Share

Bukan Marni yang Dulu

Kuusap perutnya yang mulai menonjol sedikit. Perpaduan diriku dan Marni tengah tumbuh di rahimnya. Alangkah bahagianya nanti saat dia lahir ke dunia, keluarga kami akan lengkap.

Kuelus betis Marni, kulit halusnya membawa perasaan terbakar pada tubuhku. Dia bahkan tak melakukan apa-apa. Dia hanya tidur dan tak bergerak seperti patung. Tapi dia mampu memikatku yang selalu dingin pada perempuan.

"Mas?" Dia membuka matanya. Buru-buru dia menutup betisnya kembali.

"Tidurlah!"

"Mas mau apa?"

"Aku mau kamu."

"Eh?" Marni mengerjap tak mengerti.

"Tidur saja, tak usah melihat. Tak usah bicara."

Marni menurut, dia merebahkan tubuhnya kembali. Aku tersenyum licik, dokter menyuruh kurang-kurangi, bukan tidak boleh sama sekali. Akhirnya, malam indah dengan Marni yang selalu membuatku terpesona berlanjut juga. Dia candu yang memiliki rasa yang sempurna, membuatku selalu menginginkannya setiap saat.

***

Aku sengaja duduk di kursi paling belakang di dalam bus, berdampingan dengan Tendi yang tinggal di
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status