KilauAyra dan Ardian masuk ke dalam kamarnya, Ardian masuk ke dalam kamar mandi, mengganti pakaiannya dengan piyama tidur. Ayra terlihat membersihkan wajahnya, menunggu Ardian keluar dari kamar mandi, karena dia pun akan mengganti bajunya dengan piyama tidur.Ardian keluar dari kamar mandi, menuju ke tempat tidur, lalu merebahkan tubuhnya. Ardian menarik selimutnya, tinggi hingga leher.Ayra masuk ke dalam kamar mandi, beberapa menit setelahnya dia keluar dari kamar mandi, sudah memakai piyama tidur, wajahnya terlihat segar, alami, tanpa make up.Ayra langsung menuju ke tempat tidur, lalu memposisikan diri membelakangi Ardian. Mereka berdua sudah terbiasa dengan situasi seperti itu, seolah tanpa harapan terjadi hal yang lebih jauh.Kali ini ada yang lain, dada Ardian tidak lagi tenang, deru jantungnya membuat dia tidak bisa tidur. Ada rasa gugup, tiba tiba saja seperti itu.Ayra telah membuat dirinya kelimpungan, dia harus berusaha keras menahan gejolak yang ada di dalam dirinya. Ard
Kehamilan IsabelaAyra dan Arsen keluar dari toko perhiasan, mereka berjalan menuju ke arah restoran yang merupakan restoran langganan Arsen. Dari jauh terlihat nyonya Sisca berjalan mendekat ke arah mereka berdua."Ayra," sapa nyonya Sisca."I-ibu, ibu di sini, bukannya ibu tadi menyampaikan jika ibu ada urusan?" tanya Ayra."Iya, ibu tidak jadi bertemu dengan teman ibu, jadi ibu langsung saja ke sini, mungkin bisa bertemu denganmu," ucap nyonya Sisca."Ayra, hmmm,” nyonya Sisca terlihat mengarahkan matanya pada Arsen.“Ah, iya, Arsen, keponakan Farida ya,” ucap nyonya Sisca yang langsung mengenali Arsen.“Iya tante, kebetulan saya dan Ayra bersahabat,” ucap Arsen.“Oh iya, kamu dan Ayra sama sama dokter ya, apa kalian satu fakultas?” Tanya nyonya SIsca.“Iya tante, satu fakultas kedokteran,” ucap Arsen. “Tante Farida sering menceritakan tentang tante, saya juga sering bertemu presdir Herlambang untuk urusan bisnis," lanjut Arsen."Ternyata kamu kenal dengan menantuku," ucap nyonya
Apartemen Di apartemen Isabela, dia membuka ponselnya, mendapati pesan masuk yang berasal dari Ardian."Sekretaris Pete akan menemanimu, besok aku akan kesana," tulis Ardian di pesan itu."Ardian, pada akhirnya kamu tetap memilihku, kamu harus memilihku, selamanya" ucap Isabela seraya menghela nafas lega.“Aku sangat mencintaimu Ardian, aku tidak akan melepaskanmu dengan alasan apapun,” ucap Isabela seraya menahan perutnya yang terasa sakit.Satu jam setelahnya, terdengar suara ketukan pintu. Isabela segera membuka pintu apartemennya.“Sekretaris Pete,” ucap Isabela.“Nyonya, saya membawa dokter Usman, dia akan memeriksamu,” ucap sekretaris Pete.“Hmmm, baiklah,” ucap Isabela yang mempersilahkan sekretaris Pete dan dokter Usman masuk ke dalam unit apartemennya.Isabela terlihat berbaring di tempat tidur, dokter Usman dengan telaten memeriksa kondisinya, melakukan pemeriksaan fisik juga mengajukan beberapa pertanyaan untuk menegakkan diagnosis.“Nyonya, sepertinya nyonya sedang hamil
Kebohongan"Kakak, apa kakak akan ke kantor?" tanya Rose pada Ardian."Ya," ucap Ardian singkat."Apa nanti jika aku sudah bergabung dengan Abadi group, aku juga akan seperti itu? bekerja di akhir pekan, oh aku bisa menjadi perawan tua," ucap Rose."Karena itu kamu harus mencari calon suami yang terbaik, apa perlu ibu carikan?" ucap nyonya Sisca."Apa? perjodohan, sekarang bukan jamannya lagi ibu," ucap Rose."Apa kamu bisa mencari laki-laki terbaik? ibu bisa mencarikan," ucap nyonya Sisca."Oh iya kamu ingat Arsen keponakan tante Farida? dia laki-laki yang sempurna, dia layak dijadikan calon suami," lanjut nyonya Sisca.“Kamu sudah lama tidak bertemu dengannya, dia sangat tampan,” lanjut nyonya Farida."Ibu, Rose akan mencari laki-laki yang sesuai dengan Rose, Rose akan menikah dengan orang yang Rose cintai, membangun keluarga yang bahagia dan penuh cinta," ucap Rose yakin."Apa itu mungkin, laki-laki tampan tidak memiliki pekerjaan bagus, laki-laki mapan tidak seperti yang kamu ingi
