“Bukan melamun, tapi sedang memikirkan bagaimana seorang Joe Clayton orang nomor satu di The Eye God Tower bisa dengan mudahnya melontarkan lelucon yang tidak lucu,”“Apa aku harus mengingatkanmu bahwa pernikahan bukan hal yang mudah untuk dibahas sesingkat itu. Belum lama kita bertemu, apa itu masuk akal untukmu bertanya seperti itu?”“Alih-alih berkomitmen untuk menikah, kita bahkan belum mengenal lebih jauh. Apa kau yakin dengan wanita sepertiku? Kau yakin aku wanita baik-baik saja?” jawaban Viona jelas terdengar sebagai penolakan.“Jadi ini penolakan?” Joe bertanya dengan raut kecewa.“Bukan penolakan. Aku hanya mencoba mengingatkan kalau hubungan pernikahan terlalu miris dipermainkan dengan sikapmu ini, Tuan,”“Sudah malam. Aku mau beristirahat.” Viona yang kesal baru akan berjalan, tapi tangannya malah ditarik Joe kembali.“Sejak tadi kau mengatakan kalau aku sedang mengatakan lelucon, hal konyol, dan terkesan mempermainkanmu. Memangnya apa yang kulakukan? Apa kau kira kebahagiaa
“Mr. Sato!”Pria itu berbalik ke belakang, tepatnya pada seorang wanita yang baru saja turun dari mobil mewah. Wanita berbusana kantoran itu terengah, wajahnya terlihat panik ketika menghadap ke pria yang ditolong Viona tadi. “Maafkan aku, Tuan Sato. Aku terlambat menjemputmu di bandara. Apa kau baik-baik saja, Tuan?” wanita itu bertanya dalam bahasa Inggris, memastikan tamu penting perusahaannya itu baik-baik saja setelah keluar dari bandara tanpa sambutan mereka.“Aku baik-baik saja. Tadi ada sedikit insiden tapi sudah berlalu karena bantuan wanita muda itu,”“Dia menolongku melumpuhkan pencuri. Pencurinya sudah tertangkap, dompetku sudah kembali, tapi aku malah kehilangan penolongku itu,” “Seandainya aku bisa mengucapkan terima kasih dengan benar…” Pria asing bernama Tuan Sato itu terdengar mengeluh.“Tenang saja, Tuan Sato. Setelah ini aku akan membantu sebisa kami. Kukira anda sudah tahu, bukan, kalau perusahaan kami adalah perusahaan terbaik yang membuat alat pantauan keamanan
Pagi ini merupakan hari yang sangat sibuk bagi Viona. Karena pesan dari anak buah Tuan Royce itu membuatnya harus melakukan apapun dengan cepat.Walaupun pagi ini dia tidak harus menyiapkan keperluan Joe, karena Joe tidak pulang, tapi ia tetap harus mengurus keperluan sekolah Sammy.Setelah mengantarkan Sammy ke sekolah dan berpesan pada gurunya agar menunggu sebentar kalau nanti ia kembali agak lama, barulah Viona menuju Teratai Mekar dengan tergesa.“Apa? Tamunya sudah menunggu di ruanganku? Oke sebentar. Aku sudah sampai dan segera ke sana,” ucapnya pada panggilan telepon, dan langsung berjalan tergesa.“Akh!” pekiknya kaget. Ia nyaris terjatuh saat hak sepatunya terselip dan membuat tumitnya terkilir. Untung saja, tubuh Viona tertahan dada bidang seseorang yang datang dari samping.“K-kau?” “Apa begitu sapaan untuk orang yang saling mengenal? Setidaknya kau menanyakan kabarku, kan?” ucap pria tersebut, “bagaimana dengan kakimu? Apa sakit?” tanyanya lagi.“Tuan Joe, untuk apa kau k
