“Apa maksudmu tidak cukup?” Viona langsung mengangkat alisnya, “Kalian memaksakan kehendak kalian tanpa alasan dan sekarang aku curiga kalian hanya ingin menjebakku. Itu benar, kan?”
Viona merasa jengkel dengan sikap orang kaya seperti ini, 'Apakah menyenangkan membuat orang susah seperti ini?
“Bukan itu maksud kakak saya, Nona. Yang kami maksud adalah, kamu tidak perlu memberikan bukti apa pun. Orang-orang kami telah memeriksa situasi di sekitar area toko dari rekaman CCTV. Sammy adalah orang yang datang ke toko bunga sendirian dan dari cerita keponakan saya, semua yang terjadi sudah sesuai.”
“Jadi, kau dipanggil ke sini karena kakakku benar-benar ingin membalas kebaikanmu. Tolong katakan saja apa yang kau inginkan. Anggap saja ini adalah cara kami berterima kasih, Nona,” jelas Ben.
“Aku akan membayar dengan tubuhku dan kau akan menjadi istriku.” Kata-kata Joe barusan seakan menghentikan detak jantung Viona seketika.
'Apa-apaan ini?! Kau pikir kau siapa, hei!’ Viona langsung mengumpat, tentu saja hanya di dalam hatinya. Wanita itu terbatuk-batuk tersedak ludahnya sendiri.
“Apa aku tidak salah dengar?” Sambil terbatuk-batuk, Viona menoleh ke arah Ben, “Bos, bisakah kau menerjemahkannya untukku?” Ben seolah-olah menjadi mesin yang menerjemahkan bahasa tubuh saudaranya.
Ben, yang menjadi harapan Viona untuk dapat menjelaskan maksud dari orang asing di depannya ini, malah ikut bergabung.
“Joe, bisakah kau menggunakan bahasa manusia saat berbicara? Apa maksudmu tadi? Jangankan dia, aku saja bingung dengan maksudmu.” Ben kehilangan akal sehatnya saat menghadapi kakaknya.
“Apa maksudmu, karena aku menolong anakmu, kamu mau menikah denganku, begitu?” Viona yang tak bisa lagi menahan kekesalannya, mengklarifikasi maksud Joe.
Namun, si pembuat onar itu menjawab dengan santai, “Ya, kau boleh berpikir seperti itu. Jadilah ibu untuk anakku atau aku akan meratakan toko bungamu dengan tanah.”
Seorang pria super kaya, duda tampan dengan satu anak yang kehidupannya jarang terekspos media, yang terkenal dengan sikapnya yang dingin, yang bisa membuat siapa saja yang bertemu dengannya menjadi takut. Sekarang, mudah sekali mengatakan sesuatu yang sangat serius bagi kehidupan seseorang.
“Apa hubungannya dengan toko bunga? Jika kau mengatakan sesuatu tolong yang masuk akal!” Viona memprotes. Bahasanya juga mulai tidak santai terhadap Joe, “Sepertinya aku yang menabrak tepi meja lalu pingsan, tapi kenapa sekarang kau yang sinting?”
“Sepertinya otakku juga sudah bergeser karena kekonyolan kakakku,” Ben menanggapi celotehan Viona.
Joe, yang sedang memperhatikan dua orang konyol di depannya, juga mengerucutkan bibirnya. Menambah keindahan pada ekspresi wajah yang terpahat sempurna.
'Ya ampun, ada apa ini? Kenapa sepertinya ada saja masalah yang suka mengajakku kencan...' keluhnya dalam hati.
Jika kalimat itu keluar dari mulut orang lain, mungkin tidak akan berdampak sedikit pun dan hanya akan dianggap sebagai lelucon murahan oleh Viona. Tapi di sinilah dia, seorang Joe Clayton. Kata-katanya yang ingin menjadikan Viona sebagai istrinya terdengar mengerikan.
Joe Clayton, orang dewasa terkaya di negara ini dengan sesukamul pernikahan tanpa restu yang membuat anaknya menjadi anak haram, ops!
