Share

Istri Tanpa Ranjang
Istri Tanpa Ranjang
Penulis: Si Nicegirl

Pertemuan Kembali

"Kamu masuk! Cari Nona Lizie di dalam!"

Annelies memutar cepat otaknya untuk dapat melepaskan diri dari kejaran bodyguard Daddynya yang ditugasi untuk selalu mengawasi setiap pergerakan. Ia pun akhirnya memutuskan untuk masuk ke toilet pria.

"Aduh, kenapa harus kekunci semua sih!" desis Annelies ketika melihat tak ada satu bilik pun di sana yang kosong dan bisa ia jadikan tempat persembunyian.

Untungnya, secara bersamaan dengan bunyi derap sepatu para bodyguard yang mengarah ke toilet pria, salah satu bilik terbuka.

Annelies yang tengah luar biasa panik pun mendorong seorang pria yang hendak keluar hingga mereka sama-sama masuk ke dalam bilik dan langsung menguncinya.

"Apa-ap ... "

Belum sempat pria itu mengeluarkan keluhannya, Annelies sudah membungkam mulutnya, "Please tolong aku, jangan bicara," pinta Annelies dengan suara dan wajah memelas, yang konon katanya mampu melumerkan hati pria sebeku es kutub sekalipun.

Tapi sepertinya tidak berlaku untuk pria di depannya itu. Karena alih-alih lumer, pria itu malah menepis tangan Annelies yang membungkam mulutnya.

Saat itu barulah Annelies mengenali pria itu, "Kevin! Kamu benar Kevin 'kan?"

Nada antusias Annelis berubah menjadi pekikan pelan, saat dengan cepat tangan besar pria itu menyekik leher Annelies dan menekan Annelies ke dinding. "Siapa yang mengutusmu?" tanya Kevin, suaranya terdengar dingin dan kejam.

Untungnya daddy Elrick membekali Annelies dengan ilmu beladiri. Jadi tidak membutuhkan waktu lama untuk ia bisa melepaskan diri dari Kevin, meskipun akhirnya pria itu dapat membekuknya lagi.

"Cepat katakan! Siapa yang mengutusmu?" ulang Kevin dengan nada yang terdengar lebih kejam lagi dari sebelumnya.

"Kamu tidak mengenaliku, Vin?' tanya Annelies. Ia kembali memekik pelan saat Kevin menekannya lagi ke dinding.

"Pertanyaan yang sama dari semua wanita yang berniat mendekatiku," desis Kevin dengan seringainya. "Katakan, berapa banyak kamu mendapatkan bayaran? Aku akan membayarmu sepuluh kali lipat, dengan syarat jangan perlihatkan wajahmu lagi di depanku dan berikan nama yang mengirimmu!" geram Kevin.

"Tidak ada yang mengirimku, Vin. Demi Tuhan aku berniat sembunyi dari kejaran seseorang!" sangkal Annelies, ia mencoba balik badan namun tangan kuat Kevin tetap menahannya.

"Kamu pikir aku akan percaya begitu saja?!"

Annelies baru akan menyangkalnya lagi ketika pintu toilet terbuka kasar hingga membentur dinding, disusul dengan percakapan beberapa orang,

"Nona tidak akan mungkin masuk ke dalam sini!"

"Tidak ada salahnya kita memeriksanya. Karena aku melihat dengan mata kepalaku sendiri Nona berbelok ke arah toilet."

"Buktinya mana? Kosongkan? Pintunya terkunci semua!"

"Bisa jadi Nona bersembunyi di salah satu pintu itu! Cepat intip dari bawah!"

"Astaga, kamu mau membuat keributan lagi seperti waktu itu?"

"Ya sudah, tunggu semua yang ada di bilik itu keluar saja! Dan, larang siapapun masuk ke dalam toilet ini!"

Melalui sorot matanya, Annelies kembali memohon pada Kevin yang baru akan membuka mulutnya. Dan untungnya pria itu tidak lagi mengeluarkan sepatah kata pun, dan perlahan melepaskan cengkramannya dari leher jenjang Annelies.

Detik berganti menit, para bodyguard itu terus menunggu semua yang ada di dalam bilik keluar. Hingga hanya tersisa bilik tempat Annelies dan Kevin saja yang tersisa.

"Kamu, cepat intip!"

Meski salah satu bodyguard itu mengecilkan suaranya, tetapi Annelis masih bisa mendengar. Dan sepertinya Kevin pun demikian, karena sejurus kemudian pria itu duduk di closet lalu menarik Annelies hingga duduk di atas pangkuannya.

