Home / Romansa / Istri Super Jorok / Disuntik, pasti sakit

Share

Disuntik, pasti sakit

Author: Gleoriud
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

POV Anto

Memperjuangkan hati Marni? Ya, begitulah. Setelah beberapa tips dari Mbah Google tak berlaku pada Marni, aku mencoba tips terakhir, nonton ke bioskop. Terlihat konyol memang, aku bertingkah bagaikan kekasih yang amat konyol, mencari tips untuk merebut cinta sang kekasih yang tak kunjung menoleh padanya.

Marni terlihat antusias. Dia begitu bahagia saat kami masuk ke dalam bioskop. Kami memilih duduk di depan, supaya acara menonton menjadi seru. Pasti kali ini, Marni akan menangis sesenggukan, sambil memelukku dan mengucapkan terimakasih. Wah, pasti indah sekali, setelah pelukan terimakasih, pasti aku akan mendapatkan hadiah istimewa dari Marni. Membayangkannya saja sudah bahagia.

Aku memilih film barat yang romantis. Tak banyak yang menonton hari ini, hanya ada beberapa pasang penonton. Mungkin kerena Film ini sudah mulai tayang mulai dari Minggu kemaren.

"Apakah ini film Roma Irama?" tanya Marni, membuat orang yang duduk di samping kami terkikik geli. Jelas saja mereka tertaw
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Super Jorok   "Mas, Ayo Kita ke Pulau!"

    "Apa ini, Pak?" tanyaku pada Pak Joko, dia tersenyum semringah dan langsung mendekatiku di dalam bus. Soalnya tempat duduk di sampingku kosong, pria baya itu sudah duduk manis di sana."Sarapan untukmu, khusus kumasak untukmu. Rasanya dijamin enak." Aku menerima dengan terpaksa. Tak enak juga rasa hati menolak pemberian Pak Joko."Jangan lupa dimakan, ya!" katanya tersenyum lebar. Setelah memberi jarak berhari-hari, Pak Joko mulai mendekatkan diri kembali. Bagiku, lebih bagus kami tak dekat sama sekali, setelah kutahu, Pak Joko mengidap kelainan seksual."Bagaimana kabar istrimu? Apa kehamilannya baik-baik saja?""Marni baik." Pak Joko memang suka menunjukkan perhatian, tapi setelah kutahu yang sebenarnya, aku malah risih. "Dia wanita yang setia." "Benar. Jarang wanita seperti itu saat ini, kau beruntung mendapatkannya, dia beruntung mendapatkanmu.""Ya, kami sama-sama beruntung."Pak Joko tersenyum, senyum yang dipaksakan."Ngomong-ngomong, aku dan Mawar akan bercerai. Tak ada al

  • Istri Super Jorok   Saat-Saat Romantis

    Pov AntoWanita itu berlari-lari kecil mengejar ombak. Dia bahkan tak peduli saat dia malah seperti anak-anak. Perutnya yang mulai menonjol, menjadi pesona tersendiri bagiku. Aku tersenyum, bagaimana bisa, si super jorok bisa semenawan itu dalam waktu beberapa bulan saja. Tak adil bagi para wanita yang berjuang setengah mati untuk mempercantik diri, atau apakah aku yang terlalu menggebu-gebu sehingga menganggap dia terlalu istimewa? Tak kuduga, dia bisa menaklukkan diriku dengan segala keunikan dan kekonyolannya.Kulitnya putih bersinar terkena cahaya matahari sore yang sebentar lagi akan kembali ke peraduannya. Senyum bahagia tak lepas dari bibirnya yang mungil tapi penuh. Dia tak berbohong, bahwa dia sangat menyukai pantai, yang hari ini baru pertama dilihatnya."Maaaaas!" serunya dari jauh, seakan ingin melawan suara debur ombak, walaupun tak begitu terdengar, aku bisa membaca gerak bibirnya yang tengah memanggilku.Pantai ini memang merupakan sebuah tempat wisata, akan tetapi tak