Shera bukan tidak tahu tentang Joe dan Viona yang saling mengenal. Tapi ia sendiri masih sangat bingung dengan keadaan. Bagaimana mungkin wanita yang sebelumnya ia temui akan melamar menjadi pekerja di kantor mereka dan sekarang menjadi pengasuh anak bosnya itu, kini malah berdiri di hadapannya sebagai pemimpin Teratai Mekar?Tapi Shera sebagai sekretaris tidak memiliki hak untuk bertanya tentang urusan pribadi bosnya, jadi ia hanya diam menyimpan kebingungannya sendiri.Tapi, sikap konyol bosnya itu membuat Shera tidak bisa percaya.“Bos, kau yakin kau tidak melakukan hal yang salah?” Shera memastikan pada Joe untuk mengoreksi sikapnya pada Viona, tapi Joe terlihat hanya tersenyum, mengabaikan ucapannya.“Maaf, Tuan Clayton yang terhormat. Aku sedang tidak ada waktu bermain-main kali ini. Jadwalku padat, walau tidak sepadat waktumu yang berharga. Jadi, aku mohon kita akhiri saja pertemuan ini dan pergi melanjutkan aktifitas kita masing-masing. Saya kira itu lebih baik daripada melanju
“Haruskah aku menjawab?” Viona membalikkan pertanyaan pada Joe.“Apa aku terlihat sedang bermain-main?” Joe menjawab dingin “Lalu bagaimana kalau kukatakan padamu kalau aku sedang bosan dengan kehidupanku? Apa kau akan menerima itu dengan mudah?” Joe tersenyum miris, “Meskipun di dunia ini ada yang seperti itu, tapi aku tidak percaya itu adalah kau. Bagaimana bisa seorang gadis yang lahir dengan segala kemewahan dunia dan saat dia bosan dia melepaskan segalanya dan malah memilih hidup tidak punya apa-apa sepertimu,”“Kau bisa percaya orang itu adalah aku,” Viona tidak ingin terlalu banyak bicara dan meladeni kecurigaan Joe padanya, “Sammy sudah menungguku,” ucapnya lagi dan berdiri.Tapi saat dia akan melangkah, tangannya ditarik Joe kembali, “Yang kita bahas ini bukan masalah simple. Ini menyangkut Sammy juga,”“Kau curiga kalau aku akan berbuat buruk pada Sammy?” Viona tidak percaya kalau dia akan menanyakan hal itu pada Joe, “Kau masih curiga padaku?”“Ini tugasku sebagai ayahnya
Setelah malam perdebatan antara Joe dan pengasuh putranya, suasana di rumah terasa aneh. Baik Angie ataupun Joe tidak terlihat banyak bicara ketika bersama dengan Sammy atau Ben. Hanya jika ada orang ketiga di tengah mereka, keduanya baru berbicara.Sudah tiga hari berlalu dan Joe belum mengetahui alasan Angie menggunakan identitas Viona seperti ini. Tapi, ia mencurigai sesuatu yang mungkin saja menurutnya benar. Meski begitu Joe harus membuktikan semuanya dengan waktu tanpa membuat Angie curiga.Malam ini Joe dan Sammy sedang bersiap menghadiri acara ulang tahun teman sekelas Sammy. Keduanya nampak serasi menggunakan sweater tebal berwarna putih yang tentu saja membuat ketampanan ayah dan anak itu semakin terpancar jelas walau di malam hari.“Sammy, tanyakan Bibi-mu apa dia sudah selesai?” Joe menyuruh Sammy bertanya tentang Angie. Keduanya kini duduk di ruang keluarga menunggu Angie keluar dari kamarnya.Belum lagi Sammy bangkit, suara Angie yang baru datang membuat perhatian ayah da
"Tidak usah, aku bisa sendiri, kok!" jawab Angie dengan tegas."Kenapa, Nona? Kami hanya mau menolong kalian agar tidak kelelahan. Lagipula malam-malam di tempat seperti ini membawa adik kecil sendirian, apa itu tidak kasihan sekali?” “Ke mana orang tuanya? Lalu di mana pacarmu?” pemuda yang satunya ikut berkomentar.“Dia sedang membeli minuman, jadi jangan repot-repot untuk membantu kami,” jawab Angie lagi tanpa basa-basi.Sammy yang sejak awal sudah takut dengan kehadiran dua pria itu dan meminta untuk digendong Angie, kini membisikan sesuatu pada pengasuhnya itu."Bibi, aku tidak mau Bibi naik wahana ini. Lagipula antriannya masih panjang sekali dan dua orang ini pasti akan mengganggu kita terus kalau kita tetap di sini. Ayo kita susul Papa saja,” bisik Sammy di telinga Angie dan ia pun segera mendapat anggukan pengasuhnya.Tanpa berucap apapun, Angie dan Sammy melangkah keluar dari panjangnya antrian loket wahana Roller Coaster dan berjalan ke sembarang arah mencoba menemukan di