Mencari KebenaranAyra keluar dari kamar mandi, dia terlihat trendi dengan celana jins dan kaos."Niluh, aku sudah menikah, apa ini pantas aku pakai?" tanya Ayra."Sangat cantik, seperti katamu, Ayra tetaplah Ayra, kamu tetap harus terlihat trendi meskipun sudah menikah," ucap Niluh."Baiklah, ayo kita pergi sekarang," ucap Ayra."Sebentar, aku bereskan riasanmu dulu," ucap Niluh seraya membubuhkan bedak dan juga make up lain ke wajah Ayra."Apa ini perlu?" tanya Ayra."Ayra, walaupun kamu sudah menikah, kamu tetap memiliki hak untuk terlihat cantik. Kamu sangat cantik, jangan sampai beban pekerjaan yang berat mengubur kecantikanmu. Pekerjaan yang sangat membosankan itu, ibu rumah tangga," ucap Niluh."Niluh, kamu juga akan menjadi seorang istri, juga ibu," ucap Ayra."Ayra, kamu sudah tahu kan, aku tidak akan menikah, aku tidak akan menjadi istri ataupun ibu, aku akan tinggal sendiri sampai tua," ucap Niluh seraya tersenyum."Ah kamu ini, kamu hanya belum bertemu laki-laki yang bisa
Mengurus Semua OrangAyra segera menepis kesedihannya, dia tidak ingin Lol melihat air mata itu, apalagi menangkap kesedihan itu. Ayra memeluk Loly dengan erat, sangat erat.***Pagi harinya, Ayra mengeluarkan beberapa bahan makanan dari lemari pendingin. Ayra mengamati semua bahan itu, berpikir akan diubah jadi apa semua bahan mentah itu."Aku akan membuat daging bumbu, tempura udang, dan perkedel jagung kesukaan Loly. Ini akan sempurna," ucap Ayra, lalu dia segera menyiapkan semua bahannya.Tidak butuh waktu lama, hanya satu jam, semua makanan selesai dimasak, matang dengan sempurna."Bik, tolong tata di piring, saya akan menemui Loly," ucap Ayra."Iya nyonya," ucap bibi Esti yang kemudian mengambil alih urusan menata makanan.Ayra berjalan menuju ke arah kamar Loly, membawakannya segelas susu kocok kesukaannya."Loly," sapa Ayra setelah membuka pintu kamar Loly dan mendapati Loly masih tidur di tempat tidurnya."Kakak, kakak meninggalkan Loly lagi, Loly sedih sekali," ucap Loly.“I
Gaun IndahArdian hanya melihat itu, dia tahu dia telah salah bicara, namun dia tidak bisa bersikap seperti ibunya, dia tidak bisa melakukan itu, tidak ada cinta diantara mereka.Ayra mengantar Ardian hingga depan rumah, tanpa ada perbincangan apapun, Ayra hanya diam, tidak ada wajah ceria sedikitpun.Ardian sesekali melirik ke arah Ayra, ada rasa bersalah, namun berusaha disembunyikannya, dia tidak ingin mengakui dan melanjutkan rasa bersalah itu.Ardian masuk ke dalam mobil, Ayra masih melambaikan tangan, namun dengan ekspresi wajah yang datar. Ardian sungguh tidak nyaman dengan itu, sikap Ayra membuatnya tidak bisa berpikir jernih.“Apa dia marah hanya karena itu? Apa aku benar benar salah bicara?” ucap Ardian dalam hatinya.***Mobil Ardian melaju, dia terlihat menghubungi seseorang."Halo, kamu sudah menyiapkan yang aku pesan? sepertinya ukurannya masih sama," ucap Ardian pada seseorang di telepon."Baiklah, terimakasih, kirimkan hari ini," ucap Ardian lalu dia menutup sambungan
Lelah BerkepanjanganDi tempat lain, Ayra yang tadinya mengingat pembicaraannya dengan Arsen, mulai mengingat perasaan lamanya."Jika kamu memintaku menjadi istri, aku akan menunggumu kapanpun kamu datang, bahkan ketika kamu tidak menghubungiku sama sekali," gumam Ayra dalam hati.“Kamu tidak pernah menginginkanku dan sekarang aku berusaha membuka hati dan memasukkan orang lain ke dalamnya. Aku adalah istri dari suamiku, ya, aku tidak bisa mempertahankannya, aku wanita yang malang,” gumam Ayra dalam hati.***Ayra mendapat kiriman, sebuah kotak yang cukup besar."Nyonya, ada kiriman untuk nyonya," ucap satpam Mahi seraya menyerahkan kotak berwarna merah tua dengan hiasan pita cantik di bagian atas."Dari siapa pak?" tanya Ayra."Saya kurang tahu nyonya, tadi kurir yang mengantarnya, katanya ada kartu di dalam kotaknya," ucap satpam Mahi."Baiklah, Terimakasih pak," ucap Ayra seraya menerima kotak itu. Ayra membawa kotak itu ke kamarnya, lalu meletakkannya di atas tempat tidurnya.Ayra