Semuanya UntukPak Herlambang terdiam, ingatannya mundur ke waktu dua tahun yang lalu. Dia bersama sekretaris pribadinya di kantor Abadi group."Benar Pak, Pak Ardian memang memiliki hubungan dengan wanita itu,” ucap sekretaris pribadi pak Herlambang."Apa kamu sudah memastikannya?" tanya Pak Herlambang."Sudah Pak, saya sudah menyelidikinya dengan pasti, bahkan mereka bahkan sudah melangsungkan pernikahan secara siri," ucap sekretaris Erlangga.Mendengar hal itu Pak Herlambang seketika murka, tangannya menggenggam erat, seolah hendak memukul orang yang ada di hadapannya."Anak itu benar benar lancang, aku tidak akan biarkan hal ini," ucap Pak Herlambang."Kemungkinan besar mereka tidak akan membuka hubungan mereka di depan umum Pak,” ucap sekretaris pribadi pak Herlambang."Jadi begitu, mari kita buat permainan ini semakin menarik," ucap Pak Herlambang seraya tersenyum sinis, penuh dengan rencana licik.Pak Herlambang memandang ke arah sekretaris pribadinya dengan pandangan mendalam
Perselingkuhan Di tempat lain, Ardian mengetuk sebuah pintu, itu adalah pintu apartemen Isabela, apartemen Gold One. setelah mendengar ketukan pintu itu, Isabela langsung membuka pintu. Dia melihat Ardian yang ada di sana, segera dia jatuhkan pelukan pada Ardian. Isabela menghujani Ardian dengan ciu-man, dari kening, pipi hingga bibir, semuanya tidak luput dari ciuman Isabela. “Ardian, aku sangat merindukanmu, sangat sangat merindukanmu,” ucap Isabela. Ardian masuk ke dalam unit apartemen Isabela. "Ardian, bagaimana keadaanmu, aku sangat khawatir, aku tidak bisa tidur karena memikirkanmu Ardian," ucap Isabela seraya terus menggandeng Ardian masuk ke dalam unit apartemennya. “Kamu bilang kamu sakit, sepertinya kamu baik baik saja,” ucap Ardian. “Jangan seperti itu, jika aku tidak mengatakan itu pasti kamu tidak akan datang,” ucap Isabela merajuk. "Apa kamu tidak peduli padaku yang sangat mengkhawatirkanmu ini," ucap Isabela. "Isabela, jika aku tidak peduli padamu, aku ti
LUKAIsabela menikmati malam dalam kesendirian. Dia tidak menikmati apapun yang baru saja mereka lakukan, ya, dia berusaha tetap terlihat bahagia di hadapan Ardian, namun sebenarnya hatinya begitu sakit. Setelah mengetahui fakta bahwa Ardian menikah dengan wanita yang selalu dianggap sebagai rivalnya, dulu hingga sekarang.***Pagi harinya, jam menunjukkan pukul empat pagi.Ardian turun dari tempat tidur, dia melihat ke arah Isabela, masih tertidur lelap. Ardian memakai pakaiannya, lalu dia berjalan keluar kamar.Ardian keluar dari unit apartemen Isabela, berjalan cepat ke arah taxi online yang telah dipesannya. Jam 4 dini hari, mobil taxi menuju ke kediaman keluarga Herlambang. Ardian turun dari mobil taxi, lalu mengendap endap di dekat pintu gerbang."Ssssttt," bisik Ardian memberi isyarat memanggil satpam Mahi yang terlihat menggerakkan tubuhnya di depan pos jaga."Sssttt," bisik Ardian lagi, karena isyarat yang pertama tidak membuahkan hasil.Satpam Mahi menerima isyarat itu, lal