Posisi kaki Annelis yang menggantung itu tidak akan mungkin terlihat dari celah bawah pintu.

"Kaki pria, bukan Nona!"

"Sial! Kita kehilangan dia lagi!"

"Cari ke mana lagi?"

"Periksa CCTV gedung ini!"

Setelah mengatakan itu mereka pun bergegas keluar, barulah saat itu Annelies turun dari pangkuan Kevin,

"Terima kasih," ucapnya.

Annelis baru akan membuka pintu ketika Kevin menahan lengannya, "Siapa mereka?"

Lima belas tahun yang lalu, Annelis pernah menyelamatkan Kevin dari salah satu siasat jahat seorang wanita kelas atas. Namun, karena mengetahui pria itu tidak menyukai wanita kelas atas, ia pun memutuskan tidak mengungkap identitasnya. Dan keputusan itu juga ia lakukan hari ini.

Tapi kenapa Kevin tidak mengenalinya? Padahal cukup lama mereka menghabiskan waktu bersama.

"Penagih hutang. Mereka berniat menjualku kepada pria hidung belang sebagai bayarannya," jawab Annelies. Dalam hati ia mengucapkan beribu kata maaf untuk daddy dan mommynya.

"Tunggu sepuluh menit lagi! Kalau sampai sepuluh menit tidak ada satupun orang yang masuk, itu berarti salah satu dari mereka pasti sedang mengawasi toilet ini. Sampai saat itu aku yang keluar lebih dulu, setelah aman baru kau keluar," saran Kevin.

Annelies mengangguk cepat, "Iya, terima kasih," ucapnya.

Pria itu masih saja seperti dulu, mudah membantu kesulitan orang lain. Hanya saja, sikapnya pada Annelies tidak sebaik dulu. Banyak sekali perubahan yang terjadi pada pria itu.

Sambil menunggu waktu sepuluh menit Annelies memulai percakapan kembali, "Kamu benar tidak mengingatku, Vin?"

Salah satu alis pria itu sedikit terangkat saat bertanya, "Haruskah aku mengenalimu?"

"Aku masih mengenalimu, kenapa kamu tidak mengenaliku?" Annelies balik bertanya, ada rasa sakit yang menusuk di dadanya saat pria itu tidak mengenalinya.

Padahal selama lima belas tahun ini, tiada hari yang Annelies lewati tanpa teringat pada pria itu.

Nama Kevin bahkan selalu ada di setiap hembusan napasnya, setidaknya saat Annelies sedang merenung seorang diri.

"Siapa yang tidak kenal aku di kota ini?" gumam Kevin sambil lalu.

Annelies hanya menatap punggung Kevin dalam diam saat pria itu melangkah keluar dari bilik persembunyian mereka. Persembunyian Annelies lebih tepatnya.

Annelies harus mengakui kalau sekarang perusahaan Kevin telah berkembang pesat. Pria itu kini menjadi salah satu billionare muda di negara mereka, juga bujangan paling diminati. Mustahil kaum hawa tidak mengenalnya.

Namun tanpa Kevin ketahui, selama lima belas tahun ini diam-diam Annelies lah yang meminta daddynya untuk membantu Kevin.

Ya, Kevin tidak akan mengetahui bantuan yang diam-diam Annelies berikan padanya selama lima belas tahun ini. Hanya nama pewaris misterius saja yang pria itu ketahui, identitas yang hanya Annelies saja yang bisa membongkarnya.

Sejurus kemudian Kevin kembali masuk, dengan langkah santainya pria itu mendekati Annelies, "Berapa nominal hutangmu pada mereka?"

"Hutang?" Kening Annelies mengkerut bingung. Untuk sesaat otak Annelies seperti berhenti bekerja, sebelum akhirnya alasan ia masuk ke dalam toilet pria kembali terbersit di dalam ingatannya, "Ah ya hutang. Umm ... Lima ratus juta."

"Aku akan memberimu satu miliar jika kamu bersedia bekerjasama denganku."

Kerutan di kening Annelies semakin dalam, "Kerjasama apa? Kuberitahu, aku tidak menjual diri!"

"Bertemu dengan keluargaku. Kalau Kakek menyetujui hubungan kita, uang itu akan aku transfer langsung ke rekeningmu."

"Me ... Menyetujui? Maksudnya? Kita menikah?"

"Tepat seperti itu!"

Tanpa pikir panjang, Annelis mengulurkan tangan. Bukan karena nominal yang ditawarkan, akan tetapi karena penantian Annelis selama lima belas tahun berakhir dengan menikahi pria yang sangat dicintainya.

"Deal!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status