"Kamu memang pintar memilih wanita, Kevin! Jadi, kapan kalian menikah? Keluarga Bramanta akan membuat pesta besar-besaran untuk merayakan bertambah satu lagi anggota keluarga kita!' seru riang kakek Bian.
Sungguh di luar prediksi Kevin hingga membuat pria itu memberikan tatapan tidak percayanya pada kakeknya itu, "Kakek setuju?" tanyanya.
"Ya, tentu saja Kakek setuju! Tidak ada satupun wanita yang pantas mendampingimu selain wanita yang satu ini!" Kakek Bian menjawabnya dengan tegas, sebelum wajahnya kembali melembut saat menatap Annelies, "Lihatlah, dia begitu cantik dan elegan. Kamu yang beruntung mendapatkannya, Vin!"
"Terima kasih." Annelies merespon pujian dari kakek Bian dengan wajah yang merona merah.
Annelies sama sekali tidak menduga akan semudah itu mendapatkan restu kakek Bian di hari pertama mereka bertemu. Mengingat tujuan utama Kevin membawa Annelies bertemu dengan keluarga besarnya itu agar mereka menolaknya.
Namun alih-alih menolak, kakek Bian malah langsung merestui hubungan mereka. Rupanya status sosial seseorang tidak begitu penting untuk kakek Bian, sang tetua Bramanta.
"Minggu ini! Kalian akan menikah dalam minggu ini!" tegas kakek Bian.Sontak saja keputusannya itu tidak hanya membuat Annelies tersentak kaget, tapi juga semua anggota keluarga Bramanta yang hadir saat itu.
"Tidak bisa!"
Protesan itu keluar dari mulut Sinta, mamanya Kevin. Donna adiknya Kevin pun turut serta melayangkan protesannya, "Aku juga tidak setuju! Wanita itu tidak jelas asal-usulnya, Kek! Tidak sebanding dengan Julia!""Sejak kapan Kakek meminta persetujuan kalian saat memutuskan sesuatu?" tanya kakek Bian dengan sorot mata tajamnya yang menatap mama Sinta dan Donna bergantian, hingga kedua wanita itu menunduk dalam.
Meski terlihat sepuh, namun kakek Bian tetap terlihat wibawa, terlihat menakutkan bahkan untuk Kevin sekalipun. Kini tatapan kakek Bian terhenti di Kevin, netranya terfokus pada netra cucunya itu, "Segera persiapkan pernikahanmu dengan Anne. Restu Kakek menyertai kalian!"
"Tapi ... "
"Tapi apa, Vin? Kau keberatan menikahi wanita pilihanmu itu? Atau Anne hanya wanita yang kau sewa untuk menjadi kekasihmu? Untuk menunda Kakek mencarikan istri untukmu? Benar begitu? Atau kau masih belum bisa move on dari Julia?"
"Bukan seperti itu, Kek. Hanya saja ... "
"Kalian menikah minggu ini, atau Kakek akan mencoret namamu dari daftar ahli waris Bramanta!" potong kakek Bian tajam, lalu mengedarkan pandangannya ke anggota keluarganya yang lain, "Siapapun yang tidak menyetujui keputusan Kakek silahkan angkat bicara, sebelum kalian angkat kaki dari keluarga Bramanta!"
Dengan kata lain melepaskan hak mereka dari harta kekayaan Bramanta. Tentu saja mereka semua bungkam, tidak ada satu pun dari mereka yang mengajukan keberatannya. Meski Annelies tahu di dalam hati mereka pasti luar biasa marah dengan rencana tetua Bramanta itu.
"Bagus kalau kalian semua setuju! Mulai detik ini, Anne telah menjadi anggota keluarga Bramanta. Siapapun yang menyakitinya akan berhadapan langsung dengan Kakek!" tegas kakek Bian sebelum melangkah pelan meninggalkan ruang keluarga.
Sepeninggal kakek Bian, angota keluarga yang lainnya pun turut serta membubarkan diri setelah sebelumnya memberikan tatapan yang jelas-jelas mencemooh Annelies. Terutama mama Sinta dan Donna.
***
Malam harinya di kediaman Annelies ...