Perbincangan PertamaAyra segera berlari menuju ke arah Ardian."Sudah, semua sudah beres," ucap Ayra."Apa yang kamu lakukan?" tanya Ardian."Menyiapkan makan pagi, bukan aku, tapi bibi Esti, biasanya aku yang membuat semuanya, karena pagi ini aku pergi denganmu, aku memberi tugas pada bibi Esti," ucap Ayra seraya tersenyum.“Begitu ya, apa kamu selalu bagun sepagi ini?” Tanya Ardian.“Ya, tentu saja, malah lebih pagi dari ini,” ucap Ayra tanpa beban.Ardian mengerutkan dahi mendengar apa yang Ayra katakana."Sudah jangan dipikirkan, ayo kita berangkat," ajak Ayra.Jam menunjukkan pukul empat tiga puluh. Ayra dan Ardian terlihat berjalan menuju ke arah taman yang berjarak dekat dengan rumah mereka. "Apa kamu selalu menyiapkan semuanya?" tanya Ardian."Ya, kamu baru menyadarinya?" tanya Ayra."Ti-tidak juga, aku tahu kamu selalu menyiapkan semuanya sendiri," ucap Ardian."Ini pertama kalinya kita pergi bersama, walaupun hanya di taman dekat rumah. Aku senang, terimakasih," ucap Ayra
Rasa Cemburu"Pak Herlambang memakan makan paginya, nasi goreng seafood yang terlihat begitu enak."Bibi, siapa yang membuat ini?" tanya Pak Herlambang."Sa-saya Pak," ucap bibi Esti."Rasanya hambar, belajarlah memasak dengan menantuku, kamu harus bisa membantunya," ucap Pak Herlambang."Ba-baik Pak. Nyonya Sisca terlihat mencari cari.“Dimana air dinginku? teh jahe punya bapak?” Tanya nyonya Sisca.“Maaf nyonya, saya lupa, biar saya ambilkan,” ucap bibi Esti.“Apa kamu sudah membuat the jahe bapak?” Tanya nyonya Sisca.“Be-belum nyonya,” ucap bibi Esti.“Apa? Apa Ayra tidak mengajarimu,” ucap nyonya Sisca kesal.“Maaf nyonya tadi saya sibuk membuat nasi goreng dan menyiapkan sarapan untuk non Loly,” ucap bibi Esti.“Ya sudah sana, memang tidak bisa diandalkan,” ucap nyonya Sisca kesal.Bibi Esti hanya bisa menerima semua omelan majikannya.“Pembantu sekarang suka seenaknya, tidak bisa bekerja dengan benar,” gerutu nyonya Sisca.***Semua orang sudah pergi, Ardian dan Ayra masuk ke
Bisakah CintaArdian menggenggam tangannya kuat kuat, menahan setiap rasa yang bergejolak di dalam dirinya. Dia benar benar tersiksa, sangat tersiksa dengan semua pemandangan indah itu."Selesei," ucap Ayra, lalu dia meraih dress dan memakainya. Semua aktifitas itu dia lakukan tepat di depan Ardian, di depan mata suaminya, mata yang pura pura tertutup itu.Semua sudah siap, Ayra sudah terlihat rapid an cantik."Mas Ardian masih tidur, hmmm, sebaiknya aku tulis pesan saja," ucap Ayra. Kemudian Ayra mengambil kertas memo berwarna kuning yang ada di dalam laci, juga bolpoin berwarna hitam.Ayra mulai menulis pesan singkat."Mas, aku ke supermarket sebentar, Ayra." Tulis Ayra yang juga membubuhkan tanda hati di memo itu.Ayra meninggalkan kertas memo itu di atas meja dekat Ardian tidur. Ayra melihat ke arah Ardian, ingin sekali mengecup dahi laki-laki yang merupakan suaminya itu, namun dia urungkan, Ayra memilih keluar dari kamarnya secara diam diam, supaya Ardian tidak terbangun.Ardia
