LUKAIsabela menikmati malam dalam kesendirian. Dia tidak menikmati apapun yang baru saja mereka lakukan, ya, dia berusaha tetap terlihat bahagia di hadapan Ardian, namun sebenarnya hatinya begitu sakit. Setelah mengetahui fakta bahwa Ardian menikah dengan wanita yang selalu dianggap sebagai rivalnya, dulu hingga sekarang.***Pagi harinya, jam menunjukkan pukul empat pagi.Ardian turun dari tempat tidur, dia melihat ke arah Isabela, masih tertidur lelap. Ardian memakai pakaiannya, lalu dia berjalan keluar kamar.Ardian keluar dari unit apartemen Isabela, berjalan cepat ke arah taxi online yang telah dipesannya. Jam 4 dini hari, mobil taxi menuju ke kediaman keluarga Herlambang. Ardian turun dari mobil taxi, lalu mengendap endap di dekat pintu gerbang."Ssssttt," bisik Ardian memberi isyarat memanggil satpam Mahi yang terlihat menggerakkan tubuhnya di depan pos jaga."Sssttt," bisik Ardian lagi, karena isyarat yang pertama tidak membuahkan hasil.Satpam Mahi menerima isyarat itu, lal
Perbincangan PertamaAyra segera berlari menuju ke arah Ardian."Sudah, semua sudah beres," ucap Ayra."Apa yang kamu lakukan?" tanya Ardian."Menyiapkan makan pagi, bukan aku, tapi bibi Esti, biasanya aku yang membuat semuanya, karena pagi ini aku pergi denganmu, aku memberi tugas pada bibi Esti," ucap Ayra seraya tersenyum.“Begitu ya, apa kamu selalu bagun sepagi ini?” Tanya Ardian.“Ya, tentu saja, malah lebih pagi dari ini,” ucap Ayra tanpa beban.Ardian mengerutkan dahi mendengar apa yang Ayra katakana."Sudah jangan dipikirkan, ayo kita berangkat," ajak Ayra.Jam menunjukkan pukul empat tiga puluh. Ayra dan Ardian terlihat berjalan menuju ke arah taman yang berjarak dekat dengan rumah mereka. "Apa kamu selalu menyiapkan semuanya?" tanya Ardian."Ya, kamu baru menyadarinya?" tanya Ayra."Ti-tidak juga, aku tahu kamu selalu menyiapkan semuanya sendiri," ucap Ardian."Ini pertama kalinya kita pergi bersama, walaupun hanya di taman dekat rumah. Aku senang, terimakasih," ucap Ayra
Rasa Cemburu"Pak Herlambang memakan makan paginya, nasi goreng seafood yang terlihat begitu enak."Bibi, siapa yang membuat ini?" tanya Pak Herlambang."Sa-saya Pak," ucap bibi Esti."Rasanya hambar, belajarlah memasak dengan menantuku, kamu harus bisa membantunya," ucap Pak Herlambang."Ba-baik Pak. Nyonya Sisca terlihat mencari cari.“Dimana air dinginku? teh jahe punya bapak?” Tanya nyonya Sisca.“Maaf nyonya, saya lupa, biar saya ambilkan,” ucap bibi Esti.“Apa kamu sudah membuat the jahe bapak?” Tanya nyonya Sisca.“Be-belum nyonya,” ucap bibi Esti.“Apa? Apa Ayra tidak mengajarimu,” ucap nyonya Sisca kesal.“Maaf nyonya tadi saya sibuk membuat nasi goreng dan menyiapkan sarapan untuk non Loly,” ucap bibi Esti.“Ya sudah sana, memang tidak bisa diandalkan,” ucap nyonya Sisca kesal.Bibi Esti hanya bisa menerima semua omelan majikannya.“Pembantu sekarang suka seenaknya, tidak bisa bekerja dengan benar,” gerutu nyonya Sisca.***Semua orang sudah pergi, Ardian dan Ayra masuk ke
Bisakah CintaArdian menggenggam tangannya kuat kuat, menahan setiap rasa yang bergejolak di dalam dirinya. Dia benar benar tersiksa, sangat tersiksa dengan semua pemandangan indah itu."Selesei," ucap Ayra, lalu dia meraih dress dan memakainya. Semua aktifitas itu dia lakukan tepat di depan Ardian, di depan mata suaminya, mata yang pura pura tertutup itu.Semua sudah siap, Ayra sudah terlihat rapid an cantik."Mas Ardian masih tidur, hmmm, sebaiknya aku tulis pesan saja," ucap Ayra. Kemudian Ayra mengambil kertas memo berwarna kuning yang ada di dalam laci, juga bolpoin berwarna hitam.Ayra mulai menulis pesan singkat."Mas, aku ke supermarket sebentar, Ayra." Tulis Ayra yang juga membubuhkan tanda hati di memo itu.Ayra meninggalkan kertas memo itu di atas meja dekat Ardian tidur. Ayra melihat ke arah Ardian, ingin sekali mengecup dahi laki-laki yang merupakan suaminya itu, namun dia urungkan, Ayra memilih keluar dari kamarnya secara diam diam, supaya Ardian tidak terbangun.Ardia
