencananya sudah kembali ke rencana awal. Sebenarnya, Kevin adalah satu kesalahan besar yang di buat Alice. Pria culun itu adalah teman kuliah Bianca yang selalu tampak bodoh di mata Alice. Tapi, siapa sangka, tanpa sadar pria itu telah
Tubuh Noel menjadi kaku, pria itu masih tetap harus merangkul Bianca, sambil mendengarkan semua penjelasan vulgar dari mamanya. Jantungnya berdebar kencang dan dia sama sekali tak berani untuk menatap ke arah istrinya. "Kamu dengar Bian, sesudah Noel selesai, kamu jangan langsung bangkit, kamu taruh bantal di bawah bokongmu dan angkat kakimu ke atas, tahan beberapa lama." Karen menatap Bianca dengan tajam. Wanita itu mengangguk cepat walau merasa itu tak terlalu berpengaruh. Waktu itu, dia hanya melakukan sekali dengan Kevin, dan tanpa harus melakukan semua yang diucapkan oleh Mama Karen. Bianca ingat bahkan berusaha menggagalkan kehamilannya dengan minum soda banyak-banyak, namun dia tetap hamil. Tapi tatapan mata Alice sangat mengerikan, wanita paruh baya itu menatapnya dengan penuh ancaman. Tanpa diucapkan, Bianca tahu, dia harus pura-pura masih murni dan tidak tahu apa-apa. Tidak ada yang boleh tahu kalau dia pernah berhubungan dengan pria dan melakukan aborsi. "Ya, mah, Bia
"Dasar aneh," pikir Noel sambil ikut berdiri dengan kesal. “Buat apa aku menyelamatkannya kalau dia mau mati!” Pria itu mendengus kesal sambil mengeluarkan air dari telinganya. Tak lama ada pegawai kolam renang yang mendekatinya dengan wajah pucat. "Maaf tuan, saya,—" "Rapihkan bajumu, malam ini juga kamu kembali ke Jakarta. Emily akan mengatur sisa gajimu," tegas Noel dengan dingin lalu meninggalkan pria tua itu mematung dengan tak berdaya. Dia hanya ke toilet sebentar, karena melihat wanita muda itu pintar berenang. Hanya sekali ini saja kesalahannya dan dia langsung kehilangan pekerjaannya selama 5 tahun ini. Noel segera kembali ke kamarnya dengan kesal. "Dasar wanita menyebalkan bisa-bisanya dia malah marah padaku." Dengan kesal dia kembali melepaskan kaos dan celananya yang basah. Kali ini dia tidak lupa untuk mengunci pintu terlebih dahulu. Siapa tahu, wanita tidak tahu malu itu kembali menyelonong masuk ke dalam kamarnya. Dengan berdebar kencang, Bianca berlari mas
Namun setelah diperhatikan, di meja makan itu tidak ada air minum lain selain botol anggur. Noel mulai merasa tidak enak dan terjebak. Dia kembali makan dengan rasa tidak enak di lehernya karena kurang minum. Sepertinya selesai makan dia akan minum sedikit anggur demi mendorong makanannya lalu mengunci pintu kamarnya, agar tidak terjadi apa-apa. Dia mengangguk sendiri tanpa sadar lalu menyelesaikan makannya dengan cepat. Saat Bianca mulai kenyang dan menghabiskan gelas anggur yang ketiga dia merasa dirinya hangat dan ringan. Dia mulai meracau, dan kehilangan kontrol dirinya. "Aish, dia mabuk," desis Noel kesal melihat Bianca yang tertawa sendiri menatap buah stroberi di tangannya. "Kamu tahu, aku dulu pernah seharian hanya dikasih mama, stroooberi yang banyak. Katanya beratku naik sekilo, jadi aku harus diet." Wanita itu terkikik sendiri, lalu memasukkan buah stroberi impor yang besar itu ke mulutnya yang mungil. Noel berdiri setelah menghabiskan segelas anggur yang dia sudah si
