Setelah Joe keluar dari kamar mandi, tampilannya terlihat berubah. Yang tadinya sangat gagah dengan jaket kulit mewah, kini setelah ia membuka jaketnya dan menunjukkan dalaman baju kaos polos biasa, membuat penampilannya terkesan santai, namun ketampanan yang dimiliki Joe tetaplah paripurna dan tidak berkurang sedikitpun.
Joe kembali duduk di sofa dan menyandarkan tubuhnya sepanjang sofa tersebut. Sementara si kecil Clayton, menunggu Viona yang terlihat masih diam memperhatikan sang papa. Clayton baru tersadar saat suara Joe terdengar bicara pada Tante Bee-nya.
"Kenapa kamu perhatiin saya sampai segitunya. Tutup mulut kamu dulu, kalau nggak iler kamu netes di lantai." dengan senyuman menggoda iman, Joe mengejek Viona yang tengah melamun memandangnya.
Refleks Viona menutup mulutnya dan berlari kecil ke kamar mandi. Ia menyelesaikan ritual mandinya secepat kilat, karena akan segan bila meninggalkan tamu berlama-lama. Ia keluar dengan memakai piyama tidur yang menu
"Maaf, karena saya godain kamu. Entah kenapa saya suka aja lihat ekspresi kamu begitu." Joe tertawa kecil melihat ekspresi Viona yang kebingungan.Tapi sepertinya kebingungan itu teralihkan dengan terpesonanya Viona melihat Joe merekahkan senyuman menawan yang membuat matanya seakan terhanyut saat memandang.‘Ctik! Ctik!’Petikan jari Joe menyadarkan lamunan Viona yang tidak melepas pandangannya dari wajahnya."Ayolah, Viona... Jangan buat saya baper dan ngerasa kamu benar-benar mau kita ciuman ulang. Tapi kalau memang itu benar, saya janji kok bakalan cium kamu dengan serius." ucap Joe sambil menyilangkan tangannya di dada, masih menertawakan wajah polos Viona."No, no, no. Terima kasih banyak dan tolong Bos lupain aja kalimat bodoh barusan." jawab Viona cepat dan langsung berlalu menuju dapur.‘Sadar, Vio, sadar… Lo harus kuat, nggak boleh kalah sama senyumnya. Lo mau diabetes karena kemanisan apa?’ rut
Suasana menjadi kikuk dan tidak nyaman yang Viona rasakan. Kediaman Joe setelah mendengarkan jawabannya membuat Viona tidak enak hati."Bos, kalau nggak ada hal lain lagi, saya izin balik ke Clayton. Selamat malam, Bos," ucap Viona dengan hati-hati bangkit dari sofa, dibarengi dengan selangkah kakinya berbalik arah.Joe menyambar tangan Viona dengan cepat, hingga Viona kembali berbalik badan dan duduk, "Saya nggak lagi buru-buru, duduk dulu sebentar lagi," ucapnya dengan pandangan seperti ingin menerkam Viona.‘Apa-apaan? Lo memang nggak buru-buru, tapi bisa nggak jangan pegang tangan gue dan ngelihatinnya biasa aja? Lo, kan, nggak tau kalau jantung gue hampir salto, Bos!’ gerutunya lagi dalam hati. Dengan berat hati, Viona duduk kembali bersama Joe.Joe tersenyum tanpa melepaskan genggamannya dari tangan Viona. Ia menarik tangan Viona dan membungkukkan kepalanya seakan hendak mencium tangan Viona, membuat ekspresi Viona menjadi lebih ka
“Aku pulang, ya, Yah. Mas Dharma pulang hari ini, jadi aku harus buru-buru berberes sebelum dia sampai di apartemennya.” Viona bergumam sedih sambil menyeka air mata yang membasahi wajahnya.Dengan satu tangan bertumpu di tanah pusara sang ayah yang masih terbilang baru, Viona mencoba berdiri dan menegakkan tubuhnya dengan sempurna. Perlahan, ia melangkah keluar dari area pemakaman umum yang menjadi rumah abadi sang ayah angkat sejak beberapa bulan yang lalu.Siang itu Viona harus bergegas merapikan apartemen Dharma untuk menyambut kepulangan sang kekasih dari luar negeri.Viona menuruni mobilnya dan kembali ke apartemen Dharma dengan senyum bahagia, dan masuk ke dalam kamar apartemen tersebut seperti biasa. Perempuan berperut buncit itu langsung terkesiap saat melihat beberapa potong pakaian perempuan yang bukan miliknya tercecer di lantai.Tubuh Viona menegang tidak percaya. Kakinya seakan tidak sanggup untuk menahan tubuhnya yang lemas saat
