Kenyataan PahitAyra menyiapkan soto daging ke dalam wadah besar, soto yang dia buat sendiri untuk ayah mertuanya. DIa benar benar berusaha keras untuk bias menyajikan makanan yang terbaik."Aromanya enak sekali," gumam Ayra."Kakak, kakak membuat apa?" tanya Rose yang tiba tiba masuk ke dalam dapur."Soto, kamu suka?" tanya Ayra."Ini makanan kesukaan ayah, aku tidak suka," ucap Rose."Iya, kamu tidak menyukainya ya," ucap Ayra."Aku tidak terlalu suka makan berlemak," ucap Rose."Aku menyiapkan sup udang juga, mungkin kamu akan menyukainya," ucap Ayra."Wah, iya, aku akan memakannya, aku sangat suka seafood" ucap Rose yang kemudian menjatuhkan kecupan di pipi Ayra.Ayra melihat Rose, sungguh ada perasaan sejuk. Dia seperti memiliki seorang adik.“Rose, sebenarnya kakak ingin menanyakan sesuatu,” ucap Ayra.“Ah, besok saja, aku akan ke kamarku dulu,” ucap Ayra yang segera berlari ke lantai atas, menuju ke arah kamarnya.Ayra menghela nafas, mungkin memang mereka masih sangat sibuk.R
Kenyataan Pahit Part 2Ayra memakai gaun rumah cantik berwarna hitam, gaun berenda, membuat kulit putih mulusnya semakin terpancar. Ayra memulas wajahnya dengan make up tipis, sudah cukup membuatnya terlihat semakin segar dan cantik. Bibirnya juga tidak luput dari polesan lipstik warna merah muda, terlihat manis.Di dalam kamar mandi, Ardian terdiam, dia memikirkan apa yang baru saja dialaminya. Tubuh indah Ayra, kasih terlihat jelas di benaknya. Ada sedikit getaran di dadanya, berusaha dia redakan, dia tidak ingin terpengaruh dalam perasaan palsunya.***Semua sudah berkumpul di meja makan."Ayra, apa ini soto? kamu benar benar bisa memasaknya," ucap pak Herlambang."Iya ayah, tadi Ayra berbelanja di supermarket, membeli beberapa kebutuhan dapur. Ayra ingat makanan kesukaan ayah," ucap Ayra."Jakarta Indah Mall ya, apa ayah sudah lihat berita hari ini? cucu tunggal dari pemilik Jakarta Indah Mall terlibat skandal dengan seorang wanita, mengerikan sekali, aku sampai tidak bisa bernafa
Setitik RasaBeberapa menit sebelumnya.Ardian melirik ke arah Ayra yang begitu telaten menyiapkan makanan untuknya, mengambilkan nasi, lauk, menuangkan minum, bahkan menyiapkan sendok dan garpu. Ayra juga tidak lupa menaruh serbet bersih di depan Ardian, yang kapan saja Ardian butuh dia tidak perlu mencari cari. Ayra benar benar telaten mengurusnya.Ayra terlihat begitu cantik, dia sadar Ardian mengamatinya, Ayra tidak berani melihat ke arah Ardian. Dia hanya bisa diam, menunduk, menahan rasa yang membuat pipinya berseri seri merah."Ardian, kamu harus memakan makananmu, jangan mengamati istrimu seperti itu," ucap pak Herlambang."I-iya ayah," ucap Ardian gugup karena ayahnya memergokinya mengamati Ayra dengan begitu lama dan mendalam.***Ardian dan Ayra sudah masuk ke dalam kamar pribadi mereka.Deg, jantung Ayra kembali bergejolak. Deru jantung yang selalu tidak baik baik saja.Ayra masuk ke dalam kamar mandi, membersihkan tubuhnya, bahkan dia harus mandi lagi karena setelah makan
