“Ben, tolong temani Sammy sebentar. Aku ingin bicara dengan Viona di luar,” Joe berucap pada Ben saat Sammy sedang tidur lelap. Sang adik mengangguk pertanda Joe sudah bisa pergi dengan Viona.“Mari ikut denganku,” ucap Joe yang langsung diberi angkutan oleh Viona. Duda tampan itu lebih memilih membawa Viona ke taman rumah sakit, duduk berdampingan di kursi panjang yang ada di sana. “Jadi bagaimana?” tanya Joe singkat.“Maksudmu?” Viona menanggapi bingung.“Apa kau mau lanjut bekerja denganku?”Viona diam. Wanita itu nampak berpikir, ‘Apa yang harus kujawab padanya?’ batinnya.“Sammy terlihat sangat menyukaimu. Jarang sekali dia bersikap seperti itu terhadap orang yang baru ia kenal,” Joe mulai membahas Sammy.“Entahlah, aku bingung,”Joe menghela nafas mendengar sikap dingin Viona. Matanya memandang ke arah seorang pria kecil yang sepertinya seusia dengan Sammy sedang bermain bola dengan baju rumah sakit, “Apa ini karena ucapan ibuku?” tanyanya spontan.“Sudah kubilang aku bingung.
Hari sudah gelap saat Joe kembali ke rumah sakit. Saat ia akan memasuki ruangan rawat Sammy, ada Ben yang juga akan masuk ke dalam.Ben lebih dulu membuka pintu dan langsung bergumam, “Aku tidur di mana?” tanya Ben saat menatap Joe yang tidak tahu apapun.Joe baru tersadar kalau Ben sedang merujuk pada Viona yang sedang tidur di kursi samping ranjang Sammy. Hatinya menghangat melihat pemandangan itu. Senyumnya terukir melihat Viona yang sedang tidur dengan tangan yang masih setia memegangi dahi si kecil.‘Ternyata kau sudah membuat pilihan…’ Joe bergumam senang dalam hati.“Kau bisa tidur di ranjang satunya, kan?” Joe memberi tanggapan pada Ben, melirik ke ranjang kosong di sisi lain ruangan itu.“Lalu Viona bagaimana?” Ben bertanya lagi, menunjuk ke Viona yang saat ini memang tertidur pulas sampai tidak menyadari kedatangan kakak-beradik itu.“Sebaiknya kau pulang dan biarkan dia tidur di tempat itu,” Joe memberi jawaban sambil menutup pintu dengan pelan.“Kau tidak kasihan padanya? R
Hadirnya Viona di dekat Sammy membuat kesehatan si kecil berangsur membaik. Dua hari setelah itu, tepatnya malam hari, Joe membawa Sammy pulang tapi dengan pengawasan ketat oleh perawat rumah sakit yang rutin memeriksa kesehatannya dalam satu minggu ke depan.Kembalinya Sammy ke rumah sudah jelas membawa Viona juga ikut bersama mereka, bersama pemikiran yang rumit yang tidak pernah hilang dari benaknya.Pagi datang dengan cepat. Viona menatap dirinya di pantulan cermin. Wanita itu menghela napas pelan, memilih melamun memikirkan keputusannya, apakah kali ini keputusan dirinya untuk lanjut bekerja di keluarga Clayton benar?Semoga saja. Dan kini harapan Viona cuma satu, tidak bertemu dengan Ibu Suri keluarga Clayton jika Viona tidak mau kembali mendapatkan ucapan menohok neneknya Sammy itu. Bukan takut, tapi dia lebih tidak ingin menambah beban pikirannya.Selesai memikirkan Nyonya Neta, pikiran Viona mengawang hingga teringat kejadian ciuman tidak sengaja yang terjadi antara dia dan Jo