  • Istri Super Jorok   Tidur Berpelukan

    Pulau ini kecil dibandingkan pulau yang lain, kurang terawat menurutku. Mungkin pernah dijadikan sebagai tempat wisata yang dikunjungi kalau melihat dari sisa-sisa bangunannya, entah dengan alasan apa pulau kecil ini tak difungsikan lagi. Padahal jaraknya dekat dengan bibir pantai."Mas, indah, ya!" katanya sambil mengamati sekeliling."Lebih indah kamu," sahutku spontan. Yang dipuji tak terpengaruh sama sekali. Tak ada raut bangga, tersipu atau malu-malu. Atau bisa jadi dia tak mengerti dengan pujianku."Andaikan pulau ini punya kita dan kita buat rumah di sini, alangkah senangnya tinggal di sini ya, Mas. Setiap saat bisa melihat laut dan bermain di tepi pantai.""Indah itu, kalau sesekali melihat, kalau sudah sering malah terbiasa dan pesonanya hilang.""Begitukah, Mas?" tanya Marni. Dia tanpa sadar melepaskan pegangan tangan kami, membuatku merasa kehilangan, ingin memegang lebih dulu masih gengsi.Kubidikkan kamera HP kepada Marni yang mulai asik menapakkan kakinya di tepi pantai

  • Istri Super Jorok   Bertahan Bersama

    POV AntoJangan tanyakan betapa beratnya malam yang kami lalui, Marni beberapa kali mengeluh dingin bahkan setelah dekapan erat yang kuberikan kepadanya. Belum lagi nyamuk yang datang mengeroyok kami, menjadikan kami makanan empuk yang menjanjikan.Seumur hidup, aku tak pernah membayangkan akan berada di situasi ini. Hidupku selalu nyaman, karena aku melakukan segala hal dengan teratur. Bahkan untuk tidur saja, aku memilih kasur mana yang layak dan tidak layak.Namun, malam ini, aku tak bisa memilih. Tanpa listrik, tanpa makanan, tanpa orang lain, hanya saung reot yang sudah lama ditinggal pemiliknya. Kami terpaksa merebahkan diri di sana, karena tak ada lagi pilihan lain.Beberapa kali aku mendengar suara perut Marni, suara yang mengisyaratkan betapa laparnya wanita itu. Dia adalah wanita hamil yang kuat makan, makanan dan Marni adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Sekali lagi, tak ada makanan untuk dimakan, aku bukanlah seorang petualang yang bisa menangkap ikan dengan tangan be

  • Istri Super Jorok   Tulus

    "Maaf, maaf sekali, Mas. Kemaren saya mendadak pulang, istri saya melahirkan, maafkan saya." Dia membungkuk beberapa kali. Mengungkapkan perasaan bersalah.Bagiku itu tak penting lagi, aku bergegas membangunkan Marni. Wanita itu membuka matanya."Sudah pagi?" Kulihat bibirnya yang kering bergerak."Hampir, ayo bangun! Pria kemaren muncul. Akhirnya kita dijemput kembali. Kita harus meninggalkan pulau ini."Marni langsung bangkit, kupegang tangannya. Membimbingnya mendekati perahu. Dia agak sempoyongan, entah karena faktor bangun tidur atau malah kelaparan."Ayo naik!"Kubantu Marni naik ke perahu. Mengambil tempat duduk yang nyaman. "Kau punya air?""Ada, Mas. Ada roti juga, semalaman saya tak tidur memikirkan Mas, tapi saya tak bisa meninggalkan rumah sakit. Saat saya telpon teman, semua tak bisa berlayar, karena hujan dan ombak yang tinggi."Aku tak mengubris, kuambil air mineral yang masih berada dalam kardus, serta dua buah roti yang berada di samping kardus air mineral."Makanlah