Masih Ada CintaAyra menaikkan kantong belanjaan yang sudah dibayarkan ke atas troli, cukup banyak, sehingga membuatnya sampai tidak terlihat."Kamu akan langsung pulang?" tanya Arsen."Ya, mas Ardian ada di rumah, aku harus membuatkannya makan siang," ucap Ayra.Ponsel Ayra berdering, dia melihat nama ibu mertua di sana."Halo ibu," sapa Ayra setelah mengangkat panggilan itu.“Ayra, tolong buatkan ibu salad sayur yang bisa ibu telan, ibu menginginkan itu untuk makan malam. Ibu jengkel, semua teman ibu mengatakan ibu gemuk. Ibu harus diet, tolong belikan bahan bahan untuk membuat salad, ini jadwalmu belanja bukan,” ucap nyonya Sisca.“Ba-baiklah ibu,” ucap Ayra yang kemudian menutup panggilan itu."Ada apa? tanya Arsen."Sesuatu yang tak terduga, aku harus kembali ke dalam, ada yang harus aku beli," ucap Ayra.Ayra terlihat menoleh ke segala penjuru.“Apa yang kamu cari?” Tanya Arsen.“Aku mencari tempat penitipan barang,” ucap Ayra.“Oh itu, sudah biar aku yang menjaga barang belanja
CahayaAyra sudah menyiapkan makan malam yang cukup istimewa, lengkap, seperti sebuah pesta penyambutan."Wah, luar biasa. Semua ini pasti masakan kakak, aku akan sangat menyukainya," ucap Rose."Iya, kakak sengaja memasak banyak supaya semuanya bisa mendapat makanan kesukaan masing masing," ucap Ayra."Kakak tau, beberapa hari kemarin aku memesan makanan seperti ini dan mereka berdua marah besar," ucap Rose seraya mengarahkan matanya pada pak Herlambang dan nyonya Sisca."Ya, Rose memesan makanan online lebih dari satu juta, hanya untuk kita berempat," ucap Pak Herlambang. Mendengar itu Ayra tersenyum."Ibu sedang diet, tidak mungkin makan banyak, masak sendiri adalah solusi terbaik, tubuh kita tidak akan penuh dengan penyedap, pengawet dan pewarna," ucap nyonya Sisca."Ibu, selama satu minggu kemarin ibu juga selalu pesan makanan online," ucap Rose."Kamu ini, tapi tidak sebanyak pesananmu," ucap nyonya Sisca."Ya, sama saja, harusnya ibu memasak untuk kami semua. Sepertinya di sini
Masa Masa Sulit “Bu Ayra adalah orang yang kuat,” ucap sekretaris Edo."Ya, dia memang wanita yang kuat," ucap Arsen.“Baiklah pak, saya pulang dulu,” ucap sekretaris Edo.“Baiklah, maaf mengganggu waktu liburmu,” ucap Arsen.“Tidak apa apa pak, hubungi saya jika ada yang bapak perlukan,” ucap sekretaris Edo.“Baiklah, terima kasih,” ucap Arsen. Sekretaris Edo bergegas pergi, Arsen membawa beberapa paper bag bingkisan itu ke kamar di mana Ayra berada.“Ayra, aku membawakan semua kebutuhanmu, jika ada yang kurang sampaikan saja,” ucap Arsen pada Ayra yang terlihat mengamati pemandangan diluar jendela kamarnya. Arsen meletakkan semua bingkisan itu di lantai.“I-iya,” ucap Ayra singkat. Arsen tahu, segala hal yang menimpa Ayra tidak bisa semudah itu diterima, dia masih terguncang dan Arsen berusaha memberi Ayra ruang. "Aku ada di luar, jika kamu
Setelah peristiwa itu Pagi hari, Ayra tersadar, dia mendapati tubuhnya sudah berganti pakaian dengan pakaian hangat, tertutup selimut tebal, tangannya juga terpasang selang yang terhubung dengan cairan infus. Dia berada di sebuah kamar yang nyaman. Kepalanya terasa sakit, ada perban menempel di sana, mungkin itu adalah luka yang dihasilkan dari pertengkaran sengit tadi malam. Ayra yang masih begitu lemah hanya bisa menghela nafas lega, bersyukur Tuhan memberinya hidup kedua walaupun belum bisa membedakan ini semua hanya mimpi atau kenyataan. Samar samar dia melihat sosok yang sudah tidak asing lagi, dia adalah Arsen, iya Arsen. teman Ayra sewaktu masih duduk di bangku kuliah, yang selalu menjadi sahabat baiknya, hingga saat ini. Arsen duduk di kursi yang ada di kamar itu, tertidur, terlihat sangat kelelahan. Arsen yang menyelamatkannya, memberikan hidup kedua bagin
