Setelah ketiga preman itu pergi, wanita itu bertepuk tangan berulang kali, “Sampah sudah beres, tapi aku harus mengepel air kencing preman bodoh itu,” gumamnya. Dan setelah mengingat sesuatu, dia menoleh ke arah Sammy yang bersembunyi tadi, “Hai Boy, ayo keluar. Orang-orang jahat itu sudah pergi.” panggilnya.
Sammy keluar dengan ekspresi yang masih ketakutan, “Oh, kenapa masih takut? Kemarilah dengan Bibi.” panggilnya lagi dan membuat Sammy mendekat perlahan.
“B-bibi, terima kasih. Bibi benar-benar keren seperti Bee,” kata si kecil dengan penuh rasa syukur, menambahkan pujian.
“Bee? Apa maksudnya lebah?”
Sammy menggeleng, dia tidak bermaksud menyebut wanita itu lebah, “Tidak, Bibi. Bee itu robot kuning kesukaanku. Bumble Bee, Bibi. Bibi jago berkelahi seperti Bumblebee.”
Tersenyum canggung sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Wanita itu tidak tahu bagaimana harus menanggapi ketika sikap buruk seperti berkelahi menjadi sesuatu yang luar biasa di mata anak kecil.
“Hmm, jadi apa yang ingin kamu lakukan sekarang? Mau ke mana kamu sampai tersesat di toko ini? Kenapa kamu tidak pulang saja ke rumah sepulang sekolah?”
Berbagai pertanyaan muncul dari wanita yang menolong Sammy, membuatnya harus berkata jujur tentang idenya untuk membolos dan niatnya untuk berziarah ke makam ibunya.
'Anak yang malang...' pikir wanita itu lirih. Tangannya mengulurkan tangan untuk merapikan rambut Sammy, “Lain kali katakan pada Papamu atau orang dewasa lainnya, oke? Sekarang, aku akan mengantarmu pulang dulu, ya? Ziarahlah bersama keluargamu lain kali. Lalu, siapa namamu?”
“Sammy, Bibi. Kalau Bibi? Kenapa Bibi busa hebat melawan preman-preman itu?” Sammy balik bertanya.
Wanita itu tersenyum, “Viona. Panggil saja aku Vio. Dan tolong jangan beritahu siapa pun tentang hal itu, ya? Bisa kan, Sammy?” Sambil menunjukkan jari kelingkingnya untuk dikaitkan ke jari Sammy, wanita bernama Viona itu menjawab.
Ya, namanya adalah Viona Bharadja, seorang wanita cantik dan energik berusia 29 tahun. Ia adalah pemilik Viona Florist yang baru saja beroperasi minggu ini, menggantikan toko bunga sebelumnya yang entah kenapa menjual toko dan bunga-bunga di sana dengan harga murah.
“Ayo, Sammy, aku antar kamu pulang,” ujar Viona yang mulai beranjak merapikan beberapa barangnya yang berantakan karena ulah para preman, ‘Tapi, rumahmu di-, Akh!’ ucapannya terhenti, berganti dengan teriakan dan kemudian hening.
Viona terpeleset air seni preman tadi, membuatnya terhuyung-huyung dan kepalanya terbentur meja kasir. Wanita itu pingsan. Hmm, satu hal yang perlu diingat. Viona pandai berkelahi, tetapi untuk hal-hal kecil seperti itu, dia jelas ceroboh.
Bukankah akan terlihat konyol jika wanita sekuat Bumblebee terpeleset saat buang air kecil? Hihi...
***
Clayton Health Center, sebuah rumah sakit swasta milik keluarga terpandang di ibukota, tempat Viona dirawat.
Sore ini Viona terbangun dengan rasa sakit yang masih terasa di kepalanya. Hal pertama yang dilihatnya adalah seorang pria tampan bak pangeran yang diceritakan dalam novel-novel roman yang sering dibacanya. Pria itu duduk di kursi di samping jendela tepat di sebelahnya.