“Daddy tidak mau aku mendapatkan suami yang hanya mengincar hartaku saja, ‘kan? Daddy mau bukti kalau aku bisa mendapatkan Kevin tanpa pria itu tahu aku merupakan salah satu pewaris Ric Group ‘kan?” cecar Annelies pada Daddy Elrick yang langsung menolak pernikahan Annelies dengan Kevin yang begitu mendadak.
“Ya, memang itu keinginan terbesar Daddy dan Mommy, Lizie. Tapi kami tidak setuju dengan ide gila kamu itu,” balas daddy Elrick, masih mencoba bersabar menghadapi kekeraskepalaan putri bungsunya itu.
Menikah mendadak saja sudah mampu membuat tekanan darahnya melonjak naik, apalagi kenyataan kalau pernikahan putri bungsunya itu tidak bisa dihadiri keluarga besar mereka, karena Annelies tidak mau identitas aslinya terbongkar.
“Daddy benar, Sayang. Kami akan sangat mengkhawatirkanmu kalau kamu pergi tanpa membawa satupun pengawal kita, tanpa membawa nama besar keluarga kita,” tambah mommy Aliana sambil mengusap lembut rambut panjang Annelies.
“Mom, Dad, aku sudah membuktikan pada kalian kalau Kevin melihat aku apa adanya. Kevin tidak mempermasalahkan latar belakang keluargaku. Kevin tetap ingin menikahiku meski dia tahu aku hidup sebatang kara.”
Tentu saja Annelies tidak memberitahu yang sebenarnya. Yang terpenting sekarang, ia bisa menikahi pria yang selama ini telah menyita hatinya.
“Astaga, Lizie … Sebatang kara apanya? Kamu masih memiliki … “
“Iya aku tahu Mom. Aku masih memiliki keluarga besar yang sangat menyayangi dan melindungiku. Tapi hanya itu satu-satunya cara aku menguji Kevin, agar sesuai dengan keinginan Mommy dan Daddy. Agar kalian percaya kalau masih ada orang yang tidak menilai seseorang dari status sosialnya.”
“Tapi Kevin tidak mencintaimu, Lizie! Astaga, berapa banyak pria mapan yang mendatangi Daddy untuk meminangmu, tapi perhatianmu hanya tertuju pada Kevin saja. Bahkan saat Kevin masih memiliki kekasih!”
Annelies menyipitkan matanya, “Aku harap Daddy berhenti mencari informasi apapun tentang Kevin. Daddy tidak akan menemukan sedikitpun celah untuk menjatuhkannya!”“Kevin tidak sesempurna yang kamu kira, Lizie Sayang.”
“Pun demikian dengan para pria yang selalu Daddy sodorkan padaku," kukuh Annelis. "Dan, ada satu hal yang hanya dimiliki Kevin, yaitu cintaku yang begitu besar padanya!"
“Cinta sepihak, apa yang bisa dibanggakan dari itu?" pungkas Daddy Elrick.
“Cintaku saja sudah cukup untuk kami berdua, Dad. Aku yakin dengan berjalannya waktu, Kevin akan jatuh cinta padaku.”
Lalu, Annelis juga mengungkit kisah percintaan daddy dan mommynya, juga kakaknya. Pernikahan mereka tak dilandaskan cinta, tetapi masih bertahan dan justru terlihat semakin hari cinta semakin tumbuh di antara mereka.
Terdengar helaan napas panjang daddy Elrick. Matanya bertemu mata dengan mommy Aliana.
Seperti biasa, hanya mata mereka saja yang saling bicara, sebelum akhirnya Daddy Elrick mendesah pelan seraya bertanya, “Jadi menurutmu, karena kamu sudah mencintai Kevin maka rumah tanggamu pun akan bahagia juga nantinya, terlepas Kevin tidak juga mencintaimu?”
“Tepat sekali, Dad. Aku percaya Kevin sebenarnya sudah mulai menaruh hati padaku sekarang. Kalau tidak, dia tidak akan memintaku menikah dengannya ‘kan?”
“Hanya untuk pelarian saja!” sungut Daddy Elrick.
