Joe berucap kaget setelah melihat luka sayat di lengan atas Angie yang cukup lebar dan seharusnya menerima beberapa jahitan.“Kau menahan ini sejak tadi?” Joe menggelengkan kepalanya merasa Angie sungguh keterlaluan."Yang di paha juga ada, kan? Ayo, kubantu membuka!" Joe tidak lagi sungkan berucap seperti itu. Nafsunya hilang saat melihat seberapa parah luka dan lebam di tubuh Angie saat ini.Namun, sepertinya nafsu yang tertahan itu hanya sementara. Joe yang kembali melihat seberapa mulus kulit kaki Angie hampir saja kelepasan saat darahnya berdesir hebat.Tapi matanya langsung terbelalak kembali melihat sayatan pisau yang melukai paha wanita yang dicintainya itu."Kalau tidak separah ini mungkin kau tidak akan mengatakan apapun padaku, kan? Kau tidak akan menangis kesakitan dan terus saja menyimpan sakitmu sendirian, kan?" omel Joe yang kini membuat Angie menangis.Kemarahan Joe membuatnya takut. Angie tidak pernah melihat Joe secemas ini padanya.Melihat Angie yang menangis karena
Itu adalah Ben yang sepertinya mencari keberadaan sang kakak yang tidak ia temukan di semua sudut rumah.Kesal bercampur gemas. Itulah yang sejujurnya mereka rasakan dalam diam. Angie yang baru saja terbangun dari rasa nikmat tadi mencoba memproses otaknya kembali ke mode normal.Joe menjauh darinya tanpa suara menuju pintu dan membukanya, memasang wajah frustasi bahkan setelah melihat Ben di balik pintu.“Dasar pengganggu,”“Kau bilang sesuatu?” Ben segera bertanya bingung.“Kubilang dia akan tidur. Memangnya apa yang kau dengar?” ucap Joe ketu
Angie melirik dua anak buahnya dan memberikan tanda agar tetap diam, meskipun hinaan selanjutnya semakin gila pada Angie."Dan kau! Pergilah dari sini. Aku tidak ingin bersikap kasar padamu, karena kau seorang wanita. Ya, wanita murahan yang berani menggoda anakku! Pergi, sebelum aku memanggil keamanan rumah ini!" lanjutnya.Dua pengawal Tuan Royce membelalakkan mata saat nyonya besar tersebut menyebut anak kebanggaan bos mereka dengan sebutan 'wanita murahan' yang mereka tahu, itu adalah penghinaan besar untuk semua dari mereka.Angie mengeraskan rahangnya, berusaha menahan amarah. Matanya tertutup dan tangannya terangkat untuk menahan dua pengawal itu agar tetap diam."Terima kasih untuk sebutannya. Karena kau lebih tua dariku, aku akan menghargaimu walaupun kalimat yang barusan terdengar tidaklah pantas kau ucapkan. Terlebih di depan Sammy," ucap Angie pada nyonya Neta."Sammy, mungkin hari ini aku tidak bisa menemanimu bermain dan mungkin nenekmu sedang ingin bermain bersamamu. La
'Kau sudah memikirkan bagaimana masa depan akan datang, Sayang? Apa sudah kau bayangkan seperti apa hidupmu bersama mereka nantinya? Kau tidak melupakan siapa dirimu dan dari keluarga seperti apa kau berasal, kan?’ Tuan Royce bertanya dengan tenang pada Angie sebelum putri angkatnya itu memutuskan kembali ke Indonesia untuk misi balas dendamnya pada keluarga Bharadja.‘Aku sudah memikirkan semua itu, Ayah. Dan kenyataan ini membuatku menyesal mengapa aku terlahir di tengah keluarga kejam seperti itu.’‘Andai saja bukan mereka yang membawaku ke bumi ini, mungkin saja penyesalanku tidak akan berat ketika aku membayarkan apa yang sudah mereka beri padaku. Kesedihan, air mata, dan sakit. Aku bahkan kehilangan anak yang menjadi tumpuan hidupku yang nyaris hancur,’‘Lalu, bagaimana jika andai saja itu ada, Nak?’ ‘Andai saja apa maksud Ayah?’‘Seandainya saja saat itu memang Tuhan sedang bosan, lalu dengan izin-Nya kau memanglah bukan putri mereka. Jika memang seperti itu, apa yang akan ka
