Demi CintaDeru jantung Ayra begitu keras beradu. Keras, cepat, mungkinkah akan melompat keluar? Oh situasi ini membuat Ayra tidak bisa bergerak, seperti tiba tiba membeku, menjadi es yang sulit sekali mencair.Ardian mendekatkan wajah Ayra ke wajahnya, lalu bibir itupun bersentuhan. Ardian mengecup bibir Ayra, lalu melepaskannya. Dia melihat Ayra dengan tatapan tajam, ada kekagetan pada diri Ayra, dia masih terdiam, tidak menyangka akan berada pada situasi seperti ini.Ardian kembali mendekatkan wajah Ayra ke wajahnya, lalu men-cium bibir Ayra, kali ini lebih panas, ciu-man itu adalah ciu-man yang berani. Ardian melu-mat habis bibir Ayra, membuat Ayra terkaget, sedikit tidak bisa bernafas.Ayra belum bergerak, dia bingung harus bagaimana membalas ciu-man itu, dia hanya menerima ciuman itu karena ini adalah ciuman pertamanya. Ardian menarik tangan Ayra, Ayra mulai berani semakin dekat.Ardian melepaskan ciumannya, dia menatap wajah Ayra, pandangan mendalam.“Aku sudah tidak bisa menah
Semuanya UntukPak Herlambang terdiam, ingatannya mundur ke waktu dua tahun yang lalu. Dia bersama sekretaris pribadinya di kantor Abadi group."Benar Pak, Pak Ardian memang memiliki hubungan dengan wanita itu,” ucap sekretaris pribadi pak Herlambang."Apa kamu sudah memastikannya?" tanya Pak Herlambang."Sudah Pak, saya sudah menyelidikinya dengan pasti, bahkan mereka bahkan sudah melangsungkan pernikahan secara siri," ucap sekretaris Erlangga.Mendengar hal itu Pak Herlambang seketika murka, tangannya menggenggam erat, seolah hendak memukul orang yang ada di hadapannya."Anak itu benar benar lancang, aku tidak akan biarkan hal ini," ucap Pak Herlambang."Kemungkinan besar mereka tidak akan membuka hubungan mereka di depan umum Pak,” ucap sekretaris pribadi pak Herlambang."Jadi begitu, mari kita buat permainan ini semakin menarik," ucap Pak Herlambang seraya tersenyum sinis, penuh dengan rencana licik.Pak Herlambang memandang ke arah sekretaris pribadinya dengan pandangan mendalam
Perselingkuhan Di tempat lain, Ardian mengetuk sebuah pintu, itu adalah pintu apartemen Isabela, apartemen Gold One. setelah mendengar ketukan pintu itu, Isabela langsung membuka pintu. Dia melihat Ardian yang ada di sana, segera dia jatuhkan pelukan pada Ardian. Isabela menghujani Ardian dengan ciu-man, dari kening, pipi hingga bibir, semuanya tidak luput dari ciuman Isabela. “Ardian, aku sangat merindukanmu, sangat sangat merindukanmu,” ucap Isabela. Ardian masuk ke dalam unit apartemen Isabela. "Ardian, bagaimana keadaanmu, aku sangat khawatir, aku tidak bisa tidur karena memikirkanmu Ardian," ucap Isabela seraya terus menggandeng Ardian masuk ke dalam unit apartemennya. “Kamu bilang kamu sakit, sepertinya kamu baik baik saja,” ucap Ardian. “Jangan seperti itu, jika aku tidak mengatakan itu pasti kamu tidak akan datang,” ucap Isabela merajuk. "Apa kamu tidak peduli padaku yang sangat mengkhawatirkanmu ini," ucap Isabela. "Isabela, jika aku tidak peduli padamu, aku ti
LUKAIsabela menikmati malam dalam kesendirian. Dia tidak menikmati apapun yang baru saja mereka lakukan, ya, dia berusaha tetap terlihat bahagia di hadapan Ardian, namun sebenarnya hatinya begitu sakit. Setelah mengetahui fakta bahwa Ardian menikah dengan wanita yang selalu dianggap sebagai rivalnya, dulu hingga sekarang.***Pagi harinya, jam menunjukkan pukul empat pagi.Ardian turun dari tempat tidur, dia melihat ke arah Isabela, masih tertidur lelap. Ardian memakai pakaiannya, lalu dia berjalan keluar kamar.Ardian keluar dari unit apartemen Isabela, berjalan cepat ke arah taxi online yang telah dipesannya. Jam 4 dini hari, mobil taxi menuju ke kediaman keluarga Herlambang. Ardian turun dari mobil taxi, lalu mengendap endap di dekat pintu gerbang."Ssssttt," bisik Ardian memberi isyarat memanggil satpam Mahi yang terlihat menggerakkan tubuhnya di depan pos jaga."Sssttt," bisik Ardian lagi, karena isyarat yang pertama tidak membuahkan hasil.Satpam Mahi menerima isyarat itu, lal