“Dad! Kevin … “
Daddy Elrick kembali menghela napas panjang sembari satu tangannya terangkat ke udara. Mata birunya kinii menatap lekat-lekat mata Annelies,
“Satu tahun! Daddy hanya akan memberimu waktu satu tahun saja. Jika dalam satu tahun kamu belum juga mendapatkan cinta Kevin, atau rumah tanggamu tidak bahagia, maka Daddy sendiri yang akan datang menjemputmu! Kamu terlalu berharga untuk disia-siakan!”Sepuluh Bulan Kemudian ...Sambil menghela napas panjang, Anneliesmenatap sendu sosok Kevin yang terbaring pulas di tempat tidur, sebelum beralihke kalender duduk di meja riasnya. Atau meja yang seharusnya menjadi tempatAnnelies meletakkan peralatan kecantikannya, seandainya saja ia juga tidur dikamar itu.Sepuluh bulan sudah berlalu dari waktu yangtelah ditetapkan daddy Elrick, namun alih-alih mendapatkan cinta Kevin, priaitu malah semakin mengabaikan Annelies, dan hanya bicara seperlunya saja denganAnnelies.Pengabaian Kevin semakin menjadi-jadisemenjak cinta pertamanya yang bernama Julia kembali. Dan parahnya lagi Kevinmengizinkan wanita itu tinggal di rumah mereka. Meski mendapatkan penentanganluar biasa dari Annelies, namun Kevin sama sekali tidak mengindahkannya.Sejak saat itu, bertambah satu orang lagiyang merendahkan annelies di rumah itu, juga bersikap semena-mena padanya.'Dalam waktu dekat ini, Kevin akan kembalimenjadi milikku sepenuhnya!'Suara penuh tekad Ju
“Enak sekali kamu baru bangun jam segini!Lihat, dapur sudah seperti kapal pecah! Cepat rapikan! Dan siapkan sarapanuntuk kami!” Seperti biasa, Mama Sinta selalu meninggikansuaranya tiap kali bicara dengan Annelies. Pun pagi ini, ketika Annelis bangunkesiangan.Dulu, ada banyak asisten rumah tangga di rumah ini. Namun, di hari keduapernikahan Annelies dengan Kevin, mama Sinta memecat semua asisten rumahtangganya, hanya menyisakan bi Nisa saja sendiri untuk membersihkan rumah mewahini.Tentu saja niat sebenarnya dari mertuanya itu hanya untuk membuat Anneliesturut serta membantu bi Nisa.Jadi selama sepuluh bulan ini, mama Sintamemperlakukan Annelies layaknya asisten rumah tangga, alih-alih menantukeluarga Bramanta.Sementara itu, Kevin terlalu sibuk untuk menyadari berkurangnya asisten rumahtangga mereka, higga tidak menyadari perlakuan keluarganya pada Annelies.Atau memang Kevin tidak peduli?“Memangnya Bi Nisa ke mana, Ma?” tanya Annelies dengan santai. Setelah lagi-lag
"Apa yang mau kamu bicarakan, Vin?" tanya Annelies akhirnya memecahkesunyian. Lima menit usai keributan tadi, Kevinmengajaknya berbicara empat mata.Namun, sedari tadi pria itu hanyamemunggunginya, membuat Annelies dan kesabarannya yang setipis tisu menjadigerah.Perlahan Kevin membalik tubuhnya menghadapAnnelies, tatapannya tetap tak terbaca saat menjawab, "Mulai besok, Juliaakan tinggal di rumah ini."Meski sebelumya daddy Elrick sudahmemberitahu Annelies perihal identitas Julia sebagai mantan kekasih Kevin,namun Annelies tetap berpura-pura tidak mengenalnya, "Julia? Siapa ituJulia?""Adik dari sahabat baikku."'Kenapa tidak langsung bilang saja mantankekasihmu?' sungut Annelies dalam hatinya. "Masih balita atau sudahdewasa?""Untuk apa aku membawa pulang anakbalita?" Nada suara Kevin terdengar luar biasadongkol, dan Annelies menanggapinya dengan santai, "Yaa, siapa tahu ituanak harammu.""Saya tidak segila itu!""Ah, jadi wanita dewasa?""Kenapa kamu banyak tanya se
