Di sore hari, badai salju mereda dan kota menjadi hidup. Meski salju menumpuk di trotoar, bar dan kafe tetap buka. Kota Eslander terlihat indah di malam hari, karena Clara mengaguminya dari atas. Setelah berendam dalam air hangat dan tidur selama beberapa jam, dia membutuhkan sedikit alkohol untuk menghangatkan paru-parunya. Mengenakan jubah hijau tua, legging ketat, dan sepatu bot tinggi berwarna putih, dia memakai topeng yang serasi, rambutnya sekarang diwarnai dengan warna coklat yang lebih gelap. Clara menghisap permen penghilang bau serigala. Dia keluar dari hotel dan mencari hiburan malam. Clara mencari hiburan di bar yang tenang. Bar pilihannya sangat elegan, dengan dekorasi kayu Oak dan kursi berwarna gading, dia memesan anggur putih dan menemukan sudut yang nyaman. Saat dia menikmati minumannya, pelayan bar yang penuh perhatian membawakannya sepiring makanan manis. Namun, Clara tidak sengaja menjatuhkan beberapa permen sehingga tangannya lengket, ia menuju wastafel, Sekelom
Jalan rahasia menuju gedung tua hanya berupa jalan setapak terbuat dari batu belah yang licin oleh lelehan salju, udara dingin merayap. Untungnya terdapat penerangan yang cukup. Erasmus mendorong sebuah pintu kecil terbuat dari plat besi hitam, bunyinya menderit. Terdapat lobi kecil sebelum dia mendorong kaca berputar. Terhampar ruangan yang terasa hangat. Erasmus memasuki sebuah bangunan, "Dulunya berfungsi sebagai tempat ibadah sekte Drakorian, kini menjelma menjadi keluarga Draken. Meskipun sekte tersebut dibubarkan, pengikutnya masih tetap ada" Clara takjub dengan hiasan pada langit langit gedung yang berupa dome ternyata kaca tebal dan benar-benar pemandangan langit utuh yang terlihat. Salju turun tipis tipis diantara bintang kecil. "Indah bukan?" tanya Erasmus, matanya mengerjap melihat Clara yang sangat cantik dengan topeng di wajahnya. "Aku masih bisa mengenalimu, karena bibirmu yang indah tidak bisa kamu palsukan" "Aku hanya ingin tampil berbeda, memiliki foto foto yang be
Clara mulai merasakan pusing, dia meraba dalam gelap menyusuri koridor yang panjang. Tangannya masuk ke dalam jubah dan mengeluarkan sebuah pil kecil tetapi sebelum dia sempat menelannya, Erasmus mendorongannya setengah berlari, pil anti bius terjatuh dalam gelap. "Erasmus, kenapa terburu-buru. Apakah ada sesuatu yang tersembunyi di dalam kegelapan ini?" tanya Clara kesal. "Uh, tidak! tadi aku hanya kaget" Erasmus meminta maaf tetapi matanya terus berkilat dalam gelap, Aroma afrosidiak mengurung ruangan, di bawah dome Clara mulai goyah. Seharusnya mereka keluar ke pintu kiri tetapi Erasmus membawanya ke kanan. "Kita mau kemana?" "Ayo ke villaku, sudah larut malam, jalanan gelap bahaya terlalu licin!" Clara tidak habis pikir, seharusnya saat ini belum tengah malam, dan Erasmus baru saja mengatakan hotel serta kafe akan memasang lilin di teras. Clara menahan langkahnya di tengah dome kaca, dia mendongak melihat samar samar cahaya bintang di balik salju yang turun tipis. "Aku tida
Di kediaman klan Holland, "Gadis itu masih di hotel dan belum terlihat keluar dari kamarnya" "Pastikan dia terus dalam pantauan para Hollander, Gareth gagal di Lembah Utara karena gadis itu pinter berkamuflase" Erasmus meraba wajahnya yang rusak terkena pantulan cincin Mirah Delima. "Apa hubungan gadis itu dengan Lembah Sifirin? Mengapa cincin putri Ainun ada di tangannya?" Sodix, kepala keluarga Hollander, menjadi geram saat mengetahui calon istri putranya mengenakan cincin Mirah Delima dari Lembah Sifirin, sebuah kerajaan yang memiliki hubungan sejarah dengan klan Hollander. "Cincin itu dalam sejarahnya hilang di curi para budak manusia yang menjaga pertambangan berlian di desa Aimata" Erasmus membacakan kisah tentang cincin Mirah Delima, "Bukankah, Panatua klan Holland pernah menceritakan hal ini kepada kita semua?" "Sekalipun di curi, cincin itu tidak berguna jika darah pemiliknya tidak cocok dengan roh dalam cincin" Sodix mendongak kepalanya, matanya terasa sakit, menging