Setelah kembali dari rumah orang tuanya dengan kemarahan atas perjodohan paksa, Angie memutuskan kembali ke rumah Joe untuk menemui Sammy yang ia rindukan. Ia ingin menemani si kecil tidur malam ini.Namun Angie bingung saat baru saja tiba di rumah Joe tapi tidak mendapati seorang pun di sana. Setelah itu, tubuhnya terasa bak disambar petir, informasi yang didengarnya dari pelayan rumah tentang Sammy membuat Angie melemas.“Sammy mengalami kecelakaan? Bagaimana bisa? Aku meninggalkannya dalam keadaan baik-baik saja kemarin, kan?” tanya Angie dengan suara bergetar. “Semuanya terjadi tepat setelah anda pergi, Nona. Sammy mengejar mobil yang membawamu sampai keluar pagar besar dan saat itu ada truk lewat dan Sammy…”Tubuh Angie seketika lemas, lututnya tidak bisa menahan tubuhnya yang bergetar, “Tidak mungkin…” gumamnya dan mulai menangis. Ia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi saat itu pada si kecil Sammy yang malang.Dengan sisa tenaga yang ia miliki, Angie langsung membawa mobil
Angie melepas paksa tangan Joe padanya. Wanita itu tertawa pelan, “Hubungan apa lagi yang kau maksud?”Pertanyaan Angie membuat Joe bingung. Keadaan seperti terbalik saat ini.“Hubungan yang kau maksud itu bukannya berawal dari pertemuanku dengan Sammy? Dan sekarang kau memutuskan itu semua. Lalu hubungan apa lagi yang kau maksud?” Angie mengulangi pertanyaannya.“Angie…” geram Joe lalu bangkit berdiri.“Baru saja kau mengatakan kalau Sammy tidak baik-baik saja denganku, kan? Seharusnya kau menyadari ini sejak awal ketika aku menolak tawaran bekerja denganmu. Seharusnya kau tidak terus menggangguku dengan godaan payahmu selama ini,”“Kau baru saja mengatakan aku tidak lagi menjadi pengasuh Sammy, tapi untuk apa kau menyebutkan hubungan yang tidak pernah kita mulai? Aku bahkan tidak tahu nama hubungan yang kau ikatkan padaku ini!”Angie mengeluarkan kekesalannya. Rasa bersalahnya sudah menumpuk dan Joe adalah tempat yang tepat mengeluarkan itu semua.“Aku bukan gadis remaja yang labil
“Arghhh!” Teriakan Angie seketika membuat pria yang duduk di sebelahnya itu memicingkan mata dan terbangun dari lamunan singkatnya tentang masa lalunya bersama Angie kecilnya dulu.Tapi suara Angie yang nyaring harus dihentikan. Oleh karena itu ia memegangi tangan Angie sekalipun memberikan perlawanan padanya.“Hei, tenanglah dulu atau kucium lagi!” pria itu mencoba menenangkan Angie dengan ancaman manis dan membuatnya mulai tenang sambil mengingat apapun sebelum pagi ini.“Sudah cukup tenang untuk berpikir?” pria itu bertanya, dan pertanyaannya membuat Angie mulai memperhatikannya.“Kau? Ada apa denganmu?” Angie bertanya singkat sambil memperhatikan pria yang saat ini bertelanjang dada, yang menunjukkan betapa gagahnya otot yang berkotak-kotak itu.“Apa kau sudah gila? Apa-apaan ini!” sebut Angie yang langsung memasang tatapan waspada. Saat menyadari kalau dirinya masih mengenakan pakaian dalam dan celana pendek, ia perlahan bangkit dari ranjang dan berdiri, masih menghadap ke pria d