Pria itu duduk dengan menyilangkan kakinya yang panjang. Mengenakan kemeja bergaris dengan dasi hitam yang diikat rapi di kerah lehernya.
Wajahnya yang sangat tampan bermandikan cahaya matahari pagi, membuat lekukan rahangnya yang tegas semakin menawan di mata Viona. Ekspresinya yang acuh tak acuh memberikan kesan bahwa pria itu adalah seorang Raja yang dingin dan kaku.
Pria tampan yang merasa sedang diperhatikan itu segera menoleh ke arah Viona dengan tatapan tajam. Tatapan matanya bagaikan pisau yang dapat menggores kulit karena begitu tajam, membuat Viona merasa malu, gugup lebih tepatnya, karena aura yang dipancarkan oleh pria tersebut benar-benar mematikan.
Viona yang tidak terbiasa diawasi dengan begitu intens merasa canggung dan terganggu. Apalagi saat pria itu melihat tingkah konyolnya yang menyeka air liur dari sudut bibirnya.
'Ya ampun, sungguh memalukan. Kenapa sampai ngiler seperti ini?” umpatnya dalam hati.
Mengabaikan rasa tidak nyaman yang disebabkan oleh tatapan tajam pria itu, Viona memberanikan diri untuk bertanya, “Maaf, Pak. Bagaimana aku bisa sampai di sini? Siapa yang membawaku ke sini?”
“Dan apakah kamu melihat seorang anak kecil, mungkin berumur sembilan tahun kalau tidak salah. Hmm, aku rasa namanya Sammy.”
“Anak kecil berseragam sekolah?” kata pria itu, mengangkat alisnya ketika mendengar penjelasan Viona. Kemudian dia mengalihkan pandangannya ke kanan, lalu menjawab pertanyaan Viona dengan nada suara yang datar, “Maksudmu anak itu?”
Viona mengikuti tatapan pria itu, yang kaku seperti patung es yang tidak tahu kapan akan mencair. Dan dia menemukan si kecil tampan yang sedang tertidur lelap.
“Ya, benar, itu anaknya!” jawabnya spontan, namun segera Viona menutup bibirnya. Tanpa menunggu jawaban dari pria itu, Viona perlahan-lahan beranjak dari tempat tidurnya.
“Nyenyak sekali, syukurlah dia tidak kaget,” Viona bergumam, tetapi pria di dekatnya masih bisa mendengarnya. Viona merasa lega, akhirnya ia dapat menolong si kecil. Viona mengalihkan pkamungannya ke pria yang masih duduk santai dan menatapnya dengan tajam.
“Hei, Pak, kamu siapanya anak ini?” Viona bertanya, berulang kali memastikan bahwa mereka berdua mirip.
“Hmm, aku Papanya. Terus kenapa?” jawab pria itu dengan nada yang masih datar.
Viona kembali memastikan kemiripan mereka, dan setelah itu menarik napas dalam-dalam sebelum mengungkapkan kekecewaannya.
“Oh, jadi kamu Papanya?” Viona bertanya lagi. Dia berdehem sejenak, agar bisa berbicara dengan lancar pada pria tampan yang sudah lama terdiam, “Ahem, apa kau tahu orang tua macam apa kau yang dengan cerobohnya membiarkan anak kecil berjalan dan tersesat di tokoku?”
“Coba pikirkan, jika anak ini tidak sengaja menjadi target penculikan preman yang sedang mabuk dan butuh uang? Kalau dia dijual seharga lima juta saja, mereka bisa nge-fly sampai mati, tau!” Viona meninggikan nada bicaranya pada pria itu. Terlihat jelas bahwa kali ini ia sedang emosi, mengingat ketakutan Sammy saat itu.
Pria di depannya terlihat bergerak, membenarkan posisi duduknya, tapi tatapannya tajam ke arah Viona.
“Kamu diam dan dengarkan aku dulu!” Viona langsung memotong.
“Aku diam sejak tadi,” pria itu menjawab tak acuh.