  • Istri Super Jorok   Katanya Mau Memandikan

    POV AntoTak butuh lama bagi kami untuk pulang ke rumah. Sesampai di rumah, Marni langsung menuju kamar. Selama di perjalanan, dia menguap-nguap beberapa kali. Bahkan sempat tertidur sejenak.Liburan kali ini memang unik, seperti di film-film. Terdampar di pulau tak penghuni dan merasakan lapar dan haus, adalah pengalaman yang amat buruk sekaligus mengesankan. Seumur hidup, aku tak pernah menduga hal seperti itu akan menimpaku."Hei, mandi dulu." Kusentuh lengannya. Saat ini sudah jam sembilan malam. Seperti biasa, sesampai di kamar Marni lamgsung merebahkan badannya tanpa aba-aba."Besok saja," sahutnya. Marni yang sekarang, jika tak diingatkan untuk mandi, dia bisa lupa. Aku harus bersikap menjadi mesin pengingat baginya."Aku akan panaskan air. Sebelum tidur harus mandi dan gosok gigi dulu. Tubuh kita pasti membawa debu jalan." "Aku lelah." Dia malah memperbaiki posisi tidurnya, mencari posisi yang nyaman.Marni menggeliat kecil. Matanya masih terpejam."Mandi sendiri, atau dimand

  • Istri Super Jorok   Aku Ingin Pulang Kampung

    "Anak ke berapa, Mas?" tanya dia lebih dulu. "Baru pertama, Mas. Nikahnya telat." Aku menjawab dengan senyum. "Mas, anak ke berapa?" "Ini yang ke enam. Kakak dan abangnya ada di rumah.""Wah, ke-enam, ya." Aku mengangguk kagum. Sedangkan Marni, sama dengan istri pria di sampingku, matanya mulai sayu setelah menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi. Kursi antrian ini terletak di lorong yang langsung membelakangi taman, angin sepoi-sepoi yang sejuk di siang hari, memang membuat kondisi udara terasa nyaman. Kami mendapatkan antrian ke dua belas, sedangkan saat ini dokter masih menangani pasien nomor tiga. Masih lama. "Mengantuk?" tanyaku pada Marni. Wanita itu mengangguk."Dan lapar," sahutnya."Ayo kita jalan-jalan, kuyakin rumah sakit sebesar ini memiliki kantin.""Ayo!" Marni ikut bangkit. Duduk menunggu dengan nomor antrian yang masih jauh pasti sangat membosankan. Karena satu pasien rata-rata ditangani selama lima belas menit, artinya butuh waktu beberapa jam untuk mencapai nomo

  • Istri Super Jorok   Seperti Ayah

    POV MarniApa arti Mas Anto bagiku? Dia seperti Ayah, yang selalu melindungi dan mengayomi. Walaupun Mas Anto dan Ayah memiliki sikap yang berbeda, namun bersama dengannya membuatku merasa aman dan nyaman.Dia gambaran seorang laki-laki yang gagah. Tampan tentu saja, dia tinggi dan kuat, tak banyak bicara pada orang yang baru dia kenal, tapi cerewet bila telah dekat.Tak ada cacatnya Mas Anto bagiku saat ini, kecuali bayangan masa lalu tentangnya. Aku tak lagi ingin mengingat terlalu banyak. Aku ingin hidup di duniaku yang sekarang, menjadi istri Mas Anto dan akan menjadi Ibu.Kuusap perutku, dia yang masih kecil yang kulihat di monitor tadi, adalah anakku, anak Mas Anto juga. Aku sempat mengabaikannya, karena belum bisa menerima keadaan yang sekarang.Kusingkap gorden, Mas Anto tengah olahraga di samping rumah. Tubuhnya yang kekar berotot dan berkeringatnya mengkilap kena cahaya matahari pagi. Aku menikmati pemandangan itu sejenak, kami mungkin telah menghabiskan waktu berbulan-bula

Latest chapter

  • Istri Super Jorok   Akhir yang Indah

    POV MarniTepat setelah empat puluh hari, Ibu Mas Anto pamit ingin pulang. Dia tak bisa meninggalkan rumah terlalu lama. Padahal Mas Anto berharap, sang Ibu bisa tinggal bersama kami. Walaupun kami sering berseberangan pemikiran dengan Ibu, namun pada hakikatnya kami saling menyayangi."Ingat pesan-pesan Ibu, ya, Marni. Walaupun telah empat puluh hari, jangan sesekali meringan-ringankan badan. Jangan mengangkat beban berat.""Ya, Bu," sahutku. Travel yang akan mengantar Ibu ke bandara telah sampai di depan rumah kami.Ibu mencium Rayhan berkali-kali. Dia terlihat berat berpisah dengan Rayhan karena siang malam sering bersamanya."Ibu berangkat," kata Ibu setelah kami menyalami beliau."Hati-hati di jalan, Bu," sahut Mas Anto.Ibu mengangguk, mengusap kembali kepala botak Rayhan."Nenek ke kampung dulu, ya, Rayhan. Jadi anak yang baik ya, tidak boleh begadang malam."Rasanya ingin menangis melihat wajah Ibu yang tak rela berpisah dengan Rayhan.Kami menatap travel yang telah membawa I

  • Istri Super Jorok   Mertua Sempurna

    POV Anto "Dia menangis terus," kataku pada Marni yang juga kehilangan akal mendiamkan Rayhan. Seperti biasa, Rayhan akan menghabiskan waktunya di siang hari untuk tidur, dan malamnya untuk begadang."Dia tidak mau menyusu," sahut Marni tak kalah panik.Keributan di kamar kami, memancing Ibu untuk bangun. Ibu masuk ke kamar yang memang sedikit terbuka."Ada apa?""Dia menangis terus," keluh Marni.Ibu mengambilnya, Rayhan terus saja menendang-nendang sehingga bedongnya terlepas."Kenapa tak dipakai kaus kakinya? AC kalian terlalu dingin, dia terbiasa di tempat hangat, jangan samakan bayi yang baru lahir dengan kita. Ini saja kalian tak faham."Ibu menggendong Rayhan, berjalan menuju box bayi yang terletak di samping ranjang. Marni belum pulih betul, ASI tersumbat sudah mulai keluar walaupun saat ini payudaranya masih bengkak."Popoknya juga basa," keluh Ibu. Dengan cekatan Ibu mengganti popok, memakaikan kaus kaki dan bedong baru. Tak lama setelah itu,bRayhan mulai tenang."Matikan AC

  • Istri Super Jorok   Ibu Baru

    POV MarniTernyata, menjadi Ibu tidaklah mudah. Hamil yang melelahkan, melahirkan yang menyakitkan, ternyata tak hanya sampai di sana.Selain harus buang air dengan cara berdiri karena bekas jahitan yang masih basah, aku juga serasa mau menangis setiap menyusui Rayhan anak kami. Setiap dia menghisap, aku merasakan sakit yang luar biasa pada perutku, sakit yang hampir mirip dengan kontraksi melahirkan. Setelah itu, darah berbingkah akan keluar setiap kali sakit itu mereda. "Itu biasa, semakin sakit, semakin cepat rahimmu menyusut," kata Ibu dengan petuah seperti biasa. Aku hanya meringis, selain perut yang amat sakit, aku juga merasakan nyeri luar biasa di puting payudaraku. Belum lagi perih di bagian jalan lahir, setiap aku bergerak sedikit, rasanya luar biasa."Berarti kau pemalas membersihkannya saat hamil, harusnya saat hamil, puting itu dibersihkan setiap habis mandi dengan minyak zaitun, dipencet agar yang menyumbat pintu ASI-nya keluar."Aku diam saja, mungkin maksud ibu baik,

  • Istri Super Jorok   Melawan Rasa Jijik

    Pov AntoTak mudah ternyata menjadi Ayah. Di tengah rasa yang membuncah Karena kedatangan anggota baru, aku harus menguji nyaliku melawan rasa jijik.Setelah anak kami di mandikan dan diazankan, perawat berpesan padaku untuk membawa kain kotor bergelimang darah milik Marni. Belum lagi ari-ari yang harus dibersihkan sebelum di kubur. Aku berulang kali menelepon teman kantorku, menanyakan bagaimana cara memperlakukan benda yang sebelumnya ada di rahim Marni itu.Berulang kali juga aku menahan mual. Ya Tuhan, aku tak terbiasa dengan sesuatu yang aneh dan menjijikkan. Anggap saja aku norak, akan tetapi semua ini harus dilakukan, bukan? Hanya ada kami berdua di sini, siapa yang akan kuharapkan. Akhirnya, benda kenyal yang selebar piring dan berbentuk aneh itu, selesai kubersihkan.Bunyi HP-ku terdengar dari dalam kamar. Ari-ari itu sudah bersih dan sudah kubungkus dengan kain dan di masukkan ke dalam periuk yang terbuat dari tanah liat. Ya, perjuangan melelahkan itu berakhir juga, tinggal

  • Istri Super Jorok   Mbak Lastri

    Alangkah lucunya baju-baju kecil ini, aku tersenyum, membayangkan akan punya bayi sendiri itu, sangat membahagiakan.Sesaat kurasakan perutku agak mulas, hanya sebentar. Tak sampai dua menit. Setelah kurasa agak reda, aku kembali mengusap baju bayi yang dipilihkan Mas Anto. Kata Dokter, anak kami laki-laki, hal itu membuat Mas Anto amat senang. Kebanyakan warna pakaian yang dibelikan Mas Anto bewarna biru.Bagiku, laki-laki dan perempuan sama saja. Yang penting sehat jasmani dan rohani.Setelah puas memperhatikan baju-baju lucu itu, aku berencana ingin merapikan kembali rak-rak yang berisi pot bunga, menata mereka dengan cantik.Satu jam setelah itu, aku kembali merasakan perutku mulas, lebih lama dan lebih sakit dari sebelumnya. Kupegang tiang rumah untuk mencari kekuatan, apakah ini tanda akan melahirkan? Tapi kata dokter masih tiga Minggu lagi.Mungkin karena terlalu banyak bergerak, seperti pesan Mas Anto, aku tak boleh melakukan hal berat. Baiklah, mungkin dengan tidur siang akan

  • Istri Super Jorok   Ciuman Kecil

    POV MarniSeiring berjalannya waktu, kandunganku sudah genap memasuki usia sembilan bulan. Tak ada kendala berarti selama kehamilan, bahkan Mas Anto memujiku cantik. Ah, sejak kami mengungkapkan perasaan saling mencintai, aku dan Mas Anto lebih terbuka dari sebelumnya. Kami tak lagi canggung untuk menunjukkan kemesraan kami. Seperti pujian Mas Anto yang membuat hatiku berbunga-bunga.Kami baru saja selesai jalan pagi. Sebuah kegiatan rutin yang kami lakukan setiap hari. Dimulai setelah salat subuh, kami mengitari area kompleks lalu kembali ke rumah."Kakiku pegal," kataku sambil menaikkan kedua kakiku berselonjor di atas sofa. Tanpa diminta, Mas Anto dengan cekatan memijitnya. Rasanya nyaman sekali. Kebiasaan memijit ini juga dilakukannya tiap hari setiap kami selesai jalan pagi."Semalam, aku mendengar suara gaduh di sebelah. Padahal sudah tengah malam. Lama-lama, terganggu juga punya tetangga yang selalu ribut dengan suaminya.""Iya, mereka dari dulu memang begitu. Tapi, orang di se

  • Istri Super Jorok   Mas Ganteng

    Aku tersentak. Di tengah kepalaku yang sakit, aku membuka mataku dan bertemu dengan tatapan Mas Anto yang kelihatan bingung. Kemudian, telingaku berdenging kembali, diikuti oleh semua bayangan yang diputar seperti kaset rusak, terakhir, jeritanku saat mendorong Mas Anto menjauhi pohon yang akan mengenainya."Marni, kau tak apa-apa?" Mas Anto menangkapku yang hampir merosot ke lantai."Mas?" tanyaku dengan suara serak. Dia menatapku bingung.Dengan semua rasa membuncah, kupeluk erat dirinya. Ingatan itu kembali utuh dalam waktu sekejap, begitu cintanya aku padanya dulu, sampai mengorbankan nyawaku demi menyelamatkan nyawanya."Maaas!" Hampir seperti rengekan. Aku memeluknya makin erat, ternyata kami telah melewati banyak hal, Mas Anto telah memberikan begitu banyak waktu untukku mengingat bagaimana bergantungnya aku padanya dulu."Ada apa? Aku cemas, apa yang kau ingat?" Suara Mas Anto bergetar."Semuanya, aku sudah mengingat semuanya. Ya Tuhan, aku sudah mengingat semuanya." Keberi ja

  • Istri Super Jorok   Kilasan itu

    POV MarniKami sampai di rumah adik-adikku jam enam sore. Aku dan Mas Anto sengaja ke rumah sebelum kembali ke Jawa Timur besok pagi. Setidaknya, malam ini bisa lepas kangen dengan adik-adikku. Kesempatan ini tak selalu ada, setelah sempat merasa asing dengan wujud mereka yang berubah, aku bertekad akan mendekatkan diri kembali pada mereka.Suasana rumah telah berbeda dari yang kuingat, lebih bersih dan catnya pun sudah ditukar, beberapa perabot lama sudah tak tampak lagi. Walaupun belum begitu akrab dengan wujud baru adik-adikku yang sudah besar, namun hati seorang Kakak tak bisa dibohongi, aku menyayangi mereka, sebagai seorang Kakak tertua yang dihormati dan pengganti Ibu bagi mereka."Kakak mau mandi atau makan dulu?" tanya Leni, sepertinya Leni habis berkutat di dapur, ada tiga menu sederhana yang sudah tersaji di meja makan, ikan asin digoreng dengan petai pakai cabe merah, gulai ayam dan sayur kates, menu yang sangat menggugah selera, mungkin sejak kutinggal menikah, Leni suda

  • Istri Super Jorok   Anak-anak?

    POV Marni"Kakak!" Leni bergegas memelukku, diikuti oleh adik-adikku yang lain. "Ayo, duduk!" Kubimbing tangan Leni untuk duduk di karpet merah, kami duduk melingkar. Agak terpisah dengan pelayat lain."Maaf, Kak. Kami baru sampai, sulit mencari carteran mobil ke sini. Tapi untungnya, mobil bak punya Pak Tasman ada, sehingga kami sampai juga di sini.""Tak apa, bagaimana kabar kalian? Kalian sehat, kan?" "Kami sehat, Kak. Turut berduka cita, ya, Kak. Ayah Bang Anto orang yang sangat baik, bahkan saat kakak di Jawa pun, beliau sesekali datang ke rumah mengantar beras dan uang."Aku terenyuh mendengarnya. Ayah Mas Anto memang baik."Mas Anto pasti terpukul. Kita sudah merasakan bagaimana rasanya kehilangan Ayah ...." Leni mengambil napas panjang. Matanya berkaca-kaca. Walaupun memoriku belum kembali secara utuh, tapi sepanjang ingatanku yang tersisa, Ayah kami adalah sosok yang baik."Kapan kita berziarah?" tanyaku pada Leni. Ada kerinduan yang menyesakkan di dalam dadaku."Kita tungg

DMCA.com Protection Status