“Viona, tolong bawa Sammy ke kamarnya. Aku akan menyusul nanti, ada hal yang harus kubicarakan denganmu. Ini tentang toko bunga,” ucap Joe setelah semua orang di meja makan terlihat sudah menyelesaikan bagian mereka.Viona mengangguk, “Baik, Tuan,” jawabnya singkat lalu menggendong Sammy menuju kamarnya lagi.Setelah memastikan Viona dan Sammy berjalan tanpa gangguan, Joe juga bangkit menuju kamarnya. Mengabaikan sang ibu yang sejak awal sudah diam karena ancaman Joe.Tidak terima dengan sikap putra sulungnya, Nyonya Neta langsung masuk setelah mengetuk beberapa kali pintu kamar Joe yang terbuka, sekalipun Joe belum mengizinkan ibunya masuk. Di sana Joe tampak sibuk mempersiapkan berkas-berkas yang akan dibawanya ke kantor.“Joe, sudah cukup. Kau sangat keterlaluan,” Nyonya Neta langsung memprotes sikap putranya, “Mama sudah diam selama di meja makan dengan imbalan kau akan mendengarkan permintaanku. Jadi, ayo sekarang kita bicara,”“Aku tidak punya urusan dengan temanmu, Ma. Apa Mama
Ben yang sebelumnya mendapatkan cuti beberapa hari dan menghabiskan liburannya ke luar kota, baru kembali sore hari. Dia terlihat pulang bersama temannya.“Hi, Sammy. Bagaimana kabarmu? Kudengar dari pamanmu kau baru kembali dari rumah sakit?” pria itu langsung bertanya pada Sammy yang sempat kaget padanya yang tiba-tiba duduk di sampingnya.Sammy juga langsung memicingkan matanya saat teman pamannya ini begitu sembarangan mengambil toples camilan milik Sammy.“Paman Ethan, sedang apa kau di sini?” tanya Sammy.“Hanya mampir,” jawab Ethan santai. Pengusaha muda kaya itu terlihat mengulurkan sebuah totebag pada Sammy, “Buatmu,”“Apa ini?” tanya Sammy yang menerima pemberian Ethan. Si kecil terlihat penasaran saat membuka apa isi pemberian Paman Ethan itu, “Woah, Bee dengan pedang terbaru!”Sammy berlonjak senang. Matanya berbinar melihat robot Bumble Bee edisi terbaru, “Terima kasih banyak, Paman Ethan…”“Sama-sama. Cepat sehat dan rajin belajar, ya,” jawab Ethan sambil mengacak rambut
Joe menghembuskan napas kasar. Ia terlihat lelah setelah seharian di kantor, mengerjakan pekerjaan tambahan karena Ben berlibur.“Selamat malam, Bos. Selamat beristirahat…” sekretaris Joe mengantarkan Joe sampai masuk ke dalam mobilnya. Bukannya sedikit berkurang, lelahnya semakin bertambah saat masalah yang sempat terabaikan oleh pekerjaan kini kembali terlintas di pikiran.Pertengkarannya dengan sang ibu kembali membuat Joe pusing, “Sampai kapan Mama akan menyerah dan melembutkan hati? Aku tidak ingin terus melawan dan menyakiti hati Mama,” gumam Joe sedih.Joe mencoba menutup mata saat mobil terasa sudah berjalan.‘Aku harus mandi dan langsung tidur saat sampai di rumah. Pasti Sammy sudah beristirahat bersama Viona,’ pikirnya.“Viona…” ucapnya saat membuka matanya lagi. Senyum Joe terangkat saat mengingat dua kejadian konyol sebelumnya, ciuman di rumah sakit dan wajah malu Viona saat ia goda tadi pagi.‘Apa ini? Kenapa jantungku berdebar aneh hanya karena mengingatnya? Tidak mungkin
“Kau sedang apa?” Joe bertanya pada Viona yang kembali fokus di dapur.“Melanjutkan membuat puding jagung,” jawabnya tanpa menoleh pada Joe.“Semua orang sudah kenyang, lakukan itu besok saja. Kau beristirahat–,”“Bibi, aku ingin makan puding jagung,” ucapan Sammy sambil melangkah mendekati Viona di dapur membuat Joe menghentikan kalimatnya dan ikut menyusul putranya.“Papa, aku mau melihat juga,” pria itu menggeser tubuh Joe yang berdiri tepat di samping Viona, “Gendong aku,” sambungnya memerintah.“Sudah melihat dengan jelas?” Joe bertanya dan Sammy mengangguk sambil tersenyum. Apalagi saat melihat pengasuh kesayangannya itu terlihat asyik membuat makanan untuknya.Keduanya kini sibuk memperhatikan Viona yang nampak lihai mencampur bahan-bahan untuk membuat puding jagung.“Bukannya dia sangat cantik, Pa?” Sammy berceletuk pada Joe saat memperhatikan gaya rambut Viona yang membuatnya lebih cantik dari sebelumnya.Wajah Viona tentu saja memerah. Itu karena dia mendengar jelas ucapan Sa
“Bukan melamun, tapi sedang memikirkan bagaimana seorang Joe Clayton orang nomor satu di The Eye God Tower bisa dengan mudahnya melontarkan lelucon yang tidak lucu,”“Apa aku harus mengingatkanmu bahwa pernikahan bukan hal yang mudah untuk dibahas sesingkat itu. Belum lama kita bertemu, apa itu masuk akal untukmu bertanya seperti itu?”“Alih-alih berkomitmen untuk menikah, kita bahkan belum mengenal lebih jauh. Apa kau yakin dengan wanita sepertiku? Kau yakin aku wanita baik-baik saja?” jawaban Viona jelas terdengar sebagai penolakan.“Jadi ini penolakan?” Joe bertanya dengan raut kecewa.“Bukan penolakan. Aku hanya mencoba mengingatkan kalau hubungan pernikahan terlalu miris dipermainkan dengan sikapmu ini, Tuan,”“Sudah malam. Aku mau beristirahat.” Viona yang kesal baru akan berjalan, tapi tangannya malah ditarik Joe kembali.“Sejak tadi kau mengatakan kalau aku sedang mengatakan lelucon, hal konyol, dan terkesan mempermainkanmu. Memangnya apa yang kulakukan? Apa kau kira kebahagiaa
"Maaf, aku tidak memiliki kewajiban untuk menjawab pertanyaan yang menurutku bersifat pribadi. Dan lagi, kurasa sikapmu salah, Tuan,""Walau aku tidak mengenalmu ataupun tahu seberapa akrabnya hubunganmu dengan Wakil Presdir, tapi kau tidak dibenarkan untuk duduk di kursinya. Silahkan turun dari sana dan duduklah bersamaku di sofa,"Sikap Milea yang berani membuat Ben menyunggingkan senyumnya, meski kebodohan Milea sangat fatal kali ini. Ia melakukan kesalahan terbesar dengan tidak mengenali atasannya sendiri.Ben hanya tersenyum mengikuti perintah Milea yang sudah memasuki peran sebagai sekretaris Wakil Presdir yang baik. Ben bangkit dari kursi kebesarannya dan berjalan mendekati Milea yang lebih dulu duduk di sofa, tempat duduknya semula.Tapi langkah Ben terlihat aneh karena saat ini bukannya ia seharusnya berjalan ke sofa di seberang Milea, tapi Ben malah terlihat mendekati Milea dan mengurung Milea hingga tersudut bersandarkan kepala sofa dengan tidak nyaman."Untuk nyali seorang
"Kau Milea?" Dita bertanya dengan sedikit bingung saat melihat dengan langsung penampilan Milea saat ini.Benar saja, Milea memang terlihat seperti pria. Ya, pria yang cantik."Ya, benar. Namaku Milea Anandita. Aku yang melamar pekerjaan di perusahaan ini, Nona." jawab Milea panjang."Apa penampilanmu memang seperti ini sehari-hari?" Dita bertanya bingung."Hmm, tergantung, Nona. Aku bisa jadi apa saja sesuai kebutuhan, hehe." jawab Milea setengah tertawa, "Tapi, walau penampilanku aneh seperti ini, percayalah, aku bisa menjalankan tugas sekretaris dengan baik. Dan aku yakin bisa membantu meringankan tugas Wakil Presdir dengan pengalaman bekerjaku, Nona." sambung Milea yakin."Hmm, boleh juga. Baiklah, kurasa aku menyukaimu dan setuju agar kau menjadi sekretaris Wakil Presdir. Tapi—,” ucap Dita setengah menggantung."Kau seorang wanita. Meskipun saat ini kau berpenampilan sebagai pria, di masa depan siapa yang akan tahu apakah kau akan mengubah penampilanmu dan malah berbalik menggoda
Kantor pusat The Eye God Tower…"Cory, bagaimana dengan penerimaan sekretaris baru yang kuajukan padamu? Apa kau sudah mulai menjalankan perintahku?" tanya Dita pada sahabatnya Cory yang merupakan Manajer Departemen HRD di Eye God Tower."Sudah. Tenang saja. Aku tidak mungkin mengecewakanmu, Dita." jawab Cory santai, "Tapi, aku tidak yakin kau akan menerima wanita-wanita yang melamar ke kantor hari ini." lanjut Cory ragu."Why not? Apa ada yang salah dengan persyaratanku?" tanya Dita bingung."Hmm, entahlah. Aku tidak yakin. Silahkan kau lihat sendiri data-data pemohon pekerjaan itu. Duduklah dulu di sofa, aku akan memanggil bawahanku untuk membawa data mereka," ucap Cory seraya mempersilahkan Dita menunggu dengan santai."Apa ada yang aneh? Sepertinya persyaratan mencari sekretaris handal untuk Direktur sudah cukup standart,” Dita masih bingung."Bukan itu masalahnya. Tunggulah sebentar lagi, kau akan tahu apa yang kumaksud saat ini." ucap Cory.Beberapa menit kemudian, sekretaris Co
Kelahiran si kembar Sophia dan Sean membuat kebahagiaan keluarga Clayton menjadi lebih sempurna. Baik Angie dan bayinya, ketiganya dipulangkan dari rumah sakit dengan keadaan sehat dan bugar.Pasca Angie melahirkan secara Caesar, Joe tentu saja memerlukan banyak waktu luang di rumah untuk membantu istrinya menjaga ketiga anak mereka, karena tidak mungkin Nyonya Neta atau Tuan Royce yang terus berada di rumah mereka.Meskipun mempekerjakan Nanny, tapi Angie dan Joe berusaha memberikan waktu full untuk anak-anak mereka.Dan sudah pasti jika ceritanya seperti itu, maka ada Ben yang menjadi tumbal perusahaan. Tidak main-main, bahkan itu sampai menginjak 6 bulan. Hahaha…Sementara itu, malam hari di kantor The Eye God Tower."Sayang. Cepatlah selesaikan pekerjaanmu! Ini sudah terlalu malam." rengek seorang wanita seksi bernama Dita.Dita Sagala, itulah nama lengkap dari wanita cantik di hadapan Ben yang sudah terlihat bosan menunggu sang pacar.Faktanya, Dita adalah wanita baik dan dari ke
"Angie, kau tidak apa-apa, kan? Bagaimana perasaanmu? Kau butuh sesuatu?” Tanya Ben beruntun pada Angie.Kini Angie sudah berada di ruangan rawat. Sementara si kembar masih di ruang perawat untuk dibersihkan.“I’m OK, Ben,”“Ada yang sakit tidak? Perlu kupanggilkan dokter?” Kini ia bertanya khawatir. Raut wajah pucat kakak iparnya itu jelas sekali dilihatnya.“Tidak perlu. Terima kasih. Kau terlihat kacau,” jawab Angie sambil tersenyum ringan dan sesekali meringis.Kondisi Angie yang tidak memungkinkan untuk melahirkan secara normal mengharuskannya menjalani operasi caesar. Tapi semua itu tidka masalah, yang terpenting Angie dan kedua bayinya sehat. Itulah yang sangat penting bagi mereka semua.“Angie, terima kasih untuk semuanya,” Ben berucap lagi, kali ini wajahnya memerah menahan tangis.“Terima kasih untuk apa?”“Terima kasih karena kau datang ke keluarga kami. Membawa cahaya kebahagiaan bagi Sammy dan kakakku, tentu saj aaku juga bahagia melihat keduanya bahagia,” Ben kini menang
Angie berjalan pelan ke arah tangga sejak kehamilannya mendekati bulan kelahiran. Joe memang sengaja mengganti kamar mereka ke lantai satu, alasannya tentu saja agar Angie tidak harus bolak-balik naik turun tangga.Angie mendongak ke atas. Ini adalah hari minggu Sammy dan Ben sepertinya belum bangun, terbukti mereka yang belum turun ke bawah sejak tadi.Baru saja Angie hendak naik ke anak tangga pertama, wanita itu tiba-tiba memegangi perutnya yang terasa sakit.Angie meringis sambil memegang pegangan tangga supaya tidak jatuh. “Ya ampun, Nyonya! Nyonya tidak apa-apa?” tanya seorang asisten rumah tangga yang kebetulan lewat dengan teh di tangannya. Wanita paruh baya itu menaruh tehnya lalu beralih menghampiri Angie lagi. Dia menahan tubuh Angie agar tidak jatuh.“Bibi, sakit sekali,” lirih Angie.“Tuan Joe, Tuan Ben! Lihatlah Nyonya. Nyonya kesakitan!” Teriak asisten rumah tangga tersebut.Joe yang baru saja keluar kamar dan mendengar suara teriakan langsung berjalan terdesak. Sement
Di malam hari yang tenang setelah beberapa waktu selesai makan malam, Angie membawa Sammy ke kamarnya. Seperti biasa, meskipun sudah menginjak usia 10 tahunnya, Sammy tetap ingin dibacakan dongeng sebelum tidur.Si kecil sudah semakin pintar dan ceria. Kepercayaan dirinya juga meningkat tajam setelah Angie menjadi mentornya langsung dalam pelatihan Taekwondo. Sammy sudah tidak takut lagi pada orang-orang asing tanpa menurunkan kewaspadaannya.Setelah Sammy tidur, Angie kembali ke kamar utama, tapi Joe tidak ada di sana. Ia pun berjalan mencari suaminya dan mendapati penerangan di ruang kerja Joe menyala, itu artinya sang suami ada di sana.Dari depan pintu yang setengah terbuka, Angie bisa melihat keseriusan Joe saat bekerja. Senyumnya terangkat miris.‘Apa kau bekerja selarut ini untuk mengubur kekecewaan?’ gumam Angie dalam hati. Sedih sudah pasti karena harapan besar Joe yang ing
“Hoam…” Angie terlihat berulang kali menguap. Entah mengapa dirinya lebih sering mengantuk semingguan ini, dan ternyata keanehan menantunya itu terlihat oleh Nyonya Neta.“Apa kau sering begadang, Angie? Beristirahatlah, Nak. Kegiatanmu itu sudah banyak sekali, janganlah sering begadang,” ucap Nyonya Neta memberi perhatian.Setelah kejadian besar saat itu membuat perangainya berubah drastis pada Angie. Kini Nyonya Besar keluarga Clayton itu begitu menyayangi anak menantunya ini. Semakin menyayangi Angie, karena menantunya itu juga memperhatikannya dan sang suami yang saat ini memang sudah tidak bisa lagi melakukan pekerjaan berat.Seperti hari ini contohnya, Angie membawa dan mengantarkan ayah mertuanya ke rumah sakit untuk kontrol kesehatan. Mengingat Joe dan Ben sendiri harus berjuang menstabilkan perusahaan mereka, maka di sinilah Angie bertindak sebagai menantu yang baik.
Hari-hari kembali normal. Joe dan Angie kembali disibukkan dengan rutinitas masing-masing. Angie semakin sibuk mengurus Teratai Mekar yang kini bekerja sama dengan Kementrian Olahraga untuk mencetak atlet tangguh menuju ranah Internasional.Sementara Joe harus menghadapi ujian pekerjaan yang menumpuk. Nama baik The Eye God Tower juga sedang menjadi perbincangan di bursa saham dan kalangan pebisnis. Itu karena investor Jepang yang menarik saham mereka besar-besaran setelah kasus Axe meledak.Untuk memperbaiki keadaan perusahaannya, Joe harus lembur dan pulang dini hari semingguan ini.Pukul 11 malam, Angie yang baru kembali dari kantornya kini sudah berada di depan kantor Eye God Tower.“Aku tidak percaya kau akan lembur lagi malam ini,” Angie bergumam sambil menghela napas. Di tangannya sudah ada bungkusan cemilan malam dan kopi untuk Joe.Angie mulai melangkah masuk