Misi Penyelamatan Di dalam mobil, suasana tegang benar benar terasa.“Kemana kita harus membawanya?” Tanya Ardian.“Kita buang saja, kita hanyutkan di sungai,” ucap Isabela memberi ide.“Apa?” Tanya Ardian tidak percaya.“Tidak, di jembatan akan sangat ramai sekali, kita tidak bisa membuangnya di kota,” ucap Ardian“Apa kamu yakin dia sudah mati?” tanya Ardian.“Dia masih hidup, nafasnya tipis. Kamu tidak melihat darah yang keluar dari kepalanya? Aku yakin dia tidak akan bertahan,” ucap Isabela.“Apa yang kita lakukan, kita sudah menjadi pemb-unuh,” ucap Ardian gugup dan juga takut. Isabela menggenggam tangan suaminya, berusaha memberi kekuatan.“Ini yang terbaik, kita harus menyingkirkannya, tidak ada pilihan lain,” ucap Isabela.“Pikirkan anak kita, apa kamu yakin rela menukar hidupmu yang penuh dengan kemewahan dengan hidup di penjara?” Tanya Isabela.
Medan Perang Ardian membawa Ayra ke apartemennya, penthouse mewah yang bahkan memiliki lift sendiri. Ayra hanya diam, tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Dia bahkan belum percaya bahwa dirinya akan mengalami hal semacam ini, bertemu dengan selingkuhan suaminya. Mereka sampai di depan pintu apartemen, Ardian membuka pintu itu.Di dalam apartemen sudah ada Isabela, duduk dengan santainya di sofa yang ada di sana.Hati Ayra bergetar hebat.“Wanita itu,” gumam Ayra. Ayra menatap wanita itu dalam dalam, bahkan matanya nyaris keluar. Isabela mengulaskan senyum, seolah sengaja melakukan itu. Dia berdiri, lalu mendekat kearah Ayra.“Apa kamu kaget?” Tanya Isabela, berusaha terlihat tenang.“Kamu?” Tanya Ayra.“Isabela?” tebak Ayra. Ardian mengerutkan dahi, dia bahkan tidak menyangka jika Ayra mengenal Isabela.“Ya, orang yang selalu kalah dari
Peristiwa Mengerikan Mulai TerjadiPart 2 Mobil Ardian masuk ke dalam lingkungan apartemen.“Itu mobil mas Ardian, ya, itu mobilnya,” ucap Ayra yakin.Ayra segera berlari mengikuti mobil itu hingga ke area parkir bawah tanah dan berhenti. Dengan nafas tersengal sengal, Ayra berhenti tepat di depan mobil Ardian.“Ar-Ardian,” ucap Isabela gugup.“Ada apa?” Tanya Ardian yang belum menyadari kehadiran Ayra.“Di-dia,” ucap Isabela seraya menunjuk ke arah Ayra berdiri. Ardian melihat kearah itu, dia kaget, ada istrinya di sana.“A-Ayra,” ucap Ardian.“Isabela, sebaiknya kamu bawa Amora naik, aku akan menemuinya,” pinta Ardian.“I-iya,” ucap Isabela yang segera keluar dari mobil, berusaha menyembunyikan wajahnya dan masuk ke dalam area apartemen. Ayra melihat wanita itu, dengan perasaan campur aduk yang luar biasa. Ayra berusaha menstabilka
Peristiwa Mengerikan Mulai Terjadi Ayra menginjakkan kaki di apartemen itu, apartemen mewah yang harganya pun tidak biasa. Ayra memegang dadanya, menguatkan hati juga pikirannya. Jantung itu berdegup dengan kencang, seperti genderang perang, dia bahkan kesulitan untuk menstabilkan deru jantungnya.“Kamu harus kuat Ayra, apapun yang akan kamu dapatkan di tempat ini,” ucap Ayra. Dengan yakin dia memasuki apartemen itu, mendekat ke arah resepsionis sebagai jalan pintas dari pada harus mencari cari tidak jelas.“Se-selamat siang,” sapa Ayra.“Selamat siang ibu, ada yang bisa saya bantu?” Tanya resepsionis yang terdengar begitu ramah.“Ma-maaf saya mau Tanya, apa benar bapak Ardian Herlambang tinggal di salah satu unit penthouse?” Tanya Ayra. Mendengar hal itu, petugas resepsionis bernama Naira itu mengerutkan dahi. Ayra menangkap sinyal keragu raguan.“Oh, maaf, saya hanya mau mengantarkan pesanan kado,
