Bab 3

Saat ini Liora telah berada di depan rumah Papanya. Dia menatap ke arah rumah besar yang sejak dulu menjadi tempat tinggalnya. Rumah yang dulu menjadi tempatnya berlindung, tetapi kini tak lagi sama.

Liora kembali teringat akan masa kecilnya saat kedua orang tuanya masih bersama. Saat itu Liora sangat bahagia dengan kasih sayang yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Hingga kedatangan Lina yang menjadi ibu tiri Liora saat ini, menghancurkan semua kebahagiaannya.

Liora pun berjalan masuk ke dalam, tujuannya datang untuk membawa sang papa pergi dari rumah ini. Liora tau bahwa Lina dan Adriana memanfaatkan papanya agar dia bisa menguasai semua harta keluarga Aditama. Dia tidak akan membiarkan semua itu terjadi.

Setelah berada di dalam rumah, Liora benar-benar sangat terkejut saat melihat papanya yang dalam keadaan sakit stroke berada di lantai atas, terlihat akan turun ke tangga dengan kursi rodanya.

"Papa! Berhenti di situ jangan bergerak sedikit pun!" teriak Liora merasa takut saat melihat papanya.

Liora pun berlari untuk menyelamatkan. Setelah pria paruh baya itu berada di tempat aman, Liora pun bisa bernafas dengan lega. Wanita itu tidak menyangka kenapa papanya bisa berada di tempat berbahaya seperti ini, padahal saat ini untuk bergerak pun pria itu sudah tidak bisa lagi.

"Kenapa Papa bisa berada di tempat berbahaya seperti ini?" tanya Liora kepada, sang papa dia tak bergerak hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan.

Liora tau bahwa semua ini adalah rencana Lina yang ingin membuat papanya celaka. Dengan begitu Lina bisa menguasai harta papanya, tapi Liora tidak akan pernah membiarkan semua itu terjadi. Dia tidak akan pernah membiarkan Lina mengambil harta keluarganya.

"Sial! Aku gagal lagi, lagian kenapa wanita pembawa sial itu bisa datang sih! Sedikit lagi, sedikit lagi aku sudah bisa membuat si tua bangka itu mati dan aku bisa mengambil semua hartanya tapi karena Liora datang semuanya jadi gagal," gumam Lina yang berada di belakang pintu kamarnya, melihat Liora yang telah menyelamatkan lelaki berstatus suaminya itu.

Lina pun keluar dari dalam kamarnya dengan berpura-pura mencari suaminya. "Ya Tuhan, Papa! Papa ada di mana?" teriak Lina sambil berpura-pura mencari.

Mendengar suara Lina, Liora tampak menatap tajam ke arah wanita itu. Liora tersenyum sinis melihat bagaimana Lina yang berpura-pura mencari, padahal dia tau bahwa ibu tirinya lah yang sebenarnya ingin membuat papanya celaka.

"Lihat, wanita rubah itu akhirnya muncul juga. Dia pasti saat ini tengah berpura-pura merasa khawatir pada Papa. Benar-benar wanita rubah, kau pikir kau bisa menipuku hah," gumam Liora sambil menatap benci ke arah Lina.

"Papa? Kenapa Papa bisa berada di sini? Bagaimana jika nanti Papa malah jatuh dari tangga ini?" kata Lina dengan nada khawatirnya kepada sang suami.

Papa Liora tampak melihat benci ke arah Lina yang saat ini sedang berpura-pura merasa khawatir padanya.

"Bukankah itu yang kamu, Lina." Liora tampak langsung mengatakan niat busuk Lina kepada Papanya.

"Apa maksudmu, Liora? Bagaimana mungkin aku ingin mencelakai suamiku sendiri. Meskipun keadaannya seperti ini dia tetap suamiku," jawab Lina menyangkal apa yang dikatakan oleh Liora.