Dia harus segera pulang dari pulau ini, kalau tidak dia bisa lepas kendali. Dia tak suka jika tak memegang kendali. Setelah mandi, Noel segera keluar dan mencari Emily. Wanita itu sedang menata meja makan saat dia menemukannya. “Emily, saya harus kembali ke Jakarta, pekerjaan saya jadi terlambat semua,” ujarnya tegas. Emily meletakkan susu dingin di meja lalu menunduk tidak enak. “Mengenai pekerjaan, Andi akan datang dan membawakan yang harus Bapak periksa siang ini, tapi Madam tidak mengizinkan siapapun kembali pulang ke Jakarta sebelum dia mengatakan boleh.” Wanita itu melirik sedikit ke arah ujung meja makan, ternyata ada Bianca disana. Wanita itu duduk sambil mengoleskan mentega di roti. Wajah Noel langsung memerah teringat akan kejadian semalam. Dia segera mengambil sebuah roti dan apel. “Saya, sarapan di kamar, buatkan saya americano dan jika Andi datang suruh dia segera ke ruangan saya.” Pria itu segera berbalik kembali ke kamarnya dengan kaku. Bianca menatap suaminy
Langkah wanita itu terasa ringan, dengan deburan ombak di sebelah kanannya, Bianca menyusuri pulau kecil itu. Sebenarnya, dia hanya seperti memutari kastil kecil itu, karena ada jalan setapak berpola lingkaran yang memutari pulau itu. Bianca terus berjalan sampai ke daerah belakang kastil. Anehnya ada bangunan yang modern, tempat para pekerja dan pengurus kastil tinggal. Bianca berhenti sebentar, lalu mendekati bangunan itu. Ada kehebohan yang terjadi, dengan penuh rasa ingin tahu, Bianca mendekat hanya untuk mendengar suara Karen ditaruh di pengeras suara. “Afrodisiak adalah zat yang mampu meningkatkan gairah seksual. Kemarin saya sudah buat daftarnya, bagaimana kalian bisa berkata kalau kalian tidak tahu apa yang harus dimasak!” Suara Karen menggelegar di dapur. Semua sibuk bekerja namun tidak ada suara lain. Bianca tertegun mendengarkan itu. Karen sangat serius mengenai malam pertama mereka, sepertinya Bianca benar-benar harus hati-hati memainkan perannya. Namun bagaimana bisa
Kevin benar- benar habis akal. Bagaimana bisa tiba- tiba keluarga Kelly mengetahui kalau keluarganya sedang diambang kebangkrutan. Semalam ayah Kelly memanggilnya dan bertanya banyak tentang bisnis fiktifnya. Walau gaya dari ayah Kelly itu seperti menelan bulat- bulat bualannya, tapi entah kenapa Kevin merasa tak yakin. Pria itu memandangnya dengan tatapan aneh.Lagi pula ada satu pria lagi yang harus dia pikirkan sekarang. Luuk Jaager. Entah kenapa pria itu kini terus mengawasinya juga. Hutang yang tadi dia pikir tak seberapa untuk Luuk, kini terasa sangat besar. Luuk meminta uangnya kembali sedangkan Kevin tak memiliki apapun sekarang kecuali nama keluarganya.“SIALAN!” maki Kevin sambil mau membanting handphonenya ke lantai, tapi tak jadi karena kalau sampai handphone itu rusak, Kevin tak memiliki uang untuk membeli handphone lagi. Akhirnya pria itu hanya bisa membanting tubuhnya ke sofa sambil kembali memaki.Pria itu meraih handphone dan melihat nama Bianca lalu menekannya. Seper
Pagi itu mereka bergulat dengan penuh gairah, seakan menumpahkan hasrat yang tertahan selama berbulan-bulan dalam satu hari. Noel hanya beristirahat sebentar sambil mengelus tubuh istrinya dengan mesra, mengagumi setiap sentinya dengan penuh perhatian. Jantung Bianca berdebar dengan kencang. Sejujurnya semua ini rasanya seperti mimpi saja. Dia terbangun dan ada Noel pun rasanya sudah seperti imajinasinya menjadi kenyataan. Tapi, kali ini pria itu bahkan memandangnya dengan penuh pemujaan sehingga hati Bianca seakan mau meledak rasanya. Saat pria itu bangkit, Bianca mengira kalau Noel akan pergi seperti biasa, tapi siapa sangka pria itu kembali mencumbu dan menyatu lagi dengannya sampai tiga kali di pagi itu.“Maaf, kamu pasti lelah ya,” erang pria itu dengan terengah-engah saat mencapai puncaknya lagi di atas tubuh istrinya. Wajah Bianca yang putih seperti keramik kini memerah setelah percintaan terakhir mereka. Dengan perlahan wanita itu tersenyum manja lalu menggeleng. “Nggak,”