Angie memaki pria itu sembari tetap melayangkan pukulan dan tendangan yang sulit ditangkis. Kalau pun serangan Angie masih bisa ditangkis pria tersebut, tapi tetap saja rasanya pasti sangat sakit."Viona! Sudah, hentikan!" Joe menangkap tubuh Angie dari belakang saat merasa Angie sudah kelepasan menghajar bajingan yang sudah meringkuk tidak berdaya."Viona, stop! Jangan diteruskan atau dia akan mati! Tenangkan dirimu, Angie!" Joe terus menahan Angie dan memeluknya dengan kuat dari belakang. Sembari terus membentak Angie untuk menyadarkannya.Hingga akhirnya, Angie berhasil ditenangkan dan berbalik memeluk Joe."Mereka bajingan. Mereka jahat sekali! Orang itu menampar Sammy di depanku!" ucap Angie sambil menangis karena marah."Ya sudah, Sammy juga sudah lebih tenang. Orang-orang sudah menangkap mereka sekarang. Tenangkanlah dirimu," Joe mencoba menenangkan Angie yang tubuhnya mulai lemas, tidak kaku seperti tadi.‘Kau sangat mengerikan saat kau marah. Kau kuat dan tidak tertahan. Baga
Setelah Angie kembali dari ruang kepala sekolah untuk bertanya di mana ruang kelasnya dan kini sudah di depan kelas bersama gurunya, kehadirannya membuat suasana kelas yang awalnya ribut, menjadi senyap.Hal itu terjadi karena empat dari pelajar yang dihajar Angie serta anak korban pembullyan tadi berada di kelas yang sama dengan Angie.“Silahkan perkenalkan dirimu pada teman-teman sekelasmu!” ujar guru kelas tersebut. Angie mengangguk singkat sebelum tersenyum pada para anak remaja di depannya.‘Astaga, aku tidak menyangka akan mengulangi masa sekolah dan perkenalan diri seperti dulu lagi,’ Angie masih terdiam saat mengingat dirinya berada di posisi yang sama ketika ia baru saja pindah ke sekolah menengah akhirnya dulu ketika Nyonya Hanum mengajaknya pindah ke sekolah yang baru. Namun keadaan dulu dan kini berbeda. Jika dulu hanya tatapan mengejek karena berita tentang murid baru yang pindah adalah seorang gadis tanpa kasih sayang orang tua dan terbagi dengan anak angkat yang lebih
Hari-hari bahagia datang, tapi semua itu nyatanya belum cukup untuk membuat semua orang tenang. Joe dan Ben harus disibukkan dengan kepolisian yang masih belum menutup buku kasus yang banyak Axe lakukan.Sementara itu Angie sendiri harus kembali ke Bangkok bersama ayahnya setelah keduanya diberikan sanksi deportasi ringan dari negara ini. Itu bukan hal besar bagi Angie dan Tuan Royce. Mereka patuh dan sepakat dengan Joe tanpa perdebatan panjang yang awalnya ditolak Joe.Bagaimana mungkin dirinya bisa dipisahkan jarak oleh istri tercintanya, ditambah lagi dengan Sammy yang memilih ikut ibu sambungnya dan juga kakek yang mengasyikkan daripada tinggal bersama dua pria kaku seperti paman dan papanya.Tapi Joe mengerti kalau semua itu demi kebaikan bersama dan juga Angie yang memerlukan waktu untuk melatih ototnya yang tegang pasca operasi tempo hari.Sore hari setelah Angie baru kembali dari markas Teratai Mekar untuk melakukan latihan rutinnya dalam menembak, ia meminta anak buah Tuan Ro
