Share

Kenapa Abang marah?

POV Anto

"Bagaimana rasanya? Enak?" tanyaku pada Marni yang makan dengan lahap. Kami memutuskan untuk makan di luar, sebuah kegiatan yang belum pernah kami lakukan sepanjang pernikahan kami. Rasanya seperti tengah berkencan, begitu manis dan romantis, walaupun tak ada pegangan tangan atau kata-kata cinta. Marni lebih tertarik dengan semua sajian di depannya dari pada aku suaminya. Pesonaku tak mempan pada Marni. Terasa aneh saat diabaikan.

Kafe minimalis dengan menu aneka ragam itu, bahkan menyajikan es krim sebagai menu penutup. Selain tempatnya yang full AC, makanannya pun tak mengecewakan. Tempatnya bersih dan luas.

"Enak, sangat enak," sahut Marni mengangguk semangat. Dia telah menghabiskan sepiring makanan berat, dan segelas besar es krim buah. Akan tetapi tampaknya dia masih belum kenyang.

Persis seperti anak-anak, dia tak mampu menyembunyikan wajah begitu gembira saat diberikan makanan kesukaannya. Inilah wajah paling cerah Marni sejak dia keluar dari rumah sakit setelah amnesi
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status