Di Ritz Grand Hotel, tepat pukul 8 malam, Angie datang sendirian ke sana mengenakan gaun yang ditunjukan sang mama padanya. Penampilannya begitu anggun saat ini, sangat berbeda dengan gaya tomboynya sehari-hari, tapi itu tetap tidak menghilangkan kecantikan alaminya.Angie masih di depan lobby dan mengikuti arahan penerima tamu untuk mengarahkan ruangan mana dirinya akan datangi. Tapi saat sudah berdiri di depan lift, ia dikagetkan dengan hembusan napas hangat dan suara berat seorang pria di telinganya dengan sangat dekat.“Kau terlihat luar biasa, Babe. Aku tidak salah memilihkan gaun ini untukmu…”Angie seketika menoleh dan mendapati pria gila yang tadi malam bersamanya, muncul di sini, “Kau lagi?!” refleks menjauh selangkah dan masuk ke lift saat pintu lift terbuka.Penerima tamu juga terlihat akan masuk ke lift, tapi pria misterius yang terus mengikuti Angie melarangnya, “Tinggalkan dia bersamaku, biar aku saja yang membawanya. Kami saling mengenal dan akan ke lantai yang sama,”“
"Maaf, aku tidak memiliki kewajiban untuk menjawab pertanyaan yang menurutku bersifat pribadi. Dan lagi, kurasa sikapmu salah, Tuan,""Walau aku tidak mengenalmu ataupun tahu seberapa akrabnya hubunganmu dengan Wakil Presdir, tapi kau tidak dibenarkan untuk duduk di kursinya. Silahkan turun dari sana dan duduklah bersamaku di sofa,"Sikap Milea yang berani membuat Ben menyunggingkan senyumnya, meski kebodohan Milea sangat fatal kali ini. Ia melakukan kesalahan terbesar dengan tidak mengenali atasannya sendiri.Ben hanya tersenyum mengikuti perintah Milea yang sudah memasuki peran sebagai sekretaris Wakil Presdir yang baik. Ben bangkit dari kursi kebesarannya dan berjalan mendekati Milea yang lebih dulu duduk di sofa, tempat duduknya semula.Tapi langkah Ben terlihat aneh karena saat ini bukannya ia seharusnya berjalan ke sofa di seberang Milea, tapi Ben malah terlihat mendekati Milea dan mengurung Milea hingga tersudut bersandarkan kepala sofa dengan tidak nyaman."Untuk nyali seorang
"Kau Milea?" Dita bertanya dengan sedikit bingung saat melihat dengan langsung penampilan Milea saat ini.Benar saja, Milea memang terlihat seperti pria. Ya, pria yang cantik."Ya, benar. Namaku Milea Anandita. Aku yang melamar pekerjaan di perusahaan ini, Nona." jawab Milea panjang."Apa penampilanmu memang seperti ini sehari-hari?" Dita bertanya bingung."Hmm, tergantung, Nona. Aku bisa jadi apa saja sesuai kebutuhan, hehe." jawab Milea setengah tertawa, "Tapi, walau penampilanku aneh seperti ini, percayalah, aku bisa menjalankan tugas sekretaris dengan baik. Dan aku yakin bisa membantu meringankan tugas Wakil Presdir dengan pengalaman bekerjaku, Nona." sambung Milea yakin."Hmm, boleh juga. Baiklah, kurasa aku menyukaimu dan setuju agar kau menjadi sekretaris Wakil Presdir. Tapi—,” ucap Dita setengah menggantung."Kau seorang wanita. Meskipun saat ini kau berpenampilan sebagai pria, di masa depan siapa yang akan tahu apakah kau akan mengubah penampilanmu dan malah berbalik menggoda
Kantor pusat The Eye God Tower…"Cory, bagaimana dengan penerimaan sekretaris baru yang kuajukan padamu? Apa kau sudah mulai menjalankan perintahku?" tanya Dita pada sahabatnya Cory yang merupakan Manajer Departemen HRD di Eye God Tower."Sudah. Tenang saja. Aku tidak mungkin mengecewakanmu, Dita." jawab Cory santai, "Tapi, aku tidak yakin kau akