Suasana menjadi kikuk dan tidak nyaman yang Viona rasakan. Kediaman Joe setelah mendengarkan jawabannya membuat Viona tidak enak hati.
"Bos, kalau nggak ada hal lain lagi, saya izin balik ke Clayton. Selamat malam, Bos," ucap Viona dengan hati-hati bangkit dari sofa, dibarengi dengan selangkah kakinya berbalik arah.
Joe menyambar tangan Viona dengan cepat, hingga Viona kembali berbalik badan dan duduk, "Saya nggak lagi buru-buru, duduk dulu sebentar lagi," ucapnya dengan pandangan seperti ingin menerkam Viona.
‘Apa-apaan? Lo memang nggak buru-buru, tapi bisa nggak jangan pegang tangan gue dan ngelihatinnya biasa aja? Lo, kan, nggak tau kalau jantung gue hampir salto, Bos!’ gerutunya lagi dalam hati. Dengan berat hati, Viona duduk kembali bersama Joe.
Joe tersenyum tanpa melepaskan genggamannya dari tangan Viona. Ia menarik tangan Viona dan membungkukkan kepalanya seakan hendak mencium tangan Viona, membuat ekspresi Viona menjadi lebih ka
“Aku pulang, ya, Yah. Mas Dharma pulang hari ini, jadi aku harus buru-buru berberes sebelum dia sampai di apartemennya.” Viona bergumam sedih sambil menyeka air mata yang membasahi wajahnya.Dengan satu tangan bertumpu di tanah pusara sang ayah yang masih terbilang baru, Viona mencoba berdiri dan menegakkan tubuhnya dengan sempurna. Perlahan, ia melangkah keluar dari area pemakaman umum yang menjadi rumah abadi sang ayah angkat sejak beberapa bulan yang lalu.Siang itu Viona harus bergegas merapikan apartemen Dharma untuk menyambut kepulangan sang kekasih dari luar negeri.Viona menuruni mobilnya dan kembali ke apartemen Dharma dengan senyum bahagia, dan masuk ke dalam kamar apartemen tersebut seperti biasa. Perempuan berperut buncit itu langsung terkesiap saat melihat beberapa potong pakaian perempuan yang bukan miliknya tercecer di lantai.Tubuh Viona menegang tidak percaya. Kakinya seakan tidak sanggup untuk menahan tubuhnya yang lemas saat
“J-jangan… tolong berhenti… Akh, sakit…” Viona merintih kesakitan dan terus berusaha mendorong seorang pria yang saat ini menindihnya sekuat tenaga.“Maaf, tapi saya nggak bisa berhenti… saya sudah nanggung. Tapi saya juga nggak mau ngelakuin ini ke kamu. Ini terpaksa, akh…” jawab seorang pria bertubuh gagah menahan erangan kenikmatan yang diterimanya dari Viona malam itu.“Ja–ngan… akh, tolong berhenti, Mas. Ini sakit, ahh…" Viona kembali memohon. Ia sendiri sedang berjuang menahan perih yang belum kunjung hilang setelah kesuciannya direnggut. Tapi pria itu tetap tidak menurunkan ritma permainan panasnya bersama Viona.Suara desahan Viona dengan pria yang menidurinya memenuhi kamar hotel VVIP malam itu. Mengingat kembali sekujur tubuh mereka yang dipenuhi keringat meskipun AC di ruangan mewah tersebut menyala dengan sangat baik.Kini, Viona berpikir tentang kebenaran yan
Wajah Viona semakin pucat memutih mendengar kenyataan dari mulut Dharma sendiri.“Tapi kamu nggak perlu khawatir. Walaupun sekarang kamu tau kalau anak kamu bukan darah dagingku, tapi nggak apa-apa, aku yang bakalan biayai hidup kalian.”“Jadi aku minta, terima semuanya tanpa marah dan menyalahkan siapa-siapa, Vi. Bisa, kan? Ini semua untuk kebaikan kamu dan anak kamu.”Dharma selesai dengan semua pengakuan perasaannya yang terhina serta pernyataan cintanya pada Bella. Semua itu membuat Bella tersenyum kemenangan, sementara Viona menangis hancur.Viona sudah menangis, tapi rasanya berat menerima kenyataan yang baru saja ia dengar. Jadi ia masih ingin bertanya lagi, “Mas, ini semua cuma bohong, kan? Kamu sama Bella lagi ngeprank aku, kan?”Dharma menghela napas berat lagi sebelum berucap, “Maafin aku…” hanya itu yang bisa pria itu katakan.Miris. Viona terlihat begitu menyedihkan.
Guncangan di tubuh Viona dan suara ponselnya yang berbunyi, mau tidak mau membuatnya bangkit terduduk di atas ranjangnya tanpa membuka mata sekalipun."Siapa yang kepalanya mau gue jadiin samsak hari ini?” ucap Viona setengah sadar dengan mata tertutup.Guncangan di tubuhnya terhenti tapi suara ponselnya tidak ikut padam juga. Dengan malas, Viona bergeser sedikit dari posisinya dan mengulurkan tangannya, berusaha meraba apa yang ia cari.Seakan terarah, tangannya mendapatkan ponsel yang terus berdering di atas meja kecil di samping ranjangnya, yang merupakan sumber incaran Viona yang masih terpejam. Dengan sembarangan tekan, langsung Viona menempelkan ponsel tersebut di telinganya.“Siapapun yang telepon gue pagi buta gini itu artinya Lo udah bosan hidup. Gue belum puas tidur, tau!” bentak Viona pada orang di seberang panggilan, yang ia tahu pasti salah satu dari anak buahnya.‘Ampun, Bos, dengerin gue dulu. Pagi ini gue ngg
"Ehem. Saya rasa itu nggak perlu, deh, Bos. Lagian yang nemeni saya tidur, kan, Clayton. Tante bener, kan, Clay?" Viona mengalihkan pembicaraan.“Tapi, kan, saya yang anterin kamu sampai sini. Seenggaknya saya dapat satu aja dari tiga yang kamu kasih ke Clayton tadi. Itu masih bisa dibilang adil, kok.” Joe memasang wajah lesu.Viona terkekeh, namun tidak menjawabnya dan perlahan keluar dari mobil, “Nyatanya Bos bukan anak kecil. Tapi saya tetap ngucapin banyak terima kasih buat kebaikan Bos. Mulai sekarang saya tau kalau Bos itu beda dari apa yang beredar di luaran sana. Saya janji semuanya bakalan saya simpan sendiri. Sampai jumpa, Bos. Clayton juga!"Viona berpamitan sambil melempar senyuman merekah disertai kerlingan mata genit pada Joe sebelum menjauh dari mobil mereka. Kedipan mata Viona seakan panah malaikat asmara yang langsung mengenai jantung Joe, membuat sang duda tampan itu terpesona dan menggeleng sambil tertawa.“Clay, kamu benera
Sementara itu di tengah kehebohan yang terjadi di gedung tengah The Eye God Tower, Viona yang akhirnya bisa melewati lautan manusia penggemar artis luar negeri, yang Viona belum tahu siapa orangnya sama sekali, langsung menuju ruang ganti dan memperkenalkan dirinya pada kru yang ada di dalam bahwa ia adalah anak magang dari bagian pemasaran yang bertugas mengamati setiap proses dalam iklan nanti.Para kru yang telah mengenal Viona sebagai rekrutan tim atas kantor, langsung menyambut Viona dengan ramah dan memberinya instruksi selanjutnya.Viona menuju ruang pemotretan sesuai arahan asisten sutradara untuk menyaksikan sesi pemotretan dengan baik sampai selesai."Viona, sebentar lagi pemeran pria utama akan bergabung untuk pemotretan. Hari ini kita akan mengambil shoot tanpa Bella, karena jadwalnya padat hari ini. Jadi kamu siap-siap, ya. Tolong laporkan semua yang baik ke tim atas.” ucap fotografer di sana. Viona menjawab dengan anggukan dan senyuman.
"Nggak usah, Bos, kerjaan gue di sini banyak, kok. Jadi nanti gue bakalan serahin semuanya sama anak bua gue dan pastikan kelas remaja bakalan naik persentasenya. Bos tenang aja.” Alex coba mengelak. Ia tidak mau lagi menertawakan bosnya yang sepertinya tidak dalam mood yang bagus.“Yang di dalam sana itu Attala Rizwan, kan, Bos? Kayaknya gue ingat itu cowok. Dia, kan, yang dulunya Bos selamatin terus sewa Bos jadi pengawal pribadinya selama satu semester. Gue bener, kan, Bos?” Alex mengalihkan pembicaraannya kembali ke topik yang Viona tuju tadi."Iya, dia. Dan Lo tau, Lex? Beberapa hari ke depan, gue malah harus berhubungan dengannya karena pekerjaan. Ampun DJ, deh… Kepala gue rasanya mau pecah.”“Kenapa, ya, belakangan hari ini gue dapat sial terus? Rasanya gue jadi pengen pulang ke Bangkok, ke rumah Papi.” Viona terdengar menghela nafas kasarnya.Tentu saja Viona merasa lelah. Dirinya yang harus repot berinteraksi dengan Joe si Presdir tampan tapi gila, yang berulang kali menggodan
Asistennya itu hanya bisa menggaruk-garuk rambutnya yang tidak gatal, namun setelah itu Alex tersenyum menatap punggung bosnya, “Thank’s, Bos. Akhirnya gue bisa peregangan juga, hehe. Udah kaku banget badan gue,”Apa yang dikatakan Alex memang benar. Sudah lama sekali ia tidak menjalankan job seperti kali ini. Sejak ditugaskan menjaga Viona, dia tidak pernah melakukan aktivitas fisik yang berat. Olahraga biasa saja tidak bisa memuaskan tubuhnya untuk bergerak lebih banyak. Alex membutuhkan sesuatu yang lebih menantang baginya.Sebelumnya, di Bangkok. Pria gagah itu sibuk. Menghajar orang dan musuh geng dalam sehari bahkan bisa melebihi jumlah jari. Bahkan bermain kucing-kucingan dengan polisi pun menyenangkan baginya. Ini semua karena Alex adalah orang kepercayaan dan keponakan jauh ayah angkat Viona. Namun, semua kesibukan itu harus diakhiri karena ayah Viona atau Big Boss mengutusnya untuk menemani Viona ke Indonesia.Jadi, ia harus menuruti apa yang diperintahkan oleh Viona. Diam