'Anak haram? Benar, bukankah dia punya anak tanpa istri? Dan gosipnya, tidak ada yang tahu siapa ibu Sammy, kan? Tapi Sammy bilang kemarin dia ingin mengunjungi makam ibunya, kan?
Pikiran Viona mengembara ke mana-mana dan kemudian dia punya ide untuk membalas omong kosong pria gila ini. Viona mengatur posisi duduknya agar lebih tenang.
“Maaf jika ini agak sensitif untuk ditanyakan. Tapi kenapa kau ingin aku menjadi istrimu? Sementara itu, tidak ada yang tahu tentang ibunya Sammy, kan? Rumor yang beredar mengatakan bahwa kau tidak pernah terlihat bersama wanita lain. Atau jangan-jangan... kau... gay?” ujar Viona asal-asalan.
“Haha!” Ben tertawa terbahak-bahak hingga ia membungkuk menahan sakit perut. Ekspresi wajah Joe berubah menjadi galak, membuat seluruh ruangan menjadi suram.
Ben yang tak sengaja menoleh ke arah kakaknya, langsung menarik rem untuk berhenti tertawa. “Ahem. Nona, tolong jangan bicara sembarangan. Itu namanya merendahkan harga diri kakakku. Bagaimana ceritanya putra tertua Keluarga Clayton menjadi gay? Apa kau tahu atau pernah melihat kalau kakakku seorang gay?”
Ben kesulitan menahan tawa ketika membela kakaknya, “Kalau kakakku gay, kenapa dia melamarmu untuk menjadi istrinya?” lanjutnya lagi.
“Mana aku tahu. Tapi bisa saja, kan, ceritanya mirip dengan novel-novel yang bisa dibaca secara gratis di ponsel sekarang ini. Ada banyak cerita tentang pasangan gay yang menutupi orientasi dengan menikah. Jadi, perempuan itu hanya dijadikan pengalihan perhatian publik.” Viona tidak merasa bersalah.
Ben tertawa lagi sampai terbatuk-batuk, “Maaf, Joe, aku tidak bisa membantumu kali ini. Wanita ini terlalu berani.” katanya sambil tertawa. Ia juga menepuk pundak Joe berkali-kali karena saking geli.
“Bisakah kau keluar dulu?” kata Joe dengan dingin sambil melirik Viona dengan tatapan tajamnya.
Ben langsung tersedak ludahnya sendiri saat melihat kakaknya berdiri, “Joe, kau mau apa? Jangan kelewatan!” Ben bertanya dengan cemas saat melihat ekspresi kakaknya yang seolah-olah hendak memakan Viona.
Sambil membuka kancing kemeja di pergelangan tangannya, Joe menyeringai tepat di depan wajah Viona, “Aku tidak melakukan hal bodoh. Aku cuma mau menunjukkan orientasi seksualku pada wanita pintar ini. Tidak ada yang salah dengan hal itu, kan?”
Viona langsung membelalakkan matanya, dan pikirannya langsung beralih untuk menghindari Joe, dengan gesit Viona bergerak ke samping dan segera berdiri di belakang Ben, seolah-olah meminta bantuan.
“Salah! Apa yang kamu lakukan itu salah!” Viona memarahi Joe dari belakang Ben yang menunjukkan ekspresi yang benar-benar salah, “Dua kali. Kau melakukan hal yang salah padaku dua kali, ya,”
“Kemarin kau menghinaku, dan sekarang kau mau mengolok-olokku. Apa maksudmu, ha?”
“Jangan berpikir karena kau kaya, kau bisa melakukan apapun yang kau mau. Aku membantu anakmu dengan sangat tulus dan semuanya impas. Lihat sekarang, kau benar-benar berpura-pura ingin menjadikan aku sebagai istrimu. Apa kau pikir aku benar-benar mudah dibodohi?”
“Lagipula, jika dugaanku tentangmu seorang gay salah, itu bukan apa-apa, maafkan saja aku. Hidup tidak rumit bagi orang kaya!” Viona lebih berani dan mengejek Joe.
“Wow! Ah, Nona. Berhentilah membuat kakakku semakin gila. Nanti, bukan hanya kau yang akan kena masalah, aku juga!” Ben memberi peringatan, mencoba membuat Viona diam dan berhenti bersembunyi di belakangnya.
“Ben, minggir.”
“Jangan, Bos!”
Joe dan Viona sama-sama bersikeras mengatur Ben.
“Ya ampun, sudah cukup. Ini wawancara apa namanya?” kata Ben merasa terganggu.
“Ya, itu benar. Wawancara apa ini? Ini jebakan untukku.” kata Viona lagi, kali ini dengan menyilangkan tangannya di dada, ”Aku lelah. Berhentilah bermain-main!” Salah satu tangannya diarahkan ke Joe, yang kini bergantian memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya sambil menatap Viona dengan tajam.
Dengan langkah hati-hati, Viona perlahan meraih tas kecilnya yang terletak di atas meja di dekatnya, “Maaf semuanya, sepertinya aku hanya membuang-buang waktu di sini. Aku harus pergi,” katanya sambil berjalan dengan cepat.
“Apa aku sudah memberikan izin kepadamu untuk pergi?” Suara Joe terdengar kasar. Ben dan Viona terkejut.
‘Mati kau, Viona. Pria gila itu benar-benar marah.’ kata Viona dalam hati, lalu mengalihkan pkamungannya kepada Ben dengan wajah memelas, seakan-akan mengisyaratkan, 'Tolong aku, bos kecil. Tolong jauhkan aku dari kakakmu yang bodoh itu!” dari gerakan bibirnya.
“Joe, itu sudah cukup. Bagaimana kau bisa membuatnya seperti ini, ya?” Ben memberanikan diri, mendekati Joe, dan memegang dada kakaknya, “Kau harus tenang, bro.”
Bukannya menjawab, Joe tiba-tiba mengeluarkan ponselnya dan mengarahkan benda datar itu ke arah Viona. “Tolong buatkan video pendek untuk anakku. Dia marah karena aku membuatmu kabur dan belum sempat berbicara dengannya kemarin. Tolong jangan membuatku menjadi Papa yang buruk di mata anakku.”
“Cuma itu?”
Joe mengangguk, “Ya, itu saja.”
‘Aku pikir aku akan diperkaos di sini, haha!’ Viona bahkan merasa ngeri membayangkan sesuatu yang salah tentang Joe, tapi nyatanya memang salah. Perilaku Joe terlalu ambigu untuk menyalahartikan niat duda tampan itu.
Viona mengambil ponsel Joe dan langsung membuat video singkat menyapa Sammy. Setelah itu, ia pamit dan pergi dengan cepat ketika perhatian Joe sedang tertuju pada adiknya. Wanita cantik itu mendapat kesempatan untuk kabur dari sana, meninggalkan kedua kakak beradik yang kaya raya itu di sana.
Joe yang hendak mengejar, dengan cepat didorong oleh Ben, “Apalagi yang ingin kau lakukan? Apa lagi yang kau butuhkan darinya?”Terdiam dan tidak bisa menjawab. Joe pun bingung mengapa ia begitu tertarik untuk menanggapi keberanian Viona. Duda tampan itu memilih untuk mengabaikan Ben dan beranjak ke kursinya.“Kenapa kau tidak menjawab?” Ben melanjutkan, “aku tidak sedang bermimpi, kan? Kudengar kau melamar gadis itu tadi. Apa kau sudah mulai move on, bro? Wow, bagus sekali. Aku turut berbahagia untukmu!”Ben tidak menyembunyikan kebahagiaannya ketika dia berpikir bahwa kakaknya sudah mulai membuka hatinya untuk wanita lagi. Sebagai adiknya, dia adalah orang yang paling tahu betapa hancurnya kakaknya ketika istrinya meninggal. Hanya Ben yang berada di sisi Joe saat sang kakak memutuskan hubungan dengan orang tua mereka dan memilih untuk membesarkan Sammy seorang diri.Melihat interaksi Joe dan Viona tadi membuat Ben menaruh harapan baik pada kehidupan kakaknya.“Diamlah. Berisik sekal
“Maaf, tapi aku benar-benar tidak mengerti apa maksud dari semua ini. Bagaimana mungkin aku bekerja di rumah pribadi Presiden Direktur?” Viona menyuarakan kebingungannya.“Itu dia, Nona. Saya akan menjelaskan detailnya kepada kamu. Menurut penilaian murni kami, kamu diterima untuk bekerja dan menjadi bagian dari The Eye God Tower tetapi tidak dipekerjakan di perusahaan tetapi di rumah pribadi presiden direktur sebagai pengasuh anak dan asisten pribadi presiden direktur.” “Perusahaan akan menggajimu dengan gaji yang layak. Kamu akan mendapatkan lima ratus juta rupiah untuk pekerjaan kamu selama masa kontrak satu tahun.”“Untuk detail pekerjaan apa saja yang harus kamu lakukan, Direktur Utama sendiri yang akan menjelaskannya kepada kamu setelah kamu setuju untuk menandatangani kontrak kerja.”“Kami akan memberikan waktu kepada kamu untuk memikirkan hal ini selama tiga hari mulai hari ini. Karena jika masa tenggang waktu tersebut terlewati, kesempatan ini akan diberikan kepada orang lain
Kembali ke rumah Joe yang megah. Papa satu anak ini juga mengabaikan makan malamnya setelah bercanda sebentar dengan Ben.Kini ia menghampiri Sammy, mencoba membujuk putranya untuk makan lebih banyak lagi. Karena sebelumnya hanya dua suap nasi yang berhasil masuk ke dalam mulut si kecil.“Sammy, ayo makan lagi. Koki sudah membawakan makan malam yang baru. Kau harus makan yang banyak agar cepat sehat kembali, ya?” Joe mengajak si kecil.“Aku sudah makan tadi, Papa. Aku sudah kenyang.” jawab si kecil tanpa mengalihkan pandangannya dari tab yang berisi video Viona.Joe menatap Ben yang baru saja bergabung setelah berganti pakaian, “Ben, kirimkan alamat Viona.” Joe berseru.“Apa maksudmu? Ya ampun, ternyata kau serius dengan wanita itu, ya?” Ben tidak menyangka dia akan mendapat kesempatan untuk mengejek kakaknya lagi.“Jangan bercanda, aku serius, Ben. Sore ini sekretarisku memberitahukan kalau Viona diterima di kantor. Aku tidak sempat melihat datanya tadi.” Joe menjelaskan, “Jangan bila
"Aku rasa kamu keliru, Pak.” Dia berkata memprotes, “Pertama, aku tidak pernah berjanji untuk bertemu dengan anakmu secepatnya. Aku juga tidak tahu kalau anak itu mencariku, kan? Lalu bagaimana anda bisa membuat aku merasa bahwa aku adalah penjahat dan anda adalah korban?”“Kedua, dan yang harus anda ingat adalah ini. aku tidak pernah mengingkari janjiku kepada siapapun karena aku bertanggung jawab atas setiap janji yang kubuat.”Viona mengambil beberapa langkah ke depan untuk mendekatkan jarak di antara mereka. Kini ia berdiri tepat di depan wajah Joe dengan berani.“Janji adalah harga mati dan keyakinan itu telah mengalir dalam tubuhku sejak aku lahir. Tolong ingat itu dan berhentilah berbicara untuk menghakimi orang lain.”“Aku pergi.”Viona menyatakan protesnya dengan tegas di depan wajah Joe. Wanita pemberani itu meninggalkan kesan yang kuat pada dirinya sendiri. Sekali lagi, ia menegaskan kepada Joe bahwa Viona adalah wanita yang unik dengan kepribadian yang tidak biasa.***Sete
"Bos, klien kita mengajukan komplain karena pembatalan pertemuan secara sepihak," Jansen melaporkan situasinya."Apa aku perlu memberitahumu apa yang harus dilakukan?" Viona menanggapi Jansen dengan acuh tak acuh, namun matanya terfokus tajam pada sosok pria tua yang baru saja dilumpuhkan Jansen.Sementara itu, Jansen tidak menjawab ketika menyadari tatapan yang berbeda dari atasannya."Aku tahu kau tidak tidur, Pak Tua. Angkat wajahmu dan mari kita bicara." Viona berbicara dengan tenang saat berbicara dengan pria tua yang duduk dengan tenang di depannya.Tidak ada rasa takut sedikit pun di mata wanita cantik itu. Namun, pria tua itu tampak bergeming ketika ia tertangkap basah sedang berpura-pura tidur oleh Viona.Namun, setelah Viona melihat dan mempelajari wajah pria itu dengan jelas, ia tersentak kaget,"Dia..." "Aku tidak tidak menyangka seorang wanita muda sepertimu ternyata seorang gangster." Pria itu berbicara, membuyarkan lamunan Viona.Meskipun dia terkejut karena dia menyada
“Jadi, kau mengetahui semuanya dari ponsel mendiang putrimu? Itu sangat menyedihkan, Pak. Aku turut prihatin atas apa yang kau alami.” Viona menjawab. Hingga saat itu, wanita itu tidak bisa berbuat banyak. Cerita Mayor Jenderal Kenneth sangat menyedihkan untuk didengar.“Ya, berkat mimpi dari putriku, aku bisa melihat wajah para pelaku bejat itu. Berbekal pengalaman IT dari militer, aku mulai mencari sendiri ketiga belas penjahat itu. Dalam dua tahun ini, semua perampok itu telah mati di tanganku.” Mayor Jenderal Kenneth menjelaskan lagi.Ia terlihat membetulkan posisi duduknya, saat ini tubuh dan tangannya masih diikat oleh Jansen, “Tinggal satu lagi yang belum kuhabisi. Dia adalah dalang di balik perampokan dan pembunuhan berencana terhadap keluargaku.”“Aku akan sangat berterima kasih dan menerima belasungkawa kalian ketika kau mengizinkanku menjalankan tugas sebagai kepala keluarga. Aku harus menyelesaikan dendam selama dua tahun ini agar arwah istri dan kedua putriku dapat beristi
Pagi terasa sangat singkat bagi Viona. Sepanjang malam matanya terjaga. Pikirannya penuh dengan kisah dendam Mayor Jenderal Kenneth yang menyedihkan. Ia baru bisa menutup mata lelahnya di subuh hari dan terhitung hanya dua jam saja wanita itu tidur, sebelum bangun lagi untuk menjalani tugas barunya sebagai pengasuh Sammy serta asisten pribadi Joe.Viona mengenakan celana olahraga dan kaos oversize. Rambutnya diikat model kuncir kuda, dan penampilannya itu membuat dirinya kelihatan segar dan santai.Viona mulai melangkahkan kakinya menuju kamar Sammy dan membuka pintu kamar dengan perlahan. Senyum Viona mengembang saat melihat Sammy sudah bangun dan sedang duduk di sofa dengan memegang macbook dan earphone di telinga. Dari yang terlihat, sepertinya Sammy sudah mandi dan segar.“Hai…” sapa Viona sambil tersenyum manis, dan sapaannya itu berhasil membuyarkan konsentrasi Sammy yang tengah sibuk menonton macbooknya.“Bibi Bee, kau di sini?”Viona mengangguk, “Bukankah aku sudah berjanji aka
Setelah kembali dari mengantar Sammy ke sekolah, Viona kembali ke rumah karena mendapatkan telepon dari Joe yang memberitahukan dirinya akan bekerja di rumah. “Ikuti saya,” ucap Joy yang langsung diberi anggukan oleh Fiona. Keduanya berjalan menuju taman belakang, duduk di kursi panjang yang ada di sana. Bagaimana hari pertamamu bekerja di sini tanya Joy pada Fiona. “Sammy anak yang baik dan penurut. Dia membuatku senang. Aku tidak menyangka kalau anak sekecil Sammy sudah bisa melakukan hal kecil seperti mandi dan menyiapkan keperluannya secara mandiri. Aku jadi tidak merasa sedang menjadi pengasuhnya tapi malah seperti temannya saja.”Viona menjelaskan dengan tenang dan semua itu terekspresikan lewat senyuman di wajahnya. Joe tentu sangat senang mendengar hal itu. “Semua itu tidak dilakukan Sammy dalam waktu singkat,” ucapan Joe terdengar miris.“Hmm, ya. Aku mengerti,” Viona memberi tanggapan. Tidak banyak yang bisa dikatakannya saat cerita menyedihkan itu diperdengarkan padanya.
Mari kembali ke beberapa part saat Angie menghilang.Dharma dan perusahaan keluarganya di ambang kebangkrutan setelah pewaris tunggal Keluarga Mangunjati itu dipenjara akibat tuduhan kelalaian yang mengakibatkan nyawa Annabella melayang.Nyatanya Annabella meninggal pasca operasi akibat kecelakaan tempo hari. Meski sempat sadar, tapi Bella mengalami gangguan jiwa yang membuatnya terdistraksi menghabisi nyawanya sendiri.Tuan Bisma dipenjara dengan banyak tuduhan menjalankan bisnis dengan kotor, membuatnya dijatuhi bertahun-tahun hukuman. Para mantan rekan bisnisnya memberatkan hukuman beliau dan bisa dikatakan Bisma akan mendekam di penjara seumur hidup.Selain Bisma, ada Hanum yang stress berat. Beban dosa dan rasa bersalahnya pada mendiang sahabatnya, Ivy, terus menghantuinya, terlebih mendengar kabar bahwa Angie menghilang dan sempat dinyatakan meninggal.Sudah kehabisan harta, suami di penjara, putri kesayanganpun tiada, kini Hanum dijauhi teman sosialita, lalu perlahan hidupnya t
Setelah tiba di rumah sakit, Joe harus menjalani operasi perut dan dirawat intensif. Tiga hari pasca operasi ia dinyatakan koma, tapi syukurlah pada akhirnya ia kembali membuka mata dan bangun. Tepat satu minggu, barulah ia dibolehkan untuk berpindah ke ruang rawat biasa.Selain Bill dan Ben, hanya Tuan Royce yang terlihat berbolak-balik berada di depan ruangannya. Dan ketika sudah dinyatakan pulih dan bisa dijenguk, Joe melihat wajah mertuanya ketika menjenguk dan itu membuatnya tersenyum.Ben yang saat ini sudah lebih baik dan duduk di atas kursi rodanya, duduk di samping ranjang pasien Joe. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Joe dengan nada pelan, bahkan senyumnya juga terlihat dipaksakan.“Yang benar saja. Sepertinya pertanyaan ini lebih cocok kutanyakna untukmu,” Ben menjawab dengan candaan, “Bagaimana rasanya menjadi Raja tidur? Apa kau tahu, Joe, sepanjang hari menunggumu bangun aku mengeluh pada Tuhan kalau aku lebih baik mendengarmu memakiku seumur hidup daripada mendengar tangisa
Ben dan Joe tergeletak tidak berdaya. Keduanya meregang sakit yang tiada tara. Sementara itu Axe yang sudah bangkit, mendekati mereka dan menambah sakitnya.Seperti manusia tanpa hati, Axe menendang tubuh Joe dan Ben berkali-kali seolah keduanya hanyalah sekarung sampah yang wajar ditendang keras untuk menjauh.“Angie milikku. Kalian hanya merusaknya, jadi kalian harus mati!” kalimat ini terus Axe gumamkan dengan ekspresi senyuman yang mengerikan. Ya, itu adalah kepribadian jahatnya yang jelas muncul saat ini.Sambil tertawa dan terus menggumamkan kepemilikannya atas Angie, Axe tidak sedikitpun menaruh ampun pada kakak beradik yang setengah mati menahan kesakitan.Ia berhenti menghajar dua pria malang itu untuk memeriksa isi senjata api di tangannya.“Hmm, pas sekali karena peluruku tertinggal dua. Cukup untuk membunuh kalian berdua, haha!” tawanya mengejek, “Tapi sebenarnya tanpa melakukan apapun kalian sudah akan dijemput malaikat kematian!”“Tapi sepertinya aku itdak ingin lagi men
Di area pergudangan penyimpanan barang bekas perkapalan yang sudah tidak dioperasikan lagi. Di sanalah semua orang berkumpul setelah mengikuti arah laju mobil yang membawa Axe dan Angie.Dengan petunjuk yang Bill berikan, Joe dan Ben tiba di tempat tersebut.“Apa tidak berlebih sekali mengepung pria itu sampai seperti ini?” Ben bertanya dengan ekspresi rumit, “Harusnya kita tanya dulu baik-baik, kan? Karena selama ini kita tidak punya sedikitpun masalah dengannya,” sambungnya mengutarakan kebimbangan.“Kalau hanya mau basa-basi lalu apa yang kau lakukan sampai meminta bantuan temanmu di militer?” Joe mengomentari, “Lagipula kalau dia tidak bermasalah, untuk apa dia langsung kabur menerobos barikade? Dia yang paling tahu bagaimana prosedur pemeriksaan, kan? Kalau nggak punya salah, untuk apa si brengsek itu lari sampai ke sini?” Joe memberikan penilaian tepat.“Aku keluar sekarang!” sambungnya dan langsung turun dari Lamborghini Ben, menuju kerumunan petugas keamanan gabungan di depan
Angie berbalik badan dan berjalan perlahan mengikuti arah anak buah Axe.“Angie?” Axe memanggilnya lagi, tapi kali ini Angie tidak berbalik badan, “Bagaimana kalau nanti kau bertemu dengan Joe lagi? Apa kau akan ikut dia dan meninggalkanku dengan semua konsekuensi yang akan kalian tanggung nanti?” sambung Axe bertanya, dan itu sulit jelas sulit untuk dijawab.“Memangnya aku bisa apa? Aku bukan sepupu Tuhan yang bisa membujuk Tuhan untuk membuat hidupku baik-baik saja. Aku hanya manusia yang harus menerima apa dan seperti apa nasibku, kan? Aku perempuan lemah yang hanya bertahan hidup dengan masa depan yang sudah kau atur seperti ini,”“Kenapa kau tidak membiarkan Tuhan memainkan takdir sesuai keinginan-Nya?” dengan kalimat lirih Angie menjawab. Ia pun melanjutkan langkahnya yang kesusahaan, menjauh dan terus melangkah membelakangi Axe.“Kenapa harus membawa nama Tuhan, Babe? Kenapa kau terlihat pasrah dengan semua hal? Kau seperti bukan Bidadari kecil yang kukenal. Angie-ku tidak seme
“Kondisimu sedang tidak baik-baik saja, Nona. Sudah tiga hari ini kau mengalami perdarahan. Itu tandanya ada yang tidak beres dengan kandungan dan bayinya, Nona,” Dokter yang menangani Angie saat ini bersuara. Di sana juga ada Axe yang ikut mendengarkan penuturan sang dokter.“Jenderal, sepertinya kita harus kembali ke kota untuk memeriksakan secara intens kondisi Nona Angie,” ucap sang dokter lagi pada Axe. Axe terdiam mematung sambil memperhatikan raut wajah Angie yang seolah tidak beremosi.“Angie, kenapa kau diam seperti ini. Katakan sesuatu. Jangan membuatku bingung mengambil keputusan untukmu dan bayinya.” Axe bertanya lembut.“Apa aku punya pilihan? Sejak kau membawaku ke sini, aku memang sudah tidak punya pilihan lagi. Bukannya hidupku sudah kau tetapkan?” Angie terdengar putus asa. Ia tidak bisa berpikir, “Tapi kalau sampai anakku kenapa-kenapa, kurasa aku akan bunuh diriku di depanmu,”Perlahan, air mata Angie turun. Ia sepenuhnya bingung dan itu terlihat jelas di mata Axe.
Di rumah sakit terdekat, Dharma dengan pakaian bersimbah darah setelah mengangkat Bella dan membawanya ke rumah sakit, duduk tertunduk di koridor rumah sakit, tepat di depan pintu ruang operasi.Pikirannya kacau dan ada rasa penyesalan di hatinya. Kalau saja dia tidak membuat Bella mengejarnya hingga jauh. Kalau saja Bella berhenti di kantor saja dan membiarkannya pergi. Kalau saja tidak ada peristiwa video yang menghebohkan hari ini, tidak mungkin Bella mengalami kecelakaan seperti ini.“Dharma!” suara yang dikenal Dharma terdengar dan mengalihkan pandangannya.‘Bibi Hanum,” sebut Dharma dalam hati. Perlahan ia bangkit menghampiri Hanum yang mendekatinya.“Apa yang terjadi dengan Bella? kenapa dia bisa mengalami kecelakaan seperti ini?” Hanum bertanya sambil menangis pilu, meminta penjelasan Dharma tentang putrinya.“Bibi, maafkan aku,” ucap Dharma lemah dengan rasa bersalah yang sudah menumpuk di hatinya.“Jangan mengatakan maaf sekarang. Katakan padaku apa yang terjadi pada Bella?!
Saat ini di perusahaan keluarga Mangunjati sedang mengadakan pertemuan besar dengan para pemegang saham dalam rangka pembahasan pembelian saham Bharadja yang merosot tajam.Dharma sebagai pimpinan perusahaan, ingin mengakuisisi saham Bharadja guna memperbesar sayap perusahaan keluarganya.Hadir juga Bella yang merupakan salah satu penanam modal di perusahaan kekasihnya dan juga sebagai wakil dari Bharadja. Namun, saat ini tidak ada pembicaraan di antara keduanya.Dharma menolak untuk bicara dengan Bella semenjak skandal Bella terbongkar di depan mata kepalanya sendiri.Rapat sudah dimulai dengan rancangan yang sudah tersusun mantap untuk mengambil alih saham Bharadja. Namun, saat sekretaris Dharma memutar video perencanaan yang lain, bukannya video tentang perusahaan yang terputar, melainkan video suasana di sebuah kamar hotel.Vidio tersebut menampilkan seorang pria dan wanita yang sedang melakukan adegan panas dengan penuh gairah. Wajah si wanita telah tersamarkan dan meninggalkan w
"Jenderal, laporan tentang pergerakan saham The Eye God Tower mulai stabil. Dengan memutuskan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan kecil yang bermasalah, dua bersaudara itu berhasil bertahan,” seorang anak buah melaporkan perkembangan perusahaan Joe pada Axe.Tanpa menoleh, Axe hanya menaikkan senyuman tipis seakan dirinya sudah tahu kalau Joe bukanlah pria sembarangan.“Apa kau sudah menyiapkan hadiah kecil untuk jenius sombong itu? Aku rasa kau bisa mengacaukan apa yang sedang dikerjakannya,” tanya Axe yakin dan terkesan melewatkan apa yang baru saja anak buahnya sampaikan dan mengubah topic sesuka hati.“Sedang kuusahakan, Jenderal. Tapi sepertinya aku menemukan kabar baru yang menghebohkan,” ucap anak buahnya lagi, tapi lagi-lagi Axe acuh, “Ini tentang Nona Angie, Jenderal,” saat nama Angie terdengar, Jenderal muda itu segera menoleh cepat.“Apa itu?”“Berita ibukota dihebohkan dengan kabar pernikahan rahasia Joy Clayton dengan Nona Angie, dan fakta menyebutkan bahwa pernikahan