“J-jangan… tolong berhenti… Akh, sakit…” Viona merintih kesakitan dan terus berusaha mendorong seorang pria yang saat ini menindihnya sekuat tenaga.“Maaf, tapi saya nggak bisa berhenti… saya sudah nanggung. Tapi saya juga nggak mau ngelakuin ini ke kamu. Ini terpaksa, akh…” jawab seorang pria bertubuh gagah menahan erangan kenikmatan yang diterimanya dari Viona malam itu.“Ja–ngan… akh, tolong berhenti, Mas. Ini sakit, ahh…" Viona kembali memohon. Ia sendiri sedang berjuang menahan perih yang belum kunjung hilang setelah kesuciannya direnggut. Tapi pria itu tetap tidak menurunkan ritma permainan panasnya bersama Viona.Suara desahan Viona dengan pria yang menidurinya memenuhi kamar hotel VVIP malam itu. Mengingat kembali sekujur tubuh mereka yang dipenuhi keringat meskipun AC di ruangan mewah tersebut menyala dengan sangat baik.Kini, Viona berpikir tentang kebenaran yan
Wajah Viona semakin pucat memutih mendengar kenyataan dari mulut Dharma sendiri.“Tapi kamu nggak perlu khawatir. Walaupun sekarang kamu tau kalau anak kamu bukan darah dagingku, tapi nggak apa-apa, aku yang bakalan biayai hidup kalian.”“Jadi aku minta, terima semuanya tanpa marah dan menyalahkan siapa-siapa, Vi. Bisa, kan? Ini semua untuk kebaikan kamu dan anak kamu.”Dharma selesai dengan semua pengakuan perasaannya yang terhina serta pernyataan cintanya pada Bella. Semua itu membuat Bella tersenyum kemenangan, sementara Viona menangis hancur.Viona sudah menangis, tapi rasanya berat menerima kenyataan yang baru saja ia dengar. Jadi ia masih ingin bertanya lagi, “Mas, ini semua cuma bohong, kan? Kamu sama Bella lagi ngeprank aku, kan?”Dharma menghela napas berat lagi sebelum berucap, “Maafin aku…” hanya itu yang bisa pria itu katakan.Miris. Viona terlihat begitu menyedihkan.
Guncangan di tubuh Viona dan suara ponselnya yang berbunyi, mau tidak mau membuatnya bangkit terduduk di atas ranjangnya tanpa membuka mata sekalipun."Siapa yang kepalanya mau gue jadiin samsak hari ini?” ucap Viona setengah sadar dengan mata tertutup.Guncangan di tubuhnya terhenti tapi suara ponselnya tidak ikut padam juga. Dengan malas, Viona bergeser sedikit dari posisinya dan mengulurkan tangannya, berusaha meraba apa yang ia cari.Seakan terarah, tangannya mendapatkan ponsel yang terus berdering di atas meja kecil di samping ranjangnya, yang merupakan sumber incaran Viona yang masih terpejam. Dengan sembarangan tekan, langsung Viona menempelkan ponsel tersebut di telinganya.“Siapapun yang telepon gue pagi buta gini itu artinya Lo udah bosan hidup. Gue belum puas tidur, tau!” bentak Viona pada orang di seberang panggilan, yang ia tahu pasti salah satu dari anak buahnya.‘Ampun, Bos, dengerin gue dulu. Pagi ini gue ngg
"Ehem. Saya rasa itu nggak perlu, deh, Bos. Lagian yang nemeni saya tidur, kan, Clayton. Tante bener, kan, Clay?" Viona mengalihkan pembicaraan.“Tapi, kan, saya yang anterin kamu sampai sini. Seenggaknya saya dapat satu aja dari tiga yang kamu kasih ke Clayton tadi. Itu masih bisa dibilang adil, kok.” Joe memasang wajah lesu.Viona terkekeh, namun tidak menjawabnya dan perlahan keluar dari mobil, “Nyatanya Bos bukan anak kecil. Tapi saya tetap ngucapin banyak terima kasih buat kebaikan Bos. Mulai sekarang saya tau kalau Bos itu beda dari apa yang beredar di luaran sana. Saya janji semuanya bakalan saya simpan sendiri. Sampai jumpa, Bos. Clayton juga!"Viona berpamitan sambil melempar senyuman merekah disertai kerlingan mata genit pada Joe sebelum menjauh dari mobil mereka. Kedipan mata Viona seakan panah malaikat asmara yang langsung mengenai jantung Joe, membuat sang duda tampan itu terpesona dan menggeleng sambil tertawa.“Clay, kamu benera
Sementara itu di tengah kehebohan yang terjadi di gedung tengah The Eye God Tower, Viona yang akhirnya bisa melewati lautan manusia penggemar artis luar negeri, yang Viona belum tahu siapa orangnya sama sekali, langsung menuju ruang ganti dan memperkenalkan dirinya pada kru yang ada di dalam bahwa ia adalah anak magang dari bagian pemasaran yang bertugas mengamati setiap proses dalam iklan nanti.Para kru yang telah mengenal Viona sebagai rekrutan tim atas kantor, langsung menyambut Viona dengan ramah dan memberinya instruksi selanjutnya.Viona menuju ruang pemotretan sesuai arahan asisten sutradara untuk menyaksikan sesi pemotretan dengan baik sampai selesai."Viona, sebentar lagi pemeran pria utama akan bergabung untuk pemotretan. Hari ini kita akan mengambil shoot tanpa Bella, karena jadwalnya padat hari ini. Jadi kamu siap-siap, ya. Tolong laporkan semua yang baik ke tim atas.” ucap fotografer di sana. Viona menjawab dengan anggukan dan senyuman.