Curiga yang mengakar Arsen sampai di rumah tante Farida, dia terlihat duduk di ruang tengah dengan perasaan kesal tergambar jelas di wajahnya."Arsen sayang, kamu sudah datang," sapa nyonya Farida."Iya tante, ini Arsen bawakan cake coklat dari JIM Mall," ucap Arsen seraya menunjukkan cake coklat yang dibawanya."Terimakasih Arsen, itu cake kesukaan tante," ucap nyonys Farida sumringah. Tante Farida melihat ke arah Arsen, sepertinya ada yang aneh, wajah Arsen mengisyaratkan kekesalan juga kesedihan."Arsen, ada apa? Apa ada masalah di kantor?” Tanya tante Farida.“Apa kamu ingin kembali menjadi dokter? Apa menjadi presdir rumah sakit dan hotel sangat melelahkan?” Tanya nyonya Farida menelisik.“Tapi, di hotel, banyak yang membantumu, kamu hanya menjadi presdir, semua staff adalah professional,” gumam nyonya Farida.“Tante,” ucap Arsen.“Jangan mengkhawatirkan Arsen, Arsen
Mirip Pembantu Pagi harinya, tepat pukul sepuluh pagi, Ayra sudah berada di supermarket untuk berbelanja kebutuhan rumah tangga, kali ini dia berusaha dengan cepat supaya dia masih memiliki waktu untuk mengunjungi pusat kecantikan, itu yang direncanakan."Aku harus cepat, aku sudah melakukan ini selama bertahun tahun, aku bisa melakukannya walau dengan mata tertutup," ucap Ayra yakin. Dengan cekatan, Ayra mengambil seluruh barang yang akan dibeli, barang kebutuhan rumah tangga, seperti bahan makanan juga kebutuhan lain yang seluruh anggota keluarga butuhkan. "Semua sudah beres, bahan makanan, perlengkapan kebersihan, aneka makanan ringan, aneka minuman, minyak goreng, hmmm sudah semuanya," gumam Ayra. Lalu dia bergegas mendorong troli ke arah kasir. Dari jauh Arsen terlihat mengamati Ayra, hal ini sudah Arsen lakukan sejak lama. Dia tahu jadwal Ayra, kapan dia akan mengunjungi supermarket. Arsen bahkan ta
Berusaha Menahan Sesak Ayra sibuk menyiapkan makan malam di dapur, dia masih menjalankan semua kewajibannya, berusaha tidak mengingat hal buruk yang baru saja menimpanya. Ayra menyentuh pipinya, rasa nyeri, panas dan perih mungkin sudah memudar, tidak lagi dia rasakan, namun luka di dalam hatinya sungguh itu tidak lagi menemukan obat yang tepat. "A-Ayra," ucap nyonya Sisca lirih. Nyonya Ayra terlihat mendekat kearah Ayra berdiri."I-ibu, ibu perlu apa? apa ibu mau air dingin? Ayra akan mengambilkannya," ucap Ayra, selalu dengan sikap sigapnya dalam memberikan pelayanan pada semua orang."Ti-tidak, ibu tidak butuh apa apa, ibu hanya ingin minta maaf karena ibu sudah sangat keterlaluan, mungkin karena sebelumnya ibu sudah sangat emosi dengan masalah ibu sendiri, ibu benar benar minta maaf, ibu tidak seharusnya mengatakan hal buruk seperti itu," ucap nyonya Sisca seraya menggenggam tangan Ayra.“Ibu benar ben