“Benar juga,” guman Viona spontan, “Tapi kau tidak lihat wajah anakmu pucat pasi ketakutan saat didekati preman-preman di sana, kan? Dia ketakutan! Lalu, di mana kau, yang katanya papanya?”
“Permisi, Tuan Clayton. “Dokter sudah datang, ya...” kata seorang perawat yang terlihat membuka pintu lebar-lebar. Dari sana masuklah seorang pria berkacamata yang disebut-sebut oleh dokter yang ingin memeriksa kondisi pasien di ruangan itu.
“Halo, Tuan Joe Clayton...” kata dokter itu.
Viona terdiam, namun bukan karena dokter yang datang dan menghampirinya untuk memeriksanya. Namun, nama yang disebut perawat tadi terasa familiar.
“J-Joe Clayton?” Viona tergagap menyebutkan namanya.
Joe Clayton, Presiden Direktur The Eye God Tower, sebuah perusahaan ternama yang baru tiga hari lalu Viona datang untuk melamar pekerjaan. Tentu saja dia bisa mengenali calon bos besarnya sendiri. Namun karena wajah orang kaya ini jarang terekspos oleh media, Viona tidak langsung mengenalinya.
“Tunggu!” Ucapan spontan Viona berhasil membuat perhatian semua orang di ruangan itu terfokus padanya, “Jadi kalau dia adalah Joe Clayton, apakah itu berarti Sammy adalah anak emas keluarga Clayton?”
Viona langsung mendapat anggukan serentak dari dokter dan dua perawat di sana.
‘Mati aku. Aku sebodoh ini sampai-sampai mengumpat calon bos besarku!’ umpatnya dalam hati. Kemudian, dia menoleh lagi ke calon bosnya, “Benarkah aku menolong anak emas keluarga Clayton? Itu bukan mimpi, kan?” Sekali lagi, semua orang mengangguk, kecuali Joe.
Viona kembali ke tempat tidur pasiennya, membiarkan dokter memeriksa kondisinya. Dengan patuh, wanita itu menjawab pertanyaan-pertanyaan dokter kepadanya. Tubuhnya terlalu lemah karena ia masih tidak percaya bahwa ia telah membantu penerus keluarga Clayton yang digadang-gadang sebagai keluarga bisnis paling top di negeri ini.
“Tuan Presiden, tampaknya Tuan Muda Samuel dan Nona ini dalam keadaan baik. Syukurlah, benturan di kepala Nona Viona tidak menyebabkan sesuatu yang tidak diinginkan. Kami akan segera memberikan laporan kesehatan secara rinci. Kami permisi dulu, Tuan.” Dokter melaporkan hasil pemeriksaannya dan pergi setelah Joe memberikan anggukan singkat.
Setelah dokter dan perawat pergi, Joe melirik ke arah Viona lagi, seakan-akan dia tahu ekspresi wanita di depannya saat ini, yang sedang memikirkan apa yang akan dia dapatkan setelah menolong anaknya.
“Sebut satu permintaan.” Dengan nada datar, Joe berbicara sambil menatap Viona.
"Kamu bicara padaku?” tanya Viona, yang menjawab dengan bingung.“Apakah ada makhluk lain di sini selain kita dan anakku yang sedang tidur?” Joe menjawab dengan tajam.Setelah mendengar apa yang baru saja dikatakannya, Viona menggerakkan tangannya dengan kuat sambil menggelengkan kepalanya, “Tidak, tidak. Kamu tidak perlu membalas apapun. Aku dengan tulus membantu si kecil. Dan lagi, aku sudah dibawa ke sini. Itu sudah lebih dari cukup, Pak.”“Meskipun aku tidak tahu persis siapa yang membawaku ke sini, tapi kalau bukan karena bantuan keluarga si kecil, mungkin aku sudah tidak ada di sini karena sudah pindah, hehe. Jadi kita impas,”Dengan tegas Viona menolak tawaran tersebut. Memang, dialah yang menyelamatkan si kecil, tanpa mengetahui latar belakang si kecil, tapi itu semua murni karena ia peduli pada malaikat kecil itu. Dan akan sangat tidak sopan jika dia masih meminta imbalan.Viona sangat bersyukur bahwa ia masih dalam keadaan sehat dan dapat terus menjalankan rencana hidupnya. D
Kembali ke Pusat Kesehatan Clayton setelah setengah jam, Viona pergi dari sana. Atau tepatnya, setelah Sammy terbangun dari tidur panjangnya.Saat ini, suasana di ruangan dingin itu cenderung terasa pengap karena kedua pria berbeda usia di sana saling bertukar pandang kesal.Sammy, dengan wajah merah setelah menangis begitu keras, kini menyilangkan kedua tangannya di dada, menatap tajam ke arah Joe, Papanya. Sementara itu, duda tampan itu terlihat lebih santai, meski tak mau mengalah pada ego anaknya.“Jadi, kamu masih tidak mau menerima kesalahanmu? Apa kamu masih keras kepala seperti ini?” Joe memecah keheningan mereka.“Aku tidak keras kepala, Papa. Papa yang salah karena membiarkan Bibi Bee pergi!” Tangis Sammy kembali pecah seiring dengan pengulangan pertanyaannya.Dia ingin berbicara dengan bibinya lagi setelah Viona siuman dari pingsan, tetapi setelah dia berhasil menelpon Papanya dan membawa Viona ke rumah sakit, obat penenang yang biasa diberikannya untuk mencegah tantrum memb
“Apa maksudmu tidak cukup?” Viona langsung mengangkat alisnya, “Kalian memaksakan kehendak kalian tanpa alasan dan sekarang aku curiga kalian hanya ingin menjebakku. Itu benar, kan?”Viona merasa jengkel dengan sikap orang kaya seperti ini, 'Apakah menyenangkan membuat orang susah seperti ini?“Bukan itu maksud kakak saya, Nona. Yang kami maksud adalah, kamu tidak perlu memberikan bukti apa pun. Orang-orang kami telah memeriksa situasi di sekitar area toko dari rekaman CCTV. Sammy adalah orang yang datang ke toko bunga sendirian dan dari cerita keponakan saya, semua yang terjadi sudah sesuai.”“Jadi, kau dipanggil ke sini karena kakakku benar-benar ingin membalas kebaikanmu. Tolong katakan saja apa yang kau inginkan. Anggap saja ini adalah cara kami berterima kasih, Nona,” jelas Ben.“Aku akan membayar dengan tubuhku dan kau akan menjadi istriku.” Kata-kata Joe barusan seakan menghentikan detak jantung Viona seketika.'Apa-apaan ini?! Kau pikir kau siapa, hei!’ Viona langsung mengumpat
Joe yang hendak mengejar, dengan cepat didorong oleh Ben, “Apalagi yang ingin kau lakukan? Apa lagi yang kau butuhkan darinya?”Terdiam dan tidak bisa menjawab. Joe pun bingung mengapa ia begitu tertarik untuk menanggapi keberanian Viona. Duda tampan itu memilih untuk mengabaikan Ben dan beranjak ke kursinya.“Kenapa kau tidak menjawab?” Ben melanjutkan, “aku tidak sedang bermimpi, kan? Kudengar kau melamar gadis itu tadi. Apa kau sudah mulai move on, bro? Wow, bagus sekali. Aku turut berbahagia untukmu!”Ben tidak menyembunyikan kebahagiaannya ketika dia berpikir bahwa kakaknya sudah mulai membuka hatinya untuk wanita lagi. Sebagai adiknya, dia adalah orang yang paling tahu betapa hancurnya kakaknya ketika istrinya meninggal. Hanya Ben yang berada di sisi Joe saat sang kakak memutuskan hubungan dengan orang tua mereka dan memilih untuk membesarkan Sammy seorang diri.Melihat interaksi Joe dan Viona tadi membuat Ben menaruh harapan baik pada kehidupan kakaknya.“Diamlah. Berisik sekal
“Maaf, tapi aku benar-benar tidak mengerti apa maksud dari semua ini. Bagaimana mungkin aku bekerja di rumah pribadi Presiden Direktur?” Viona menyuarakan kebingungannya.“Itu dia, Nona. Saya akan menjelaskan detailnya kepada kamu. Menurut penilaian murni kami, kamu diterima untuk bekerja dan menjadi bagian dari The Eye God Tower tetapi tidak dipekerjakan di perusahaan tetapi di rumah pribadi presiden direktur sebagai pengasuh anak dan asisten pribadi presiden direktur.” “Perusahaan akan menggajimu dengan gaji yang layak. Kamu akan mendapatkan lima ratus juta rupiah untuk pekerjaan kamu selama masa kontrak satu tahun.”“Untuk detail pekerjaan apa saja yang harus kamu lakukan, Direktur Utama sendiri yang akan menjelaskannya kepada kamu setelah kamu setuju untuk menandatangani kontrak kerja.”“Kami akan memberikan waktu kepada kamu untuk memikirkan hal ini selama tiga hari mulai hari ini. Karena jika masa tenggang waktu tersebut terlewati, kesempatan ini akan diberikan kepada orang lain
Kembali ke rumah Joe yang megah. Papa satu anak ini juga mengabaikan makan malamnya setelah bercanda sebentar dengan Ben.Kini ia menghampiri Sammy, mencoba membujuk putranya untuk makan lebih banyak lagi. Karena sebelumnya hanya dua suap nasi yang berhasil masuk ke dalam mulut si kecil.“Sammy, ayo makan lagi. Koki sudah membawakan makan malam yang baru. Kau harus makan yang banyak agar cepat sehat kembali, ya?” Joe mengajak si kecil.“Aku sudah makan tadi, Papa. Aku sudah kenyang.” jawab si kecil tanpa mengalihkan pandangannya dari tab yang berisi video Viona.Joe menatap Ben yang baru saja bergabung setelah berganti pakaian, “Ben, kirimkan alamat Viona.” Joe berseru.“Apa maksudmu? Ya ampun, ternyata kau serius dengan wanita itu, ya?” Ben tidak menyangka dia akan mendapat kesempatan untuk mengejek kakaknya lagi.“Jangan bercanda, aku serius, Ben. Sore ini sekretarisku memberitahukan kalau Viona diterima di kantor. Aku tidak sempat melihat datanya tadi.” Joe menjelaskan, “Jangan bila
"Aku rasa kamu keliru, Pak.” Dia berkata memprotes, “Pertama, aku tidak pernah berjanji untuk bertemu dengan anakmu secepatnya. Aku juga tidak tahu kalau anak itu mencariku, kan? Lalu bagaimana anda bisa membuat aku merasa bahwa aku adalah penjahat dan anda adalah korban?”“Kedua, dan yang harus anda ingat adalah ini. aku tidak pernah mengingkari janjiku kepada siapapun karena aku bertanggung jawab atas setiap janji yang kubuat.”Viona mengambil beberapa langkah ke depan untuk mendekatkan jarak di antara mereka. Kini ia berdiri tepat di depan wajah Joe dengan berani.“Janji adalah harga mati dan keyakinan itu telah mengalir dalam tubuhku sejak aku lahir. Tolong ingat itu dan berhentilah berbicara untuk menghakimi orang lain.”“Aku pergi.”Viona menyatakan protesnya dengan tegas di depan wajah Joe. Wanita pemberani itu meninggalkan kesan yang kuat pada dirinya sendiri. Sekali lagi, ia menegaskan kepada Joe bahwa Viona adalah wanita yang unik dengan kepribadian yang tidak biasa.***Sete
"Bos, klien kita mengajukan komplain karena pembatalan pertemuan secara sepihak," Jansen melaporkan situasinya."Apa aku perlu memberitahumu apa yang harus dilakukan?" Viona menanggapi Jansen dengan acuh tak acuh, namun matanya terfokus tajam pada sosok pria tua yang baru saja dilumpuhkan Jansen.Sementara itu, Jansen tidak menjawab ketika menyadari tatapan yang berbeda dari atasannya."Aku tahu kau tidak tidur, Pak Tua. Angkat wajahmu dan mari kita bicara." Viona berbicara dengan tenang saat berbicara dengan pria tua yang duduk dengan tenang di depannya.Tidak ada rasa takut sedikit pun di mata wanita cantik itu. Namun, pria tua itu tampak bergeming ketika ia tertangkap basah sedang berpura-pura tidur oleh Viona.Namun, setelah Viona melihat dan mempelajari wajah pria itu dengan jelas, ia tersentak kaget,"Dia..." "Aku tidak tidak menyangka seorang wanita muda sepertimu ternyata seorang gangster." Pria itu berbicara, membuyarkan lamunan Viona.Meskipun dia terkejut karena dia menyada
Mari kembali ke beberapa part saat Angie menghilang.Dharma dan perusahaan keluarganya di ambang kebangkrutan setelah pewaris tunggal Keluarga Mangunjati itu dipenjara akibat tuduhan kelalaian yang mengakibatkan nyawa Annabella melayang.Nyatanya Annabella meninggal pasca operasi akibat kecelakaan tempo hari. Meski sempat sadar, tapi Bella mengalami gangguan jiwa yang membuatnya terdistraksi menghabisi nyawanya sendiri.Tuan Bisma dipenjara dengan banyak tuduhan menjalankan bisnis dengan kotor, membuatnya dijatuhi bertahun-tahun hukuman. Para mantan rekan bisnisnya memberatkan hukuman beliau dan bisa dikatakan Bisma akan mendekam di penjara seumur hidup.Selain Bisma, ada Hanum yang stress berat. Beban dosa dan rasa bersalahnya pada mendiang sahabatnya, Ivy, terus menghantuinya, terlebih mendengar kabar bahwa Angie menghilang dan sempat dinyatakan meninggal.Sudah kehabisan harta, suami di penjara, putri kesayanganpun tiada, kini Hanum dijauhi teman sosialita, lalu perlahan hidupnya t
Setelah tiba di rumah sakit, Joe harus menjalani operasi perut dan dirawat intensif. Tiga hari pasca operasi ia dinyatakan koma, tapi syukurlah pada akhirnya ia kembali membuka mata dan bangun. Tepat satu minggu, barulah ia dibolehkan untuk berpindah ke ruang rawat biasa.Selain Bill dan Ben, hanya Tuan Royce yang terlihat berbolak-balik berada di depan ruangannya. Dan ketika sudah dinyatakan pulih dan bisa dijenguk, Joe melihat wajah mertuanya ketika menjenguk dan itu membuatnya tersenyum.Ben yang saat ini sudah lebih baik dan duduk di atas kursi rodanya, duduk di samping ranjang pasien Joe. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Joe dengan nada pelan, bahkan senyumnya juga terlihat dipaksakan.“Yang benar saja. Sepertinya pertanyaan ini lebih cocok kutanyakna untukmu,” Ben menjawab dengan candaan, “Bagaimana rasanya menjadi Raja tidur? Apa kau tahu, Joe, sepanjang hari menunggumu bangun aku mengeluh pada Tuhan kalau aku lebih baik mendengarmu memakiku seumur hidup daripada mendengar tangisa
Ben dan Joe tergeletak tidak berdaya. Keduanya meregang sakit yang tiada tara. Sementara itu Axe yang sudah bangkit, mendekati mereka dan menambah sakitnya.Seperti manusia tanpa hati, Axe menendang tubuh Joe dan Ben berkali-kali seolah keduanya hanyalah sekarung sampah yang wajar ditendang keras untuk menjauh.“Angie milikku. Kalian hanya merusaknya, jadi kalian harus mati!” kalimat ini terus Axe gumamkan dengan ekspresi senyuman yang mengerikan. Ya, itu adalah kepribadian jahatnya yang jelas muncul saat ini.Sambil tertawa dan terus menggumamkan kepemilikannya atas Angie, Axe tidak sedikitpun menaruh ampun pada kakak beradik yang setengah mati menahan kesakitan.Ia berhenti menghajar dua pria malang itu untuk memeriksa isi senjata api di tangannya.“Hmm, pas sekali karena peluruku tertinggal dua. Cukup untuk membunuh kalian berdua, haha!” tawanya mengejek, “Tapi sebenarnya tanpa melakukan apapun kalian sudah akan dijemput malaikat kematian!”“Tapi sepertinya aku itdak ingin lagi men
Di area pergudangan penyimpanan barang bekas perkapalan yang sudah tidak dioperasikan lagi. Di sanalah semua orang berkumpul setelah mengikuti arah laju mobil yang membawa Axe dan Angie.Dengan petunjuk yang Bill berikan, Joe dan Ben tiba di tempat tersebut.“Apa tidak berlebih sekali mengepung pria itu sampai seperti ini?” Ben bertanya dengan ekspresi rumit, “Harusnya kita tanya dulu baik-baik, kan? Karena selama ini kita tidak punya sedikitpun masalah dengannya,” sambungnya mengutarakan kebimbangan.“Kalau hanya mau basa-basi lalu apa yang kau lakukan sampai meminta bantuan temanmu di militer?” Joe mengomentari, “Lagipula kalau dia tidak bermasalah, untuk apa dia langsung kabur menerobos barikade? Dia yang paling tahu bagaimana prosedur pemeriksaan, kan? Kalau nggak punya salah, untuk apa si brengsek itu lari sampai ke sini?” Joe memberikan penilaian tepat.“Aku keluar sekarang!” sambungnya dan langsung turun dari Lamborghini Ben, menuju kerumunan petugas keamanan gabungan di depan
Angie berbalik badan dan berjalan perlahan mengikuti arah anak buah Axe.“Angie?” Axe memanggilnya lagi, tapi kali ini Angie tidak berbalik badan, “Bagaimana kalau nanti kau bertemu dengan Joe lagi? Apa kau akan ikut dia dan meninggalkanku dengan semua konsekuensi yang akan kalian tanggung nanti?” sambung Axe bertanya, dan itu sulit jelas sulit untuk dijawab.“Memangnya aku bisa apa? Aku bukan sepupu Tuhan yang bisa membujuk Tuhan untuk membuat hidupku baik-baik saja. Aku hanya manusia yang harus menerima apa dan seperti apa nasibku, kan? Aku perempuan lemah yang hanya bertahan hidup dengan masa depan yang sudah kau atur seperti ini,”“Kenapa kau tidak membiarkan Tuhan memainkan takdir sesuai keinginan-Nya?” dengan kalimat lirih Angie menjawab. Ia pun melanjutkan langkahnya yang kesusahaan, menjauh dan terus melangkah membelakangi Axe.“Kenapa harus membawa nama Tuhan, Babe? Kenapa kau terlihat pasrah dengan semua hal? Kau seperti bukan Bidadari kecil yang kukenal. Angie-ku tidak seme
“Kondisimu sedang tidak baik-baik saja, Nona. Sudah tiga hari ini kau mengalami perdarahan. Itu tandanya ada yang tidak beres dengan kandungan dan bayinya, Nona,” Dokter yang menangani Angie saat ini bersuara. Di sana juga ada Axe yang ikut mendengarkan penuturan sang dokter.“Jenderal, sepertinya kita harus kembali ke kota untuk memeriksakan secara intens kondisi Nona Angie,” ucap sang dokter lagi pada Axe. Axe terdiam mematung sambil memperhatikan raut wajah Angie yang seolah tidak beremosi.“Angie, kenapa kau diam seperti ini. Katakan sesuatu. Jangan membuatku bingung mengambil keputusan untukmu dan bayinya.” Axe bertanya lembut.“Apa aku punya pilihan? Sejak kau membawaku ke sini, aku memang sudah tidak punya pilihan lagi. Bukannya hidupku sudah kau tetapkan?” Angie terdengar putus asa. Ia tidak bisa berpikir, “Tapi kalau sampai anakku kenapa-kenapa, kurasa aku akan bunuh diriku di depanmu,”Perlahan, air mata Angie turun. Ia sepenuhnya bingung dan itu terlihat jelas di mata Axe.
Di rumah sakit terdekat, Dharma dengan pakaian bersimbah darah setelah mengangkat Bella dan membawanya ke rumah sakit, duduk tertunduk di koridor rumah sakit, tepat di depan pintu ruang operasi.Pikirannya kacau dan ada rasa penyesalan di hatinya. Kalau saja dia tidak membuat Bella mengejarnya hingga jauh. Kalau saja Bella berhenti di kantor saja dan membiarkannya pergi. Kalau saja tidak ada peristiwa video yang menghebohkan hari ini, tidak mungkin Bella mengalami kecelakaan seperti ini.“Dharma!” suara yang dikenal Dharma terdengar dan mengalihkan pandangannya.‘Bibi Hanum,” sebut Dharma dalam hati. Perlahan ia bangkit menghampiri Hanum yang mendekatinya.“Apa yang terjadi dengan Bella? kenapa dia bisa mengalami kecelakaan seperti ini?” Hanum bertanya sambil menangis pilu, meminta penjelasan Dharma tentang putrinya.“Bibi, maafkan aku,” ucap Dharma lemah dengan rasa bersalah yang sudah menumpuk di hatinya.“Jangan mengatakan maaf sekarang. Katakan padaku apa yang terjadi pada Bella?!
Saat ini di perusahaan keluarga Mangunjati sedang mengadakan pertemuan besar dengan para pemegang saham dalam rangka pembahasan pembelian saham Bharadja yang merosot tajam.Dharma sebagai pimpinan perusahaan, ingin mengakuisisi saham Bharadja guna memperbesar sayap perusahaan keluarganya.Hadir juga Bella yang merupakan salah satu penanam modal di perusahaan kekasihnya dan juga sebagai wakil dari Bharadja. Namun, saat ini tidak ada pembicaraan di antara keduanya.Dharma menolak untuk bicara dengan Bella semenjak skandal Bella terbongkar di depan mata kepalanya sendiri.Rapat sudah dimulai dengan rancangan yang sudah tersusun mantap untuk mengambil alih saham Bharadja. Namun, saat sekretaris Dharma memutar video perencanaan yang lain, bukannya video tentang perusahaan yang terputar, melainkan video suasana di sebuah kamar hotel.Vidio tersebut menampilkan seorang pria dan wanita yang sedang melakukan adegan panas dengan penuh gairah. Wajah si wanita telah tersamarkan dan meninggalkan w
"Jenderal, laporan tentang pergerakan saham The Eye God Tower mulai stabil. Dengan memutuskan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan kecil yang bermasalah, dua bersaudara itu berhasil bertahan,” seorang anak buah melaporkan perkembangan perusahaan Joe pada Axe.Tanpa menoleh, Axe hanya menaikkan senyuman tipis seakan dirinya sudah tahu kalau Joe bukanlah pria sembarangan.“Apa kau sudah menyiapkan hadiah kecil untuk jenius sombong itu? Aku rasa kau bisa mengacaukan apa yang sedang dikerjakannya,” tanya Axe yakin dan terkesan melewatkan apa yang baru saja anak buahnya sampaikan dan mengubah topic sesuka hati.“Sedang kuusahakan, Jenderal. Tapi sepertinya aku menemukan kabar baru yang menghebohkan,” ucap anak buahnya lagi, tapi lagi-lagi Axe acuh, “Ini tentang Nona Angie, Jenderal,” saat nama Angie terdengar, Jenderal muda itu segera menoleh cepat.“Apa itu?”“Berita ibukota dihebohkan dengan kabar pernikahan rahasia Joy Clayton dengan Nona Angie, dan fakta menyebutkan bahwa pernikahan