Masih Ada CintaAyra menaikkan kantong belanjaan yang sudah dibayarkan ke atas troli, cukup banyak, sehingga membuatnya sampai tidak terlihat."Kamu akan langsung pulang?" tanya Arsen."Ya, mas Ardian ada di rumah, aku harus membuatkannya makan siang," ucap Ayra.Ponsel Ayra berdering, dia melihat nama ibu mertua di sana."Halo ibu," sapa Ayra setelah mengangkat panggilan itu.“Ayra, tolong buatkan ibu salad sayur yang bisa ibu telan, ibu menginginkan itu untuk makan malam. Ibu jengkel, semua teman ibu mengatakan ibu gemuk. Ibu harus diet, tolong belikan bahan bahan untuk membuat salad, ini jadwalmu belanja bukan,” ucap nyonya Sisca.“Ba-baiklah ibu,” ucap Ayra yang kemudian menutup panggilan itu."Ada apa? tanya Arsen."Sesuatu yang tak terduga, aku harus kembali ke dalam, ada yang harus aku beli," ucap Ayra.Ayra terlihat menoleh ke segala penjuru.“Apa yang kamu cari?” Tanya Arsen.“Aku mencari tempat penitipan barang,” ucap Ayra.“Oh itu, sudah biar aku yang menjaga barang belanja
CahayaAyra sudah menyiapkan makan malam yang cukup istimewa, lengkap, seperti sebuah pesta penyambutan."Wah, luar biasa. Semua ini pasti masakan kakak, aku akan sangat menyukainya," ucap Rose."Iya, kakak sengaja memasak banyak supaya semuanya bisa mendapat makanan kesukaan masing masing," ucap Ayra."Kakak tau, beberapa hari kemarin aku memesan makanan seperti ini dan mereka berdua marah besar," ucap Rose seraya mengarahkan matanya pada pak Herlambang dan nyonya Sisca."Ya, Rose memesan makanan online lebih dari satu juta, hanya untuk kita berempat," ucap Pak Herlambang. Mendengar itu Ayra tersenyum."Ibu sedang diet, tidak mungkin makan banyak, masak sendiri adalah solusi terbaik, tubuh kita tidak akan penuh dengan penyedap, pengawet dan pewarna," ucap nyonya Sisca."Ibu, selama satu minggu kemarin ibu juga selalu pesan makanan online," ucap Rose."Kamu ini, tapi tidak sebanyak pesananmu," ucap nyonya Sisca."Ya, sama saja, harusnya ibu memasak untuk kami semua. Sepertinya di sini
KilauAyra dan Ardian masuk ke dalam kamarnya, Ardian masuk ke dalam kamar mandi, mengganti pakaiannya dengan piyama tidur. Ayra terlihat membersihkan wajahnya, menunggu Ardian keluar dari kamar mandi, karena dia pun akan mengganti bajunya dengan piyama tidur.Ardian keluar dari kamar mandi, menuju ke tempat tidur, lalu merebahkan tubuhnya. Ardian menarik selimutnya, tinggi hingga leher.Ayra masuk ke dalam kamar mandi, beberapa menit setelahnya dia keluar dari kamar mandi, sudah memakai piyama tidur, wajahnya terlihat segar, alami, tanpa make up.Ayra langsung menuju ke tempat tidur, lalu memposisikan diri membelakangi Ardian. Mereka berdua sudah terbiasa dengan situasi seperti itu, seolah tanpa harapan terjadi hal yang lebih jauh.Kali ini ada yang lain, dada Ardian tidak lagi tenang, deru jantungnya membuat dia tidak bisa tidur. Ada rasa gugup, tiba tiba saja seperti itu.Ayra telah membuat dirinya kelimpungan, dia harus berusaha keras menahan gejolak yang ada di dalam dirinya. Ard
Kehamilan IsabelaAyra dan Arsen keluar dari toko perhiasan, mereka berjalan menuju ke arah restoran yang merupakan restoran langganan Arsen. Dari jauh terlihat nyonya Sisca berjalan mendekat ke arah mereka berdua."Ayra," sapa nyonya Sisca."I-ibu, ibu di sini, bukannya ibu tadi menyampaikan jika ibu ada urusan?" tanya Ayra."Iya, ibu tidak jadi bertemu dengan teman ibu, jadi ibu langsung saja ke sini, mungkin bisa bertemu denganmu," ucap nyonya Sisca."Ayra, hmmm,” nyonya Sisca terlihat mengarahkan matanya pada Arsen.“Ah, iya, Arsen, keponakan Farida ya,” ucap nyonya Sisca yang langsung mengenali Arsen.“Iya tante, kebetulan saya dan Ayra bersahabat,” ucap Arsen.“Oh iya, kamu dan Ayra sama sama dokter ya, apa kalian satu fakultas?” Tanya nyonya SIsca.“Iya tante, satu fakultas kedokteran,” ucap Arsen. “Tante Farida sering menceritakan tentang tante, saya juga sering bertemu presdir Herlambang untuk urusan bisnis," lanjut Arsen."Ternyata kamu kenal dengan menantuku," ucap nyonya