Kenyang dan juga tidak tidur semalaman, Bianca sebenarnya sangat lelah. Sehingga saat merasakan kehangatan yang diberikan oleh suaminya, wanita itu seakan pesawat yang sudah tinggal landas. Apalagi saat Noel mulai mengusap rambutnya dengan lembut, bibirnya merayap di sekujur wajah dan lehernya. Hangat, nyaman dan kenyang, Bianca menutup mata dengan nyaman. Kedua tangannya merangkul pria yang sangat dia cintai. Namun sayangnya karena ini terlalu nyaman, wanita itu benar- benar tinggal landas dan tertidur pulas. Noel menghentikan ciumannya saat mendengar dengkuran wanita itu.“Cih … serius ciumanku segitu membosankannya sampai dia tertidur?” pikir Noel dengan tersinggung sambil terus mencoba mencium cerukan leher istrinya. Bibir wanita itu bergerak-gerak seakan membalas ciuman Noel, tapi matanya tetap terpejam dan dengkurannya terus terdengar rata.“Bian?” desah Noel berbisik di telinga istrinya lalu mengecupnya dengan mesra hal yang biasanya membuat Bianca mengerang nikmat kali ini h
Bagaikan mimpinya berlanjut, bibir Noel menguasai dirinya, ciuman yang panas dan penuh gairah membuat Bianca lupa mau bicara apa tadi. Dia hanya ingin pria itu tetap bersamanya, dan ternyata pria itu memang tak mau pergi. Tangannya kini berjalan perlahan, menyentuh bagian tubuh tersensitif Bianca. Sentuhan yang sangat Bianca rindukan. Separuh tubuh jiwa Bianca yang haus kini seakan melayang, jemari itu menguasai Bianca sehingga wanita itu berserah sepenuhnya. Lalu seakan tersadar pria itu terdiam dan menarik dirinya. “Jangan pergi…” pekik Bianca meratap segera menangkap dan memeluk suaminya dengan seerat dia bisa.Noel terkesiap kaget saat merasakan tubuh hangat Bianca dalam dekapannya. Segera otaknya menyuruh tangan melepaskan dekapan itu. Sudah gila dia mencium wanita itu? Wanita yang sudah berkhianat dan bersama kekasihnya kemarin! Tapi mendengar rengekkannya kembali membuat pikiran dan hati Noel tak sejalan.“Aku mau taruh ini Bian,” ujar Noel beralasan agar Bianca melepaskan pe
Bianca adalah wanita yang lembut, suaranya kecil dan jarang beremosi. Namun kali ini wanita itu mengusirnya dengan kasar, dan terlebih dari itu, Bianca membentak Noel untuk keluar dari kamar di rumahnya sendiri.Pria itu terdiam dan menatap gulungan selimut berisi Bianca di atas tempat tidur dengan perasaan campur aduk.Pelayan mengetuk dan datang membawa sup dan berbagai perlengkapan makan dalam kereta dorong. Aroma bawang putih mulai memenuhi kamar tidur membuat perut Noel mulai bergoyang karena sebenarnya pria itu berbohong, karena menunggu Bianca siuman, pria itu juga belum makan seharian. “Makanan sudah datang, ayo bangun dan makan!” perintah Noel mengabaikan Bianca. Wanita itu tak bergeming dalam gulungan selimutnya.“Bian!” “Nggak mau, kamu denger ‘kan apa kata dokter tadi, aku tu cuma kelelahan, aku lelah aku mo tidur!” ujar wanita itu dengan keras kepala. “Nggak, kamu butuh makan, nggak usah pake diet! Badan dah kurus begitu pakai diet!” desis Noel sambil menarik selimut