"Sudahlah, tidak perlu berpura-pura bahwa kau merasa khawatir pada Papaku. Katakan saja kalau kau sangat berharap bahwa Papa cepat meninggal, dengan begitu kau bisa dengan bebas menguasai harta Papaku. Tetapi, selama aku hidup, aku tidak akan membiarkan semua itu terjadi. Bagaimana bisa orang luar sepertimu dengan mudahnya ingin mengambil semua harta keluarga Aditama. Papaku memulai bisnisnya dengan susah payah dan kau yang ingin mengambil hasilnya? Itu tidak akan pernah terjadi!" kata Liora tampak menatap marah ke arah Lina.

"Liora, kenapa kamu bicara seperti itu kepada Mama?" Lina berpura-pura sedih mendengar ucapan Liora padanya, seolah semua itu tidak benar.

"Sudahlah Lina, kau tidak perlu lagi berpura-pura bahwa kau juga mencintaiku. Aku benar-benar sudah muak melihat wajah sok baikmu itu padaku dan juga pada Papa. Tunjukkan saja wajah aslimu itu karena sekarang aku sudah tidak akan mempan untuk kamu tipu lagi," kata Liora dengan wajah kesalnya kepada Lina.

Lina kini tertawa dengan suara yang keras melihat bagaimana sikap Liora yang telah berubah. Selama ini Liora lah yang selalu menjadi kambing hitam di keluarganya karena Lina hanya ingin memanfaatkan Liora maka dari itu Lina selalu berpura-pura bersikap baik kepada Liora tapi kini Liora sudah mengetahui tentang dirinya yang sebenarnya.

"Hahaha! Kau benar-benar sangat lucu, Liora. Ekspresi wajahmu itu sama sekali tidak pantas saat kau memperlihatkan wajah aroganmu itu. Kau lebih pantas bersikap bodoh seperti biasanya yang dengan mudahnya bisa aku tipu, Hahah! Liora Liora," tawa Lina dengan mengejek sikap Liora yang saat ini telah berani melawannya.

"Aku tidak menyangka bahwa setelah kau keluar dari rumah sakit jiwa, kau memiliki kepribadian yang berbeda saat ini. Apa yang kamu katakan memang benar bahwa aku memang menginginkan kematian dari Papa kamu, karena aku juga sudah bosan merawat orang lumpuh seperti Papa kamu itu. Aku hanya ingin membantu dia supaya tidak menyusahkan orang lain dan hidup dengan tenang di dalam kubur," ucap Lina sambil melihat ke arah Papa Liora.

Mendengar apa yang dikatakan oleh Lina, Papa Liora yang tampak tak berdaya, tidak bisa menahan emosinya. Dengan menggerakkan kursi rodanya menunjukkan bahwa dia sangat marah dengan apa yang dikatakan oleh istrinya. Kesalahannya telah menikahi wanita itu.

"Papa tenang dulu, biarkan Liora yang menyelesaikan masalah ini," kata Liora lembut berusaha untuk menenangkan Papanya.

"Kau benar-benar wanita yang jahat, bagaimana bisa dulu aku tertipu oleh sikap manismu itu padaku,"

"Karena kau bodoh, Liora. Kamu dan Papa kamu itu bodoh. Kalian berdua dengan mudahnya menerima orang asing seperti kami masuk ke dalam keluarga kalian, jadi jangan salahkan aku jika sekarang keluarga kamu itu hancur. Semua itu terjadi karena sifat bodoh kalian," kata Lina dan tertawa melihat bagaimana dulu saat Liora dan juga Papanya menerimanya dan Adriana di rumah ini.

Liora yang sudah benar-benar muak dengan Lina, tanpa berkata apa pun langsung menampar pipi ibu tirinya cukup keras.

"Kau! Berani sekali kau menamparku?" Lina tampak oleh seraya memegangi pipinya, dia terlihat marah akan kelancangan wanita di hadapannya.

"Kenapa aku tidak berani? Aku berani karena kau memang pantas untuk ditampar," jawab Liora, dia mendekat hingga Lina memundurkan langkah.

"Liora! Berani sekali kau menampar Mamaku!" teriak Adriana yang baru saja tiba. Marah melihat mamanya diperlakukan dengan kasar oleh orang yang paling dia benci.