Perbincangan PertamaAyra segera berlari menuju ke arah Ardian."Sudah, semua sudah beres," ucap Ayra."Apa yang kamu lakukan?" tanya Ardian."Menyiapkan makan pagi, bukan aku, tapi bibi Esti, biasanya aku yang membuat semuanya, karena pagi ini aku pergi denganmu, aku memberi tugas pada bibi Esti," ucap Ayra seraya tersenyum.“Begitu ya, apa kamu selalu bagun sepagi ini?” Tanya Ardian.“Ya, tentu saja, malah lebih pagi dari ini,” ucap Ayra tanpa beban.Ardian mengerutkan dahi mendengar apa yang Ayra katakana."Sudah jangan dipikirkan, ayo kita berangkat," ajak Ayra.Jam menunjukkan pukul empat tiga puluh. Ayra dan Ardian terlihat berjalan menuju ke arah taman yang berjarak dekat dengan rumah mereka. "Apa kamu selalu menyiapkan semuanya?" tanya Ardian."Ya, kamu baru menyadarinya?" tanya Ayra."Ti-tidak juga, aku tahu kamu selalu menyiapkan semuanya sendiri," ucap Ardian."Ini pertama kalinya kita pergi bersama, walaupun hanya di taman dekat rumah. Aku senang, terimakasih," ucap Ayra
Rasa Cemburu"Pak Herlambang memakan makan paginya, nasi goreng seafood yang terlihat begitu enak."Bibi, siapa yang membuat ini?" tanya Pak Herlambang."Sa-saya Pak," ucap bibi Esti."Rasanya hambar, belajarlah memasak dengan menantuku, kamu harus bisa membantunya," ucap Pak Herlambang."Ba-baik Pak. Nyonya Sisca terlihat mencari cari.“Dimana air dinginku? teh jahe punya bapak?” Tanya nyonya Sisca.“Maaf nyonya, saya lupa, biar saya ambilkan,” ucap bibi Esti.“Apa kamu sudah membuat the jahe bapak?” Tanya nyonya Sisca.“Be-belum nyonya,” ucap bibi Esti.“Apa? Apa Ayra tidak mengajarimu,” ucap nyonya Sisca kesal.“Maaf nyonya tadi saya sibuk membuat nasi goreng dan menyiapkan sarapan untuk non Loly,” ucap bibi Esti.“Ya sudah sana, memang tidak bisa diandalkan,” ucap nyonya Sisca kesal.Bibi Esti hanya bisa menerima semua omelan majikannya.“Pembantu sekarang suka seenaknya, tidak bisa bekerja dengan benar,” gerutu nyonya Sisca.***Semua orang sudah pergi, Ardian dan Ayra masuk ke
Bisakah CintaArdian menggenggam tangannya kuat kuat, menahan setiap rasa yang bergejolak di dalam dirinya. Dia benar benar tersiksa, sangat tersiksa dengan semua pemandangan indah itu."Selesei," ucap Ayra, lalu dia meraih dress dan memakainya. Semua aktifitas itu dia lakukan tepat di depan Ardian, di depan mata suaminya, mata yang pura pura tertutup itu.Semua sudah siap, Ayra sudah terlihat rapid an cantik."Mas Ardian masih tidur, hmmm, sebaiknya aku tulis pesan saja," ucap Ayra. Kemudian Ayra mengambil kertas memo berwarna kuning yang ada di dalam laci, juga bolpoin berwarna hitam.Ayra mulai menulis pesan singkat."Mas, aku ke supermarket sebentar, Ayra." Tulis Ayra yang juga membubuhkan tanda hati di memo itu.Ayra meninggalkan kertas memo itu di atas meja dekat Ardian tidur. Ayra melihat ke arah Ardian, ingin sekali mengecup dahi laki-laki yang merupakan suaminya itu, namun dia urungkan, Ayra memilih keluar dari kamarnya secara diam diam, supaya Ardian tidak terbangun.Ardia
Masih Ada CintaAyra menaikkan kantong belanjaan yang sudah dibayarkan ke atas troli, cukup banyak, sehingga membuatnya sampai tidak terlihat."Kamu akan langsung pulang?" tanya Arsen."Ya, mas Ardian ada di rumah, aku harus membuatkannya makan siang," ucap Ayra.Ponsel Ayra berdering, dia melihat nama ibu mertua di sana."Halo ibu," sapa Ayra setelah mengangkat panggilan itu.“Ayra, tolong buatkan ibu salad sayur yang bisa ibu telan, ibu menginginkan itu untuk makan malam. Ibu jengkel, semua teman ibu mengatakan ibu gemuk. Ibu harus diet, tolong belikan bahan bahan untuk membuat salad, ini jadwalmu belanja bukan,” ucap nyonya Sisca.“Ba-baiklah ibu,” ucap Ayra yang kemudian menutup panggilan itu."Ada apa? tanya Arsen."Sesuatu yang tak terduga, aku harus kembali ke dalam, ada yang harus aku beli," ucap Ayra.Ayra terlihat menoleh ke segala penjuru.“Apa yang kamu cari?” Tanya Arsen.“Aku mencari tempat penitipan barang,” ucap Ayra.“Oh itu, sudah biar aku yang menjaga barang belanja