Dengan panik Noel membopong tubuh lunglai itu ke atas tempat tidur. Pria itu segera menutupi tubuh istrinya yang hanya mengenakan sehelai gaun tidur tipisnya dengan selimut, lalu segera berlari menekan tombol intercon memanggil pelayan berulang kali dengan panik. Dalam hati Noel sungguh bersyukur kalau dia memasang CCTV di kamarnya. Dia harus melihat apa yang terjadi semalaman, kenapa Bianca bisa tiba- tiba seperti ini?Lalu suara gemericik air membuatnya heran, pria itu masuk ke kamar mandi dan terkejut dengan air yang sudah luber memenuhi bathup. Tanpa menghiraukan kakinya akan basah, pria itu segera mematikan air yang masih mengalir dengan kening berkerut.“Apa dia mau mandi?” pikir pria itu dengan heran dan memandang ke sekitarnya secara sekilas namun tatapannya berhenti ke sebuah benda berkilat yang harusnya tidak ada di sana. Pria itu berjalan dengan ngeri lalu mengangkat benda pipih mengkilap itu. “Cutter?” Pria itu segera menutup cutter yang dalam keadaan terbuka itu. “Buat
Dia sudah gila atau mungkin sudah sangat putus asa, bagaimana bisa dia menjawab pesan Noel seperti itu! Bianca menatap handphonenya dengan cemas. Awalnya dia mengirim pesan itu secara tak sengaja. Seperti biasa, Bianca sering mengirim pesan khayalan pada Noel, yang tentunya tak pernah dikirim. Sudah gila dia mengirim pesan seperti itu. Tapi sialnya, karena terlalu kesal dengan pesan Kevin, ketikan Bianca yang seharusnya tak dikirim itu ikut terkirim. Kini Bianca menatap panik jawaban Noel. Pria itu menjawabnya! Bianca tak pernah menyangka kalau pria itu bahkan menyimpan nomornya, tapi dari jawabannya menyuruh Bianca tidur, sudah pasti dia tahu kalau ini adalah nomor Bianca.Dengan jemari gemetar wanita itu mengetik kapan pulang, karena sesak yang ada di dadanya. Bagaimana bisa dia serindu itu dengan suaminya? Belum pertemuan dengan ibu tirinya kemarin siang yang memaksa Bianca.Namun jawaban Noel berikutnya sama dinginnya, seakan pria itu tak mau pulang, memang salah Bianca apa? Ada
Seakan semuanya hanyalah mimpi, Noel tak pernah kembali seperti ucapannya terakhir. Noel tak pernah terlihat bahkan sekilas. Pria itu seakan hilang ditelan bumi. Bianca terus menatap jendela dan berharap pintu kamar terbuka tiba- tiba dan suaminya yang tampan datang. Namun, harapan Bianca semakin lama semakin tipis karena, pria itu tak pernah muncul. Hatinya sudah lelah melompat tiap kali pintu diketuk. Tapi setelah dipikir- pikir, pria itu tak pernah mengetuk pintu. Noel akan masuk tanpa meminta izin. Tapi kini, bahkan di kamar perpustakaannya juga, Noel tak pernah ada. Pria itu tak pernah pulang, dan kini setelah Emily dipindah tugaskan, Bianca tak bisa bertanya apa pun padanya. Ketika pada akhirnya Bianca bertanya, Emily yang malah bertanya kembali padanya, karena seharusnya Noel pulang. Pria itu selalu pulang. “Tapi, kenapa dia tak pernah muncul?” tanya Bianca saat kembali melewati kamar perpustakaan Noel yang sempat menjadi peraduan hangat mereka. Sudah berjalan dua bulan, tap
Noel mengerang kesal saat sudah kembali ke dalam mobilnya. Dia segera menyuruh supirnya untuk membawanya kembali untuk menjemput Bianca. Dia sudah jauh terlambat dari yang dia janjikan. Memang ketika ingin cepat, biasanya malah jadi banyak hal yang menghambat, kontrak yang sudah direvisi tadi, ternyata masih banyak salah sehingga Noel harus mendiktekan kontrak itu secara langsung. Noel sudah pastikan akan memecat bagian hukum yang mengerjakan kontrak itu. Pikirannya kembali melayang pada Bianca, wanita itu pasti sudah bosan, atau yang lebih mengerikannya, sudah banyak pria yang menggodanya. Pikiran itu segera membuat Noel bergidik. Istrinya begitu cantik dan polos, walau terlambat tapi akhirnya Noel menyadari hal itu. Bianca sama polosnya dengan Noel sendiri. Mereka adalah hasil produk dari didikan jaman baheula yang tertutup sehingga tak mengerti apapun tentang lawan jenis. Wanita itu bahkan seperti tak menyadari kalau dirinya sangat cantik. Noel mengerang kesal dan segera turun d