Lembah Serangga, El Wongso mendadak merasakan kegelapan, "Seharusnya aku tidak membiarkan putriku sendirian menuju Lembah Utara" Ajeng berujar, "Paman El, aku sudah memeriksa jejak perjalanan Clara sejak awal dia berangkat dan rekaman kopernya yang terpantau di monitorku. Clara menaiki kapal dari Lembah Utara dan berakhir di Lembah Skydra!" "Ibu, bisakah kita menghubungi Abigail?" tanya EL Wongso semakin cemas. "Bukankah Malachi mengurungnya dalam ruang kegelapan? kita tidak bisa terkoneksi, sihir Malachi sangat kuat, bahkan cincin Mirah Delima itu tidak bisa menandinginya!" Wajah El Wongso terus menjadi gelap, air matanya mulai menggenang, "Tetapi kita tidak pernah bersinggungan dengan penguasa Lembah Sifirin, mengapa mereka mengirimi Clara cincin itu?" "Aku yakin itu salah satu pusaka yang di curi oleh para budak yang dibebaskan oleh Abigal tua. Biar bagaimanapun Abigail tua merasa kehilangan permaisurinya, dia membalaskan dendam dengan melepaskan para budak manusia----Kita tid
Kota Eslander siang hari kembali berkabut dan gelap menyelimuti, salju turun tipis. Dingin sekali. Clara berlari kecil kembali dari Eslander market, dia menyusuri jalan berliku yang hilang tertutup kabut tebal dalam hujan salju. Dia tidak tahu berada dimana karena kegelapan yang tiba tiba . Instingnya untuk tidak berlari tetapi berdiam diri, dan tepat ketika dia memutuskan untuk berhenti dia tersandung sesuatu. "Ughh" Clara mundur satu langkah, sepertinya dia menabrak orang lain atau mahluk lain. Dalam situasi seperti ini, shifter pasti berusaha berubah bentuknya. Sebelum Clara membuka mulutnya, pinggangnya di cengkram oleh sepasang tangan kekar dan berganti mulutnya di bekap. Seseorang dengan tubuh berotot dan memiliki harum tubuh yang dia kenali, menariknya ke dalam lorong kecil. "Jangan berteriak, kamu di kuntit kelompok Holland!" Suara berat terdengar di kuping Clara bercampur hawa panas yang menggelitik kupingnya. Serigalanya langsung bangkit, kepalanya berdenyut dan area se
Di dalam kamarnya, Clara segara membongkar tas kertas dari apotek berisi cairan pembalut luka, salep kudis dan bubuk untuk mengobati eksim warna merah. Dia juga sempat membeli sekantong gelatin untuk diet. Setelah pelayan mengantarkan makan malam dan setermos susu panas. Dia berkata pada pelayan itu, "Besok pagi aku akan bangun lebih siang, karena malam ini aku harus bekerja online setelah beberapa hari badai, aku harap jaringan telekomunikasi kembali normal!" "Nona, Anda bisa menggantungkan kertas di knop pintu, kami akan datang menjelang siang!" jawabnya dengan wajah menunduk. "Terimakasih dan kamu bisa keluar!" Clara memeriksa ulang wadah makanan piring perak, memperhatikan mangkuk sup cekung. Dia segera menuangkan sup ke toilet dan menyalakan keran air panas untuk membuat jeli, yang dengan cepat mendingin menjadi konsistensi yang sempurna dan lengket. "Uh, apakah kamu akan berubah dan jelek, gadis bodoh?","Tidak ada cara lain, aku memindai hotel ini sudah dikepung oleh Holla
Erasmus berdiri dari tempat duduknya dan berteriak kepada pengawalnya yang datang dengan ketakutan, "Tuan, hotel mati lampu karena ada korsleting di area perbaikan penghangat ruangan yang sedang di service!" "Periksa kamar gadis itu dan pastikan dia masih di kamarnya!" sahut Erasmus kesal dan gelisah. Di kamar hotelnya, Clara mengenakan masker wajah berwarna putih dan mengetuknya dengan tangannya. Saat ada ketukan keras di pintu, dia ragu untuk membukanya. Wajahnya terasa kencang dan maskernya mencengkeram kulitnya. Sayangnya, dia juga mengaplikasikan masker yang cepat kering ke bibirnya. "Tuan, kami sudah mengetuk kamarnya tidak ada jawaban dan perbaikan masih butuh beberapa menit lagi!" Terdengar suara bentakan di ruangan sebrang hotel, "Bodoh, bawa pelayan perempuan untuk mengetuk kamarnya lagi dan tidak seorangpun meninggalkan koridor sampai lampu kembali nyala!" Tak lama lampu kembali menyala, Cargil dan gadis bernama Mia buru-buru keluar dari lift dengan wajah semerah jamb