Salah Kira Ardian memarkirkan mobilnya di parkiran sebuah apartemen mewah. Dengan cepat dia masuk ke gedung itu, seperti nya dia sudah terbiasa, dia terlihat tidak ragu sedikitpun. Dia juga terlihat membawa beberapa barang. Ardian masuk ke dalam lift, menekan angka 20, lalu setelah sampai dia segera berjalan cepat menuju ke salah satu unit apartemen yang ada di sana. Unit 152 apartemen Gold One. Ardian memencet bel, beberapa saat keluarlah seorang wanita yang cukup cantik. Dia memakai baju tidur cukup seksi, masih muda, seusia dengan Ayra, sekitar dua puluh lima tahun. "Ardian," sapa wanita itu, lalu dia memeluk Ardian dengan begitu erat. Tanpa ragu Ardian membalas pelukan itu. Mereka terlihat tidak canggung, sepertinya sudah lama mereka melakukan hal itu. "Kamu bawa banyak barang?" tanya wanita itu. "Ya, untukmu, aku akan menginap di sini," ucap Ardian seraya mengangkat tangannya yang penuh dengan kantong belanja. "Masuklah," ucap wanita itu. Mereka berdua masuk ke d
Rasa SesakDari pintu kamar, Ardian mengamati pemandangan itu, bersandar pintu, melipat tangan di depan dada, dia menikmati pemandangan yang begitu indah, menyaksikan istri sirinya memasak, selayaknya ibu rumah tangga pada umumnya.Ardian berjalan ke arah Isabela, memeluknya dari belakang.“Ardian, lepaskan, aku sedang membuat pancake untukmu,” ucap Isabela.“Tidak, aku tidak akan melepaskanmu,” ucap Ardian menggoda.“LEpaskan, atau jika tidak aku akan mengoleskan adonan ini,” ucap Isabela yang terlihat mengambil adonan pancake yang belum dipanggang.“Tidak,” ucap Ardian yang kemudian mengambil sedikit adonan dan menorehkannya di hidung Isabela.Ardian berlari setelah menyelesaikan misinya.“Awas kamu ya,” ucap Isabela. Mereka saling berkejaran, layaknya sepasang kekasih yang dimabuk asmara."Iya terimakasih," ucap Ardian seraya mendekap Isabela.“Terimakasih untuk kesabaranmu,” lanjut Ardian.Ardian berjalan menuju ke arah meja makan, di sana sudah ada pancake coklat dan juga segelas
Penampilan Yang MemalukanAyra menjalankan semua pekerjaan rumah tangga dengan baik, membersihkan rumah, memasak, mengurus Loly dengan segenap hati, semuanya selesai dengan baik, nyaris sempurna.Dia tidak mengeluh sedikitpun, dia juga berusaha menerima kenyataan bahwa Ardian sama sekali tidak memiliki waktu untuknya, bahkan di hari libur. Ayra berusaha menjadi yang terbaik sesuai yang dia mampu dan tingkat kepuasan semua orang di rumah itu nyaris menyentuh angka sempurna."Rose bisa bantu kakak?" tanya Ayra pada Rose yang sibuk mendengarkan musik di dalam kamarnya."Ya kak?" tanya Rose setelah menyadari kehadiran kakak iparnya."Bisa bantu kakak?" tanya Ayra lagi karena sepertinya Rose tidak mendengar ucapan sebelumnya."Ya, tentu saja, apa yang bisa aku bantu?" tanya Rose."Tolong bantu jaga Loly sebentar, kakak harus menyiapkan makan siang untuk teman teman ibu," ucap Ayra.“Apa teman teman ibu akan dating?” Tanya Rose.“Ya, ibu minta tolong untuk dibuatkan masakan rumah untuk enam
Seperti Pembantu Ayra membawa satu per satu hasil masakannya, ada sekitar tujuh jenis masakan yang dimasak selama tiga jam. "Akhirnya semuanya selesai," ucap Ayra seraya mengelus peluh dahinya. Kemudian dia menyiapkan gelas untuk menyambut tamu ibu mertuanya. Tuju gelas tinggi, dia akan membuat minuman yang luar biasa, dingin dan segar, cocok diminum di siang hari. "Wow, kakak menyiapkan semua ini sendiri?" tanya Rose yang melihat makanan sudah tersaji di atas meja makan. "Iya, kamu mau mencobanya?" tanya Ayra. "Tidak, aku masih kenyang, apa yang kakak buat?" tanya Rose yang melihat Ayra menyiapkan es batu. "Minuman segar," ucap Ayra. "Apa? kakak bisa membuat minuman yang enak?" tanya Rose heran. "Iya, kamu mau?" ucap Ayra. "Mau, mau," jawab Rose seraya mengangguk cepat. "Baiklah, aku akan membuatnya untukmu," ucap Ayra. "Baiklah, aku sudah tidak sabar. Biasanya harus mengantri panjang dulu di stand minuman kekinian untuk bisa menikmati minuman enak, sekarang
Seperti Pembantu Part 2 Ayra membawa nampan berisi minuman dingin yang menyegarkan."Akhirnya minumannya datang, kami sudah kehausan," ucap nyonya Paula."Terimakasih ya, oh iya di mana menantu baru nyonya Sisca?" tanya nyonya Triani."Me-menantu baru?" tanya Ayra."Iya, menantu barunya nyonya Sisca, katanya dia pandai memasak dan dia sendiri yang memasak untuk kami, aku ingin menyapanya," ucap nyonya Triani.Nyonya Farida menatap Ayra dengan dahi berkerut, dia merasa pernah melihat Ayra sebelumnya. Matanya mulai teralih pada minuman yang dibawa Ayra, lalu segera mengambil dan meminumnya."Wah minuman ini enak sekali," ucap nyonya Farida setelah mencoba minumannya."Ini akan sangat laku jika dijual di hotelku," lanjut nyonya Farida."Benarkah? seenak itu?" tanya nyonya Triani yang kemudian mengambil gelas dan meminumnya."Iya, rasanya enak sekali, segar, manisnya pas, asamnya pas, ini benar benar enak," ucap nyonya Triani."Bagaimana semuanya? sudah kembali segar bukan, udara siang p
Masa Masa Sulit “Bu Ayra adalah orang yang kuat,” ucap sekretaris Edo."Ya, dia memang wanita yang kuat," ucap Arsen.“Baiklah pak, saya pulang dulu,” ucap sekretaris Edo.“Baiklah, maaf mengganggu waktu liburmu,” ucap Arsen.“Tidak apa apa pak, hubungi saya jika ada yang bapak perlukan,” ucap sekretaris Edo.“Baiklah, terima kasih,” ucap Arsen. Sekretaris Edo bergegas pergi, Arsen membawa beberapa paper bag bingkisan itu ke kamar di mana Ayra berada.“Ayra, aku membawakan semua kebutuhanmu, jika ada yang kurang sampaikan saja,” ucap Arsen pada Ayra yang terlihat mengamati pemandangan diluar jendela kamarnya. Arsen meletakkan semua bingkisan itu di lantai.“I-iya,” ucap Ayra singkat. Arsen tahu, segala hal yang menimpa Ayra tidak bisa semudah itu diterima, dia masih terguncang dan Arsen berusaha memberi Ayra ruang. "Aku ada di luar, jika kamu
Setelah peristiwa itu Pagi hari, Ayra tersadar, dia mendapati tubuhnya sudah berganti pakaian dengan pakaian hangat, tertutup selimut tebal, tangannya juga terpasang selang yang terhubung dengan cairan infus. Dia berada di sebuah kamar yang nyaman. Kepalanya terasa sakit, ada perban menempel di sana, mungkin itu adalah luka yang dihasilkan dari pertengkaran sengit tadi malam. Ayra yang masih begitu lemah hanya bisa menghela nafas lega, bersyukur Tuhan memberinya hidup kedua walaupun belum bisa membedakan ini semua hanya mimpi atau kenyataan. Samar samar dia melihat sosok yang sudah tidak asing lagi, dia adalah Arsen, iya Arsen. teman Ayra sewaktu masih duduk di bangku kuliah, yang selalu menjadi sahabat baiknya, hingga saat ini. Arsen duduk di kursi yang ada di kamar itu, tertidur, terlihat sangat kelelahan. Arsen yang menyelamatkannya, memberikan hidup kedua bagin
Misi Penyelamatan Di dalam mobil, suasana tegang benar benar terasa.“Kemana kita harus membawanya?” Tanya Ardian.“Kita buang saja, kita hanyutkan di sungai,” ucap Isabela memberi ide.“Apa?” Tanya Ardian tidak percaya.“Tidak, di jembatan akan sangat ramai sekali, kita tidak bisa membuangnya di kota,” ucap Ardian“Apa kamu yakin dia sudah mati?” tanya Ardian.“Dia masih hidup, nafasnya tipis. Kamu tidak melihat darah yang keluar dari kepalanya? Aku yakin dia tidak akan bertahan,” ucap Isabela.“Apa yang kita lakukan, kita sudah menjadi pemb-unuh,” ucap Ardian gugup dan juga takut. Isabela menggenggam tangan suaminya, berusaha memberi kekuatan.“Ini yang terbaik, kita harus menyingkirkannya, tidak ada pilihan lain,” ucap Isabela.“Pikirkan anak kita, apa kamu yakin rela menukar hidupmu yang penuh dengan kemewahan dengan hidup di penjara?” Tanya Isabela.
Medan Perang Ardian membawa Ayra ke apartemennya, penthouse mewah yang bahkan memiliki lift sendiri. Ayra hanya diam, tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Dia bahkan belum percaya bahwa dirinya akan mengalami hal semacam ini, bertemu dengan selingkuhan suaminya. Mereka sampai di depan pintu apartemen, Ardian membuka pintu itu.Di dalam apartemen sudah ada Isabela, duduk dengan santainya di sofa yang ada di sana.Hati Ayra bergetar hebat.“Wanita itu,” gumam Ayra. Ayra menatap wanita itu dalam dalam, bahkan matanya nyaris keluar. Isabela mengulaskan senyum, seolah sengaja melakukan itu. Dia berdiri, lalu mendekat kearah Ayra.“Apa kamu kaget?” Tanya Isabela, berusaha terlihat tenang.“Kamu?” Tanya Ayra.“Isabela?” tebak Ayra. Ardian mengerutkan dahi, dia bahkan tidak menyangka jika Ayra mengenal Isabela.“Ya, orang yang selalu kalah dari
Peristiwa Mengerikan Mulai TerjadiPart 2 Mobil Ardian masuk ke dalam lingkungan apartemen.“Itu mobil mas Ardian, ya, itu mobilnya,” ucap Ayra yakin.Ayra segera berlari mengikuti mobil itu hingga ke area parkir bawah tanah dan berhenti. Dengan nafas tersengal sengal, Ayra berhenti tepat di depan mobil Ardian.“Ar-Ardian,” ucap Isabela gugup.“Ada apa?” Tanya Ardian yang belum menyadari kehadiran Ayra.“Di-dia,” ucap Isabela seraya menunjuk ke arah Ayra berdiri. Ardian melihat kearah itu, dia kaget, ada istrinya di sana.“A-Ayra,” ucap Ardian.“Isabela, sebaiknya kamu bawa Amora naik, aku akan menemuinya,” pinta Ardian.“I-iya,” ucap Isabela yang segera keluar dari mobil, berusaha menyembunyikan wajahnya dan masuk ke dalam area apartemen. Ayra melihat wanita itu, dengan perasaan campur aduk yang luar biasa. Ayra berusaha menstabilka
Peristiwa Mengerikan Mulai Terjadi Ayra menginjakkan kaki di apartemen itu, apartemen mewah yang harganya pun tidak biasa. Ayra memegang dadanya, menguatkan hati juga pikirannya. Jantung itu berdegup dengan kencang, seperti genderang perang, dia bahkan kesulitan untuk menstabilkan deru jantungnya.“Kamu harus kuat Ayra, apapun yang akan kamu dapatkan di tempat ini,” ucap Ayra. Dengan yakin dia memasuki apartemen itu, mendekat ke arah resepsionis sebagai jalan pintas dari pada harus mencari cari tidak jelas.“Se-selamat siang,” sapa Ayra.“Selamat siang ibu, ada yang bisa saya bantu?” Tanya resepsionis yang terdengar begitu ramah.“Ma-maaf saya mau Tanya, apa benar bapak Ardian Herlambang tinggal di salah satu unit penthouse?” Tanya Ayra. Mendengar hal itu, petugas resepsionis bernama Naira itu mengerutkan dahi. Ayra menangkap sinyal keragu raguan.“Oh, maaf, saya hanya mau mengantarkan pesanan kado,
Curiga yang mengakar Arsen sampai di rumah tante Farida, dia terlihat duduk di ruang tengah dengan perasaan kesal tergambar jelas di wajahnya."Arsen sayang, kamu sudah datang," sapa nyonya Farida."Iya tante, ini Arsen bawakan cake coklat dari JIM Mall," ucap Arsen seraya menunjukkan cake coklat yang dibawanya."Terimakasih Arsen, itu cake kesukaan tante," ucap nyonys Farida sumringah. Tante Farida melihat ke arah Arsen, sepertinya ada yang aneh, wajah Arsen mengisyaratkan kekesalan juga kesedihan."Arsen, ada apa? Apa ada masalah di kantor?” Tanya tante Farida.“Apa kamu ingin kembali menjadi dokter? Apa menjadi presdir rumah sakit dan hotel sangat melelahkan?” Tanya nyonya Farida menelisik.“Tapi, di hotel, banyak yang membantumu, kamu hanya menjadi presdir, semua staff adalah professional,” gumam nyonya Farida.“Tante,” ucap Arsen.“Jangan mengkhawatirkan Arsen, Arsen
Mirip Pembantu Pagi harinya, tepat pukul sepuluh pagi, Ayra sudah berada di supermarket untuk berbelanja kebutuhan rumah tangga, kali ini dia berusaha dengan cepat supaya dia masih memiliki waktu untuk mengunjungi pusat kecantikan, itu yang direncanakan."Aku harus cepat, aku sudah melakukan ini selama bertahun tahun, aku bisa melakukannya walau dengan mata tertutup," ucap Ayra yakin. Dengan cekatan, Ayra mengambil seluruh barang yang akan dibeli, barang kebutuhan rumah tangga, seperti bahan makanan juga kebutuhan lain yang seluruh anggota keluarga butuhkan. "Semua sudah beres, bahan makanan, perlengkapan kebersihan, aneka makanan ringan, aneka minuman, minyak goreng, hmmm sudah semuanya," gumam Ayra. Lalu dia bergegas mendorong troli ke arah kasir. Dari jauh Arsen terlihat mengamati Ayra, hal ini sudah Arsen lakukan sejak lama. Dia tahu jadwal Ayra, kapan dia akan mengunjungi supermarket. Arsen bahkan ta
Berusaha Menahan Sesak Ayra sibuk menyiapkan makan malam di dapur, dia masih menjalankan semua kewajibannya, berusaha tidak mengingat hal buruk yang baru saja menimpanya. Ayra menyentuh pipinya, rasa nyeri, panas dan perih mungkin sudah memudar, tidak lagi dia rasakan, namun luka di dalam hatinya sungguh itu tidak lagi menemukan obat yang tepat. "A-Ayra," ucap nyonya Sisca lirih. Nyonya Ayra terlihat mendekat kearah Ayra berdiri."I-ibu, ibu perlu apa? apa ibu mau air dingin? Ayra akan mengambilkannya," ucap Ayra, selalu dengan sikap sigapnya dalam memberikan pelayanan pada semua orang."Ti-tidak, ibu tidak butuh apa apa, ibu hanya ingin minta maaf karena ibu sudah sangat keterlaluan, mungkin karena sebelumnya ibu sudah sangat emosi dengan masalah ibu sendiri, ibu benar benar minta maaf, ibu tidak seharusnya mengatakan hal buruk seperti itu," ucap nyonya Sisca seraya menggenggam tangan Ayra.“Ibu benar ben