Hari membosankan di rumah sakit berakhir, hingga tibalah semuanya pada hari ini. Tepatnya di hotel bertaraf Internasional milik Tuan Royce. Saat ini sedang diadakan acara yang meriah tapi itu hanya dihadiri orang-orang tertentu saja, bahkan tidak ada peliput media di sana. Pasalnya, hari ini merupakan hari bahagia Joe dan Angie yang sejak awal memang belum mengadakan resepsi pernikahan mereka.Para tamu yang datang tidak hanya dari kalangan pebisnis terdekat saja. Ada juga beberapa petinggi keamanan negara seperti Bill dan kenalan dekat lainnya. Dan juga, beberapa orang dengan penampilan serba hitam yang merupakan kerabat dekat Tuan Royce dan itu jelas bukan orang sembarangan.Tempat resepsi pernikahan dan juga para tamu undangan yang terbuat khusus ini juga atas saran dari Tuan Royce. Itu semua bentuk tanggung jawabnya sebagai seorang ayah yang ingin memberikan hal terbaik bagi putri tunggalnya dan juga sang cucu–Sammy–yang berulang tahun ke 10 tahun ini."Ya. Sebelum kue tart pernik
Mari kembali ke beberapa part saat Angie menghilang.Dharma dan perusahaan keluarganya di ambang kebangkrutan setelah pewaris tunggal Keluarga Mangunjati itu dipenjara akibat tuduhan kelalaian yang mengakibatkan nyawa Annabella melayang.Nyatanya Annabella meninggal pasca operasi akibat kecelakaan tempo hari. Meski sempat sadar, tapi Bella mengalami gangguan jiwa yang membuatnya terdistraksi menghabisi nyawanya sendiri.Tuan Bisma dipenjara dengan banyak tuduhan menjalankan bisnis dengan kotor, membuatnya dijatuhi bertahun-tahun hukuman. Para mantan rekan bisnisnya memberatkan hukuman beliau dan bisa dikatakan Bisma akan mendekam di penjara seumur hidup.Selain Bisma, ada Hanum yang stress berat. Beban dosa dan rasa bersalahnya pada mendiang sahabatnya, Ivy, terus menghantuinya, terlebih mendengar kabar bahwa Angie menghilang dan sempat dinyatakan meninggal.Sudah kehabisan harta, suami di penjara, putri kesayanganpun tiada, kini Hanum dijauhi teman sosialita, lalu perlahan hidupnya t
Setelah tiba di rumah sakit, Joe harus menjalani operasi perut dan dirawat intensif. Tiga hari pasca operasi ia dinyatakan koma, tapi syukurlah pada akhirnya ia kembali membuka mata dan bangun. Tepat satu minggu, barulah ia dibolehkan untuk berpindah ke ruang rawat biasa.Selain Bill dan Ben, hanya Tuan Royce yang terlihat berbolak-balik berada di depan ruangannya. Dan ketika sudah dinyatakan pulih dan bisa dijenguk, Joe melihat wajah mertuanya ketika menjenguk dan itu membuatnya tersenyum.Ben yang saat ini sudah lebih baik dan duduk di atas kursi rodanya, duduk di samping ranjang pasien Joe. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Joe dengan nada pelan, bahkan senyumnya juga terlihat dipaksakan.“Yang benar saja. Sepertinya pertanyaan ini lebih cocok kutanyakna untukmu,” Ben menjawab dengan candaan, “Bagaimana rasanya menjadi Raja tidur? Apa kau tahu, Joe, sepanjang hari menunggumu bangun aku mengeluh pada Tuhan kalau aku lebih baik mendengarmu memakiku seumur hidup daripada mendengar tangisa
Ben dan Joe tergeletak tidak berdaya. Keduanya meregang sakit yang tiada tara. Sementara itu Axe yang sudah bangkit, mendekati mereka dan menambah sakitnya.Seperti manusia tanpa hati, Axe menendang tubuh Joe dan Ben berkali-kali seolah keduanya hanyalah sekarung sampah yang wajar ditendang keras untuk menjauh.“Angie milikku. Kalian hanya merusaknya, jadi kalian harus mati!” kalimat ini terus Axe gumamkan dengan ekspresi senyuman yang mengerikan. Ya, itu adalah kepribadian jahatnya yang jelas muncul saat ini.Sambil tertawa dan terus menggumamkan kepemilikannya atas Angie, Axe tidak sedikitpun menaruh ampun pada kakak beradik yang setengah mati menahan kesakitan.Ia berhenti menghajar dua pria malang itu untuk memeriksa isi senjata api di tangannya.“Hmm, pas sekali karena peluruku tertinggal dua. Cukup untuk membunuh kalian berdua, haha!” tawanya mengejek, “Tapi sebenarnya tanpa melakukan apapun kalian sudah akan dijemput malaikat kematian!”“Tapi sepertinya aku itdak ingin lagi men
Di area pergudangan penyimpanan barang bekas perkapalan yang sudah tidak dioperasikan lagi. Di sanalah semua orang berkumpul setelah mengikuti arah laju mobil yang membawa Axe dan Angie.Dengan petunjuk yang Bill berikan, Joe dan Ben tiba di tempat tersebut.“Apa tidak berlebih sekali mengepung pria itu sampai seperti ini?” Ben bertanya dengan ekspresi rumit, “Harusnya kita tanya dulu baik-baik, kan? Karena selama ini kita tidak punya sedikitpun masalah dengannya,” sambungnya mengutarakan kebimbangan.“Kalau hanya mau basa-basi lalu apa yang kau lakukan sampai meminta bantuan temanmu di militer?” Joe mengomentari, “Lagipula kalau dia tidak bermasalah, untuk apa dia langsung kabur menerobos barikade? Dia yang paling tahu bagaimana prosedur pemeriksaan, kan? Kalau nggak punya salah, untuk apa si brengsek itu lari sampai ke sini?” Joe memberikan penilaian tepat.“Aku keluar sekarang!” sambungnya dan langsung turun dari Lamborghini Ben, menuju kerumunan petugas keamanan gabungan di depan
Angie berbalik badan dan berjalan perlahan mengikuti arah anak buah Axe.“Angie?” Axe memanggilnya lagi, tapi kali ini Angie tidak berbalik badan, “Bagaimana kalau nanti kau bertemu dengan Joe lagi? Apa kau akan ikut dia dan meninggalkanku dengan semua konsekuensi yang akan kalian tanggung nanti?” sambung Axe bertanya, dan itu sulit jelas sulit untuk dijawab.“Memangnya aku bisa apa? Aku bukan sepupu Tuhan yang bisa membujuk Tuhan untuk membuat hidupku baik-baik saja. Aku hanya manusia yang harus menerima apa dan seperti apa nasibku, kan? Aku perempuan lemah yang hanya bertahan hidup dengan masa depan yang sudah kau atur seperti ini,”“Kenapa kau tidak membiarkan Tuhan memainkan takdir sesuai keinginan-Nya?” dengan kalimat lirih Angie menjawab. Ia pun melanjutkan langkahnya yang kesusahaan, menjauh dan terus melangkah membelakangi Axe.“Kenapa harus membawa nama Tuhan, Babe? Kenapa kau terlihat pasrah dengan semua hal? Kau seperti bukan Bidadari kecil yang kukenal. Angie-ku tidak seme
“Kondisimu sedang tidak baik-baik saja, Nona. Sudah tiga hari ini kau mengalami perdarahan. Itu tandanya ada yang tidak beres dengan kandungan dan bayinya, Nona,” Dokter yang menangani Angie saat ini bersuara. Di sana juga ada Axe yang ikut mendengarkan penuturan sang dokter.“Jenderal, sepertinya kita harus kembali ke kota untuk memeriksakan secara intens kondisi Nona Angie,” ucap sang dokter lagi pada Axe. Axe terdiam mematung sambil memperhatikan raut wajah Angie yang seolah tidak beremosi.“Angie, kenapa kau diam seperti ini. Katakan sesuatu. Jangan membuatku bingung mengambil keputusan untukmu dan bayinya.” Axe bertanya lembut.“Apa aku punya pilihan? Sejak kau membawaku ke sini, aku memang sudah tidak punya pilihan lagi. Bukannya hidupku sudah kau tetapkan?” Angie terdengar putus asa. Ia tidak bisa berpikir, “Tapi kalau sampai anakku kenapa-kenapa, kurasa aku akan bunuh diriku di depanmu,”Perlahan, air mata Angie turun. Ia sepenuhnya bingung dan itu terlihat jelas di mata Axe.