Beranda / Rumah Tangga / Istri Rahasia Sang Maharaja / 1. Sebagaimana Seharusnya

Share

Istri Rahasia Sang Maharaja
Istri Rahasia Sang Maharaja
Penulis: Dwi Sartika Juni

1. Sebagaimana Seharusnya

last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-08 21:25:48

“Mas,” rintih Angela, gemetar dan berusaha mengendalikan diri sekuat tenaga.

“Tahan. Jangan mendahului saya.” Alaric memperingatkan. Gerakannya tetap teratur, tapi dia sengaja memperlambat, seperti sedang menguji batas kesabaran Angela.

“Ngh!” Angela makin tak tahan. Tubuhnya menegang, siap mencapai puncak, tapi tatapan kosong Alaric membuatnya ragu.

“Fokus,” bisik Alaric, tegas. Entah kenapa, dia sendiri belum merasakan pelepasan. Pikirannya terpecah—antara tugas yang dipaksakan kakeknya dan bayangan Sienna yang entah sedang apa sekarang. Ini pertama kalinya dia bercinta dengan wanita lain. Matanya tertuju ke dinding, gerakannya kaku, hampir tanpa perasaan.

“Saya ubah posisi, Mas?” Angela menawarkan, suaranya parau. Dia juga tidak nyaman—bukan cuma fisik, tapi perasaan aneh yang terus mengusik. Alaric bukan miliknya. Dia cuma istri kedua yang keberadaannya disembunyikan.

“Oke,” angguk Alaric singkat. Tangannya menarik lengan Angela, memaksa bangkit bersamanya. “Duduk di pangkuan saya.”

Angela menurut tanpa ragu. Awalnya, dia berniat memunggungi—agar tidak perlu menatap wajah pria yang jelas tidak mencintainya—tapi Alaric dengan cepat membalik tubuhnya. Tatapan mereka bertemu sesaat, dan Angela buru-buru mengalihkan pandangan. Begitu penyatuan terjadi, dia mendesah pelan, sementara Alaric mengerang tertahan. Angela menyembunyikan wajahnya di pundak pria itu, berusaha menghilangkan rasa bersalah yang menyelinap, sementara gerakan naik-turun mereka berlangsung dalam diam yang mencekam.

***

Pagi yang mulai memancarkan cahaya tipis melalui celah-celah jendela di lantai tiga rumah keluarga Maharaja, menerangi ruangan yang masih diselimuti hening. Alaric berdiri di dekat dinding, tubuhnya tegap namun kaku, sementara Angela berhadapan dengannya, punggung menempel pada permukaan dingin.

Keduanya mulai bersatu dalam posisi yang tidak biasa—kaki Angela sedikit terangkat, ditopang tangan Alaric yang kuat, gerakan mereka pelan namun penuh intensitas. Tubuh Angela kini gemetar, napasnya terengah-engah, tapi ada rasa canggung yang tidak pernah hilang. Sadar kalau dia hanya istri rahasia, sosok yang tidak boleh diketahui dunia.

Alaric, dengan mata tertuju ke samping, menghindari pandangan Angela, pikirannya terbelah antara kewajiban yang dipaksakan Darmawan dan bayangan Sienna yang sesekali melintas.

Tiba-tiba, pintu kamar didorong pelan dari luar, terbuka perlahan. Sienna berdiri di ambang, ekspresi wajah dan tubuhnya tegang seketika. Dia datang dengan niat sederhana—mengajak Alaric sarapan bersama, berharap bisa mengambil sedikit waktu kebersamaan dengan suaminya—tapi pemandangan di depan mata membuat langkahnya terhenti. Angela dalam posisi yang begitu intim dan rentan, lalu Alaric yang tampak tidak menyadari kehadirannya, membentuk gambaran yang menusuk hati.

Sienna menatap mereka, matanya membelalak penuh keterkejutan dan luka, sebelum akhirnya memutar tubuh dan berlari keluar tanpa suara, meninggalkan pintu sedikit terbuka begitu saja. Padahal dia sudah tahu pasti akan begini jadinya. Kenapa harus terkejut?

Angela tahu Sienna baru saja pergi—langkah cepat dan napas tersendat itu terasa jelas—tapi dia memilih buta sebelah. Menggigit bibir bawahnya pelan, menahan getaran yang kini bercampur rasa bersalah. Dia bukan istri sejati di mata Alaric, cuma bayangan yang dipaksakan Darmawan untuk mengisi kekosongan Sienna. Namun, keintiman ini, meski kaku, perlahan menumbuhkan benih harapan yang takut dia akui.

Alaric akhirnya menyadari keheningan yang tidak wajar. Matanya melirik sekilas ke pintu terbuka, tapi ekspresinya tetap tenang, biasa saja. Sudah menduga kalau Sienna yang datang—tidak ada orang lain yang berani membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dulu. Meski begitu, dia tidak berhenti, gerakan mereka berlanjut sejenak. Atmosfer di kamar itu kini dipenuhi aroma rasa bersalah yang tidak terucap.

Di luar, Sienna berhenti di tangga antara lantai tiga dan dua, tangan mencengkeram pegangan kayu hingga jarinya memutih. Napasnya tidak teratur, dada naik-turun cepat, tapi air mata tidak juga jatuh—terlalu dini untuk menyerah, terlalu sakit untuk berpura-pura. Cemburu bercampur tekad gelap untuk tidak kalah, meski dia tahu pertarungan ini mungkin sia-sia setelah lima tahun gagal memberi Alaric anak.

Sementara itu, Alaric sudah selesai. Dia melepas diri dari Angela. Tepukan pelan di pundak diberikan pada istri yang baru dinikahinya lima hari lalu. “Kerja bagus.”

“Mas—”

“Nanti malam saya agak telat,” sela Alaric. Tangannya cekatan mengenakan kaos putihnya kembali. “Kalo kamu ketiduran, enggak keberatan saya bangunin?”

Yang artinya, bercinta sebagai keharusan. Alaric seperti diburu, dikejar waktu.

“Saya tungguin aja, Mas. Biasanya juga saya suka agak telat tidurnya.”

“Oke, tapi utamakan kesehatan kamu. Tugas kita berat.”

Setelah mengangguk, Angela melihat suaminya pergi meninggalkan kamar dengan menutup pintu pelan, lalu dia berlalu ke kamar mandi.

***

Langkah berat terdengar di tangga. Stabil, tidak terburu-buru. Alaric.

Sienna tidak berbalik. Dia tahu si suami ada di belakangnya, tapi menatap Alaric hanya akan membuat dadanya semakin sesak.

“Sarapan udah siap di bawah,” kata Sienna akhirnya. Berusaha biasa saja, walau tetap sedikit bergetar.

Alaric tidak langsung menjawab, hanya mengamati bahasa tubuh Sienna yang tegang, jemari erat menggenggam pegangan tangga.

“Kalau udah lapar, makan aja duluan,” ucapnya pelan. Tidak kasar, tidak lemah lembut juga.

Sienna tertawa kecil. Pahit. “Mas ...” Akhirnya dia mengalah, berbalik. Sorot matanya yang berusaha tenang tidak bisa menyembunyikan luka yang coba ditekan. “Kalau aku pergi sekarang, apa itu akan membuat segalanya jadi lebih mudah?”

Alaric menatap istrinya. Bukan dengan keterkejutan atau kemarahan. Hanya kesabaran yang hampir tanpa emosi.

“Saya udah bilang sejak awal,” jawabnya. “Kalau kamu mau pergi, silakan. Kalau mau tetap di sini, menetaplah. Saya enggak akan memaksa.”

“Tapi Mas tetap enggak akan milih aku, ‘kan?”

Alaric diam sejenak. Dia tidak menyangkal.

Sienna menghembuskan napas panjang. Dia sudah tahu. Tapi masih saja berharap. Dan itu kesalahan terbesarnya. 

Alaric melirik jam tangannya. “Saya harus pergi.”

Hanya itu sebelum Alaric berbalik, menuruni tangga tanpa sekalipun menoleh. Sienna tetap berdiri di tempatnya. Kecewa, tapi tanpa air mata, tidak perlu. Karena untuk pertama kalinya sejak Angela masuk ke rumah tangganya, dia mulai bertanya-tanya, apa dia sedang berjuang untuk sesuatu yang masih bisa dimenangkan, atau hanya menolak kenyataan yang sudah jelas sejak awal?

Bab terkait

  • Istri Rahasia Sang Maharaja   2. Bukan Milikmu Sepenuhnya

    Memang tidak ada larangan bagi Sienna untuk ‘berkunjung’ ke lantai tiga, tapi kemunculan wanita itu untuk kedua kalinya di sana membuat Angela merasa tidak nyaman.Tepat ketika Angela sedang sarapan sendirian di meja makan bundar berlapis marmer hitam, yang berdiri kokoh di tengah ruang makan pribadinya, suara langkah Sienna terdengar mendekat.Sienna melirik ke tengah meja. Melihat lili putih segar yang berada di dalam vas bunga tinggi—bunga kesukaannya. Terendus aroma samar dari kelopak lili bercampur dengan wangi kopi yang mengepul dari cangkir Angela.Karena lantai tiga adalah wilayahnya, Angela akan bertindak selayaknya pemilik tempat. Tidak mungkin juga bersikap pura-pura tidak melihat seperti pagi tadi, ketika si istri pertama masuk tanpa permisi ke kamar si istri kedua.Melihat sikap Sienna yang bersedekap anggun, Angela menebak kalau wanita itu tidak akan bertindak brutal dengan menjambak rambutnya, menampar wajah, apalagi menyiramnya dengan kopi. “Silakan duduk, Mbak.” Sie

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Istri Rahasia Sang Maharaja   3. Lima Tahun Vs. Lima Hari

    Alaric sedang fokus pada pekerjaannya, ketika ponsel di atas meja bergetar. Meletakkan pena dengan gerakan perlahan, lalu memandang layar. Nama ‘Kakek’ tertera di sana. Tanpa ragu menjawab, meski lelah sudah dirasakannya sejak tadi.“Iya, Kek?” Daripada takut, Alaric hanya merasa terbebani. Tetap datar, seperti biasa.“Mau apa Sienna ke lantai tiga?” tanya Darmawan Maharaja, nadanya tegas tanpa basa-basi. “Dua kali dia ke sana hari ini.”Alaric diam sejenak. Tangannya tanpa sadar memutar pena di atas meja. Tidak terkejut kalau cuma satu kali, karena dia tahu Sienna masuk saat dia dan Angela sedang bercinta pagi tadi—kejadian yang coba dia lupakan karena hanya menambah beban pikiran. “Saya enggak tau, Kek. Mungkin sekedar sapa, karena Sienna belum pernah tatap muka langsung sama Angela.”“Sekedar sapa apanya?” Darmawan tiba-tiba berang. Suaranya meninggi menjadi bentakan kecil yang khas. “Udah saya bilang ceraikan dia, kenapa kamu kalah sama perempuan enggak berguna itu?”“Kek, kan ud

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Istri Rahasia Sang Maharaja   4. Rutinitas Malam

    Alaric membuka pintu kamar Angela tanpa mengetuk lebih dulu. Kebiasaan selama lima hari ini. Dia tahu Angela tidak pernah mengunci pintu, karena selain dia, tidak ada yang naik ke lantai tiga. Sienna pun baru pagi tadi.Angela yang sedang duduk di ujung ranjang sontak menoleh. Rambut masih setengah basah, dia baru saja mandi. Pandangannya langsung bertemu dengan Alaric. Singkat keterkejutannya, lalu cepat-cepat mengalihkan mata, seperti biasa.“Baru nyampe, Mas?” Pelan Angela bertanya.Alaric melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya. “Iya.” Singkat jawabnya, tapi cukup.Suasana kamar langsung terasa aneh. Keduanya masih saja canggung saat bertemu, meski alasan mereka berada dalam situasi ini sangat jelas.Angela memainkan jemarinya di atas paha, berusaha mengisi keheningan. “Saya pikir Mas bakal telat.”“Meeting-nya cepat selesai.” Sebelum akhirnya duduk di sofa dekat ranjang. Alaric tidak langsung menatap Angela, malah sibuk melepas jam tangan. “Ada masalah?”Angela menggeleng. “

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Istri Rahasia Sang Maharaja   5. Ketika Malam Bicara

    Angela terbangun saat langit di luar sana masih gelap. Kamar kembali sunyi. Refleks menoleh ke sofa. Kosong.Alaric sudah pergi.Tidak ada jejak keberadaan pria itu, kecuali aroma samar sabun yang menempel di sprei, meski si suami tidak berbaring di sisinya semalaman. Angela menarik napas pelan, mencoba mengusir kecewa yang bahkan dia sendiri tidak mau mengakuinya.Dia tahu. Harusnya sudah terbiasa. Semestinya tidak masalah, karena dia punya alasan kuat saat memulai dan tetap bertahan sampai akhir tanpa harapan berlebihan.Turun dari tempat tidur, Angela melangkah menuju kamar mandi, membasuh wajah. Begitu menatap pantulan dirinya di cermin, dia sadar. Tidak ada bekas ciuman, pelukan, atau kata manis nan lembut tadi malam.Cuma tubuh yang dipakai, lalu ditinggalkan.Angela menyeka wajahnya dengan handuk. Kalau begini terus, dia akan cepat menua sebelum waktunya.***Alaric baru pulang dari berolahraga. Dia masuk ke kamar Sienna tanpa mengetuk, langsung menuju lemari. Mengambil setelan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05

Bab terbaru

  • Istri Rahasia Sang Maharaja   5. Ketika Malam Bicara

    Angela terbangun saat langit di luar sana masih gelap. Kamar kembali sunyi. Refleks menoleh ke sofa. Kosong.Alaric sudah pergi.Tidak ada jejak keberadaan pria itu, kecuali aroma samar sabun yang menempel di sprei, meski si suami tidak berbaring di sisinya semalaman. Angela menarik napas pelan, mencoba mengusir kecewa yang bahkan dia sendiri tidak mau mengakuinya.Dia tahu. Harusnya sudah terbiasa. Semestinya tidak masalah, karena dia punya alasan kuat saat memulai dan tetap bertahan sampai akhir tanpa harapan berlebihan.Turun dari tempat tidur, Angela melangkah menuju kamar mandi, membasuh wajah. Begitu menatap pantulan dirinya di cermin, dia sadar. Tidak ada bekas ciuman, pelukan, atau kata manis nan lembut tadi malam.Cuma tubuh yang dipakai, lalu ditinggalkan.Angela menyeka wajahnya dengan handuk. Kalau begini terus, dia akan cepat menua sebelum waktunya.***Alaric baru pulang dari berolahraga. Dia masuk ke kamar Sienna tanpa mengetuk, langsung menuju lemari. Mengambil setelan

  • Istri Rahasia Sang Maharaja   4. Rutinitas Malam

    Alaric membuka pintu kamar Angela tanpa mengetuk lebih dulu. Kebiasaan selama lima hari ini. Dia tahu Angela tidak pernah mengunci pintu, karena selain dia, tidak ada yang naik ke lantai tiga. Sienna pun baru pagi tadi.Angela yang sedang duduk di ujung ranjang sontak menoleh. Rambut masih setengah basah, dia baru saja mandi. Pandangannya langsung bertemu dengan Alaric. Singkat keterkejutannya, lalu cepat-cepat mengalihkan mata, seperti biasa.“Baru nyampe, Mas?” Pelan Angela bertanya.Alaric melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya. “Iya.” Singkat jawabnya, tapi cukup.Suasana kamar langsung terasa aneh. Keduanya masih saja canggung saat bertemu, meski alasan mereka berada dalam situasi ini sangat jelas.Angela memainkan jemarinya di atas paha, berusaha mengisi keheningan. “Saya pikir Mas bakal telat.”“Meeting-nya cepat selesai.” Sebelum akhirnya duduk di sofa dekat ranjang. Alaric tidak langsung menatap Angela, malah sibuk melepas jam tangan. “Ada masalah?”Angela menggeleng. “

  • Istri Rahasia Sang Maharaja   3. Lima Tahun Vs. Lima Hari

    Alaric sedang fokus pada pekerjaannya, ketika ponsel di atas meja bergetar. Meletakkan pena dengan gerakan perlahan, lalu memandang layar. Nama ‘Kakek’ tertera di sana. Tanpa ragu menjawab, meski lelah sudah dirasakannya sejak tadi.“Iya, Kek?” Daripada takut, Alaric hanya merasa terbebani. Tetap datar, seperti biasa.“Mau apa Sienna ke lantai tiga?” tanya Darmawan Maharaja, nadanya tegas tanpa basa-basi. “Dua kali dia ke sana hari ini.”Alaric diam sejenak. Tangannya tanpa sadar memutar pena di atas meja. Tidak terkejut kalau cuma satu kali, karena dia tahu Sienna masuk saat dia dan Angela sedang bercinta pagi tadi—kejadian yang coba dia lupakan karena hanya menambah beban pikiran. “Saya enggak tau, Kek. Mungkin sekedar sapa, karena Sienna belum pernah tatap muka langsung sama Angela.”“Sekedar sapa apanya?” Darmawan tiba-tiba berang. Suaranya meninggi menjadi bentakan kecil yang khas. “Udah saya bilang ceraikan dia, kenapa kamu kalah sama perempuan enggak berguna itu?”“Kek, kan ud

  • Istri Rahasia Sang Maharaja   2. Bukan Milikmu Sepenuhnya

    Memang tidak ada larangan bagi Sienna untuk ‘berkunjung’ ke lantai tiga, tapi kemunculan wanita itu untuk kedua kalinya di sana membuat Angela merasa tidak nyaman.Tepat ketika Angela sedang sarapan sendirian di meja makan bundar berlapis marmer hitam, yang berdiri kokoh di tengah ruang makan pribadinya, suara langkah Sienna terdengar mendekat.Sienna melirik ke tengah meja. Melihat lili putih segar yang berada di dalam vas bunga tinggi—bunga kesukaannya. Terendus aroma samar dari kelopak lili bercampur dengan wangi kopi yang mengepul dari cangkir Angela.Karena lantai tiga adalah wilayahnya, Angela akan bertindak selayaknya pemilik tempat. Tidak mungkin juga bersikap pura-pura tidak melihat seperti pagi tadi, ketika si istri pertama masuk tanpa permisi ke kamar si istri kedua.Melihat sikap Sienna yang bersedekap anggun, Angela menebak kalau wanita itu tidak akan bertindak brutal dengan menjambak rambutnya, menampar wajah, apalagi menyiramnya dengan kopi. “Silakan duduk, Mbak.” Sie

  • Istri Rahasia Sang Maharaja   1. Sebagaimana Seharusnya

    “Mas,” rintih Angela, gemetar dan berusaha mengendalikan diri sekuat tenaga.“Tahan. Jangan mendahului saya.” Alaric memperingatkan. Gerakannya tetap teratur, tapi dia sengaja memperlambat, seperti sedang menguji batas kesabaran Angela.“Ngh!” Angela makin tak tahan. Tubuhnya menegang, siap mencapai puncak, tapi tatapan kosong Alaric membuatnya ragu.“Fokus,” bisik Alaric, tegas. Entah kenapa, dia sendiri belum merasakan pelepasan. Pikirannya terpecah—antara tugas yang dipaksakan kakeknya dan bayangan Sienna yang entah sedang apa sekarang. Ini pertama kalinya dia bercinta dengan wanita lain. Matanya tertuju ke dinding, gerakannya kaku, hampir tanpa perasaan.“Saya ubah posisi, Mas?” Angela menawarkan, suaranya parau. Dia juga tidak nyaman—bukan cuma fisik, tapi perasaan aneh yang terus mengusik. Alaric bukan miliknya. Dia cuma istri kedua yang keberadaannya disembunyikan.“Oke,” angguk Alaric singkat. Tangannya menarik lengan Angela, memaksa bangkit bersamanya. “Duduk di pangkuan saya

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status