"Bagaimana kamu bisa tahu perihalsepupuku?"Bukan tanpa alasan Kevin menanyakan hal itu.Karena hanya segelintir orang saja yang mengetahui keberadaan sepupu Kevin. Annelies sendiri sedikit banyaknyamendapatkan informasi keluarga Kevin dari daddy Elrick.Sungguh informasi yang sangat berguna sekali."Ummm di mana ya? Ah, sepertinya secaratidak sengaja aku mencuri dengar percakapan Mama dengan Donna," jawabAnnelies, sudah pasti ia tidak akan memberitahu Kevin sumber pemberi informasiyang sangat akurat itu.Dan sepertinya Kevin percaya begitu saja,karena gestur tubuh pria itu mulai terlihat santai lagi, lalu dengan perlahanmelangkah menjauhi Annelies, seolah Annelies sumber penyakit menular saja."Kalau sampai kamu memberikan informasiini pada orang lain apalagi ke pihak media, aku akan membuatmu menyesal telahterlahir ke dunia ini!" ancam Kevin.Apa yang ditakutkan Kevin dari sepupunya itu?Padahal setahu Annelies, ada beberapa media yang sudah curiga mengenaikeberadaan sepu
"Memangnya salah kalau Mama mengizinkanBi Nisa pulang kampung? Keluarganya ada yang sakit, Mama tidak bisa menahannyadi sini, Vin," jelas mama Sinta saat Kevin menanyakan perihal asistenrumah tangga mereka."Masalahnya bukan di Bi Nisa, Ma. Tapike mana perginya pembantu kita yang lain? Apa Mama memecat mereka semua tanpamemberitahu aku lebih dulu? Apa salah mereka sampai Mama harus melakukan itudan hanya menyisakan Bi Nisa saja di rumah ini?""Kerja mereka belakangan ini tidakbecus, Vin. Salah satunya bahkan kedapatan mencuri di kamar Donna, kamu bisatanyakan adikmu langsung kalau kamu tidak percaya.""Mencuri? Mereka bekerja di rumah inibukan hanya baru setahun atau dua tahun, Ma. Tapi sudah belasan tahun! Akupasti sudah akan mendepak mereka semua kalau memang sejak awal merekamemperlihatkan gelagat kriminal. Kenyataan mereka bekerja selama itu berartimemang kinerja mereka bagus," sangkal Kevin.Mama Sinta meletakkan cangkir tehnya sebelummemberikan perhatian penuh pada
"Akhirnya nyerah juga kamu. Aku pikir kamuakan terus keras kepala, till the end!" keluh Aurora setelah mendengarkeinginan Annelies untuk berpisah dengan Kevin. Di antara banyaknya sepupuAnnelies, hanya pada Aurora saja Annelies berbagi rahasia. Mungkin karenasepupunya yang lain berada di negara lain."Ya aku memang bodoh. Benar yang pernah kamu bilang padaku, cinta bolehtapi bodoh jangan," desah Annelies, ia merebahkan tubuhnya di tempat tidurAurora."Sejak dulu, kamu hanya cinta pada satu orang, ya si Kevin sialan itu. Danwaktu kamu bertemu lagi dengannya, kamu begitu bucin padanya, sampai kamu maubegitu saja menerima lamaran pernikahan darinya. Kamu bahkan mengabaikan semuanasihat Uncle Rick dan Onty Ana. Sekarang kamu rasakan sendiri akibatnya.""Ck, kamu pun sama bucinnya sepertiku saat sedang jatuh cinta, yakan?""Tapi bucin aku tidak sampai membuat aku seperti wanita bodoh. Bayangkansaja, seorang pewaris rahasia mengerjakan pekerjaan rumah? Aku bisa jamin UncleRick t
Dengan kedua tangan yang terlipat di depan dadanya bersamaan dengan sebelah alisnya yang terangkat tinggi, Daddy Elrick menatap penuh selidik pada Annelies yang sudah sepuluh menit lebih itu terpaku di tempatnya dengan tatapan mata yang kosong. Dan ia tahu apa yang tengah menyita pikiran putri bungsunya itu sekarang."Kamu sudah memutuskan untuk terus mempertahankan suami sialan kamu itu?" Akhirnya Daddy Elrick bertanya setelah kesabarannya habis. Mommy Aliana mengusap lembut lengan Daddy Elrick untuk menenangkan suaminya itu.Pertanyaan Daddy Elrick menyebabkan perhatian Annelies kembali tertuju padanya. Setelah menghela napas panjang Annelies pun menjawab dengan singkat,"ya, Dad."Perlahan Daddy Elrick melepaskan tangan Mommy Aliana dari lengannya sebelum melangkah tegas mendekati Annelies. Dengan lembut Daddy Elrick meletakkan kedua tangannya di pundak Annelies, selembut tatapan matanya pada putrinya itu,"Bagus! Akhirnya kamu kembali menggunakan akal sehatmu lagi! Kamu mau Daddy
"Kamu masuk! Cari Nona Lizie didalam!" Annelies memutar cepat otaknya untuk dapatmelepaskan diri dari kejaran bodyguard Daddynya yang ditugasi untuk selalumengawasi setiap pergerakan. Ia pun akhirnya memutuskan untuk masuk ke toiletpria."Aduh, kenapa harus kekunci semuasih!" desis Annelies ketika melihat tak ada satu bilik pun di sana yangkosong dan bisa ia jadikan tempat persembunyian. Untungnya, secara bersamaan dengan bunyiderap sepatu para bodyguard yang mengarah ke toilet pria, salah satu bilikterbuka. Annelies yang tengah luar biasa panik punmendorong seorang pria yang hendak keluar hingga mereka sama-sama masuk kedalam bilik dan langsung menguncinya."Apa-ap ... " Belum sempat pria itu mengeluarkankeluhannya, Annelies sudah membungkam mulutnya, "Please tolong aku, janganbicara," pinta Annelies dengan suara dan wajah memelas, yang konon katanyamampu melumerkan hati pria sebeku es kutub sekalipun.Tapi sepertinya tidak berlaku untuk pria di depannya itu. Karena
Dengan kedua tangan yang terlipat di depan dadanya bersamaan dengan sebelah alisnya yang terangkat tinggi, Daddy Elrick menatap penuh selidik pada Annelies yang sudah sepuluh menit lebih itu terpaku di tempatnya dengan tatapan mata yang kosong. Dan ia tahu apa yang tengah menyita pikiran putri bungsunya itu sekarang."Kamu sudah memutuskan untuk terus mempertahankan suami sialan kamu itu?" Akhirnya Daddy Elrick bertanya setelah kesabarannya habis. Mommy Aliana mengusap lembut lengan Daddy Elrick untuk menenangkan suaminya itu.Pertanyaan Daddy Elrick menyebabkan perhatian Annelies kembali tertuju padanya. Setelah menghela napas panjang Annelies pun menjawab dengan singkat,"ya, Dad."Perlahan Daddy Elrick melepaskan tangan Mommy Aliana dari lengannya sebelum melangkah tegas mendekati Annelies. Dengan lembut Daddy Elrick meletakkan kedua tangannya di pundak Annelies, selembut tatapan matanya pada putrinya itu,"Bagus! Akhirnya kamu kembali menggunakan akal sehatmu lagi! Kamu mau Daddy
"Akhirnya nyerah juga kamu. Aku pikir kamuakan terus keras kepala, till the end!" keluh Aurora setelah mendengarkeinginan Annelies untuk berpisah dengan Kevin. Di antara banyaknya sepupuAnnelies, hanya pada Aurora saja Annelies berbagi rahasia. Mungkin karenasepupunya yang lain berada di negara lain."Ya aku memang bodoh. Benar yang pernah kamu bilang padaku, cinta bolehtapi bodoh jangan," desah Annelies, ia merebahkan tubuhnya di tempat tidurAurora."Sejak dulu, kamu hanya cinta pada satu orang, ya si Kevin sialan itu. Danwaktu kamu bertemu lagi dengannya, kamu begitu bucin padanya, sampai kamu maubegitu saja menerima lamaran pernikahan darinya. Kamu bahkan mengabaikan semuanasihat Uncle Rick dan Onty Ana. Sekarang kamu rasakan sendiri akibatnya.""Ck, kamu pun sama bucinnya sepertiku saat sedang jatuh cinta, yakan?""Tapi bucin aku tidak sampai membuat aku seperti wanita bodoh. Bayangkansaja, seorang pewaris rahasia mengerjakan pekerjaan rumah? Aku bisa jamin UncleRick t
"Memangnya salah kalau Mama mengizinkanBi Nisa pulang kampung? Keluarganya ada yang sakit, Mama tidak bisa menahannyadi sini, Vin," jelas mama Sinta saat Kevin menanyakan perihal asistenrumah tangga mereka."Masalahnya bukan di Bi Nisa, Ma. Tapike mana perginya pembantu kita yang lain? Apa Mama memecat mereka semua tanpamemberitahu aku lebih dulu? Apa salah mereka sampai Mama harus melakukan itudan hanya menyisakan Bi Nisa saja di rumah ini?""Kerja mereka belakangan ini tidakbecus, Vin. Salah satunya bahkan kedapatan mencuri di kamar Donna, kamu bisatanyakan adikmu langsung kalau kamu tidak percaya.""Mencuri? Mereka bekerja di rumah inibukan hanya baru setahun atau dua tahun, Ma. Tapi sudah belasan tahun! Akupasti sudah akan mendepak mereka semua kalau memang sejak awal merekamemperlihatkan gelagat kriminal. Kenyataan mereka bekerja selama itu berartimemang kinerja mereka bagus," sangkal Kevin.Mama Sinta meletakkan cangkir tehnya sebelummemberikan perhatian penuh pada
"Bagaimana kamu bisa tahu perihalsepupuku?"Bukan tanpa alasan Kevin menanyakan hal itu.Karena hanya segelintir orang saja yang mengetahui keberadaan sepupu Kevin. Annelies sendiri sedikit banyaknyamendapatkan informasi keluarga Kevin dari daddy Elrick.Sungguh informasi yang sangat berguna sekali."Ummm di mana ya? Ah, sepertinya secaratidak sengaja aku mencuri dengar percakapan Mama dengan Donna," jawabAnnelies, sudah pasti ia tidak akan memberitahu Kevin sumber pemberi informasiyang sangat akurat itu.Dan sepertinya Kevin percaya begitu saja,karena gestur tubuh pria itu mulai terlihat santai lagi, lalu dengan perlahanmelangkah menjauhi Annelies, seolah Annelies sumber penyakit menular saja."Kalau sampai kamu memberikan informasiini pada orang lain apalagi ke pihak media, aku akan membuatmu menyesal telahterlahir ke dunia ini!" ancam Kevin.Apa yang ditakutkan Kevin dari sepupunya itu?Padahal setahu Annelies, ada beberapa media yang sudah curiga mengenaikeberadaan sepu
"Apa yang mau kamu bicarakan, Vin?" tanya Annelies akhirnya memecahkesunyian. Lima menit usai keributan tadi, Kevinmengajaknya berbicara empat mata.Namun, sedari tadi pria itu hanyamemunggunginya, membuat Annelies dan kesabarannya yang setipis tisu menjadigerah.Perlahan Kevin membalik tubuhnya menghadapAnnelies, tatapannya tetap tak terbaca saat menjawab, "Mulai besok, Juliaakan tinggal di rumah ini."Meski sebelumya daddy Elrick sudahmemberitahu Annelies perihal identitas Julia sebagai mantan kekasih Kevin,namun Annelies tetap berpura-pura tidak mengenalnya, "Julia? Siapa ituJulia?""Adik dari sahabat baikku."'Kenapa tidak langsung bilang saja mantankekasihmu?' sungut Annelies dalam hatinya. "Masih balita atau sudahdewasa?""Untuk apa aku membawa pulang anakbalita?" Nada suara Kevin terdengar luar biasadongkol, dan Annelies menanggapinya dengan santai, "Yaa, siapa tahu ituanak harammu.""Saya tidak segila itu!""Ah, jadi wanita dewasa?""Kenapa kamu banyak tanya se
“Enak sekali kamu baru bangun jam segini!Lihat, dapur sudah seperti kapal pecah! Cepat rapikan! Dan siapkan sarapanuntuk kami!” Seperti biasa, Mama Sinta selalu meninggikansuaranya tiap kali bicara dengan Annelies. Pun pagi ini, ketika Annelis bangunkesiangan.Dulu, ada banyak asisten rumah tangga di rumah ini. Namun, di hari keduapernikahan Annelies dengan Kevin, mama Sinta memecat semua asisten rumahtangganya, hanya menyisakan bi Nisa saja sendiri untuk membersihkan rumah mewahini.Tentu saja niat sebenarnya dari mertuanya itu hanya untuk membuat Anneliesturut serta membantu bi Nisa.Jadi selama sepuluh bulan ini, mama Sintamemperlakukan Annelies layaknya asisten rumah tangga, alih-alih menantukeluarga Bramanta.Sementara itu, Kevin terlalu sibuk untuk menyadari berkurangnya asisten rumahtangga mereka, higga tidak menyadari perlakuan keluarganya pada Annelies.Atau memang Kevin tidak peduli?“Memangnya Bi Nisa ke mana, Ma?” tanya Annelies dengan santai. Setelah lagi-lag
Sepuluh Bulan Kemudian ...Sambil menghela napas panjang, Anneliesmenatap sendu sosok Kevin yang terbaring pulas di tempat tidur, sebelum beralihke kalender duduk di meja riasnya. Atau meja yang seharusnya menjadi tempatAnnelies meletakkan peralatan kecantikannya, seandainya saja ia juga tidur dikamar itu.Sepuluh bulan sudah berlalu dari waktu yangtelah ditetapkan daddy Elrick, namun alih-alih mendapatkan cinta Kevin, priaitu malah semakin mengabaikan Annelies, dan hanya bicara seperlunya saja denganAnnelies.Pengabaian Kevin semakin menjadi-jadisemenjak cinta pertamanya yang bernama Julia kembali. Dan parahnya lagi Kevinmengizinkan wanita itu tinggal di rumah mereka. Meski mendapatkan penentanganluar biasa dari Annelies, namun Kevin sama sekali tidak mengindahkannya.Sejak saat itu, bertambah satu orang lagiyang merendahkan annelies di rumah itu, juga bersikap semena-mena padanya.'Dalam waktu dekat ini, Kevin akan kembalimenjadi milikku sepenuhnya!'Suara penuh tekad Ju
"Kamu memang pintar memilih wanita,Kevin! Jadi, kapan kalian menikah? Keluarga Bramanta akan membuat pestabesar-besaran untuk merayakan bertambah satu lagi anggota keluarga kita!' seruriang kakek Bian.Sungguh di luar prediksi Kevin hingga membuatpria itu memberikan tatapan tidak percayanya pada kakeknya itu, "Kakeksetuju?" tanyanya."Ya, tentu saja Kakek setuju! Tidak adasatupun wanita yang pantas mendampingimu selain wanita yang satu ini!"Kakek Bian menjawabnya dengan tegas, sebelum wajahnya kembali melembut saatmenatap Annelies, "Lihatlah, dia begitu cantik dan elegan. Kamu yangberuntung mendapatkannya, Vin!""Terima kasih." Annelies meresponpujian dari kakek Bian dengan wajah yang merona merah.Annelies sama sekali tidak menduga akansemudah itu mendapatkan restu kakek Bian di hari pertama mereka bertemu.Mengingat tujuan utama Kevin membawa Annelies bertemu dengan keluarga besarnyaitu agar mereka menolaknya. Namun alih-alih menolak, kakek Bian malahlangsung merestui
"Kamu masuk! Cari Nona Lizie didalam!" Annelies memutar cepat otaknya untuk dapatmelepaskan diri dari kejaran bodyguard Daddynya yang ditugasi untuk selalumengawasi setiap pergerakan. Ia pun akhirnya memutuskan untuk masuk ke toiletpria."Aduh, kenapa harus kekunci semuasih!" desis Annelies ketika melihat tak ada satu bilik pun di sana yangkosong dan bisa ia jadikan tempat persembunyian. Untungnya, secara bersamaan dengan bunyiderap sepatu para bodyguard yang mengarah ke toilet pria, salah satu bilikterbuka. Annelies yang tengah luar biasa panik punmendorong seorang pria yang hendak keluar hingga mereka sama-sama masuk kedalam bilik dan langsung menguncinya."Apa-ap ... " Belum sempat pria itu mengeluarkankeluhannya, Annelies sudah membungkam mulutnya, "Please tolong aku, janganbicara," pinta Annelies dengan suara dan wajah memelas, yang konon katanyamampu melumerkan hati pria sebeku es kutub sekalipun.Tapi sepertinya tidak berlaku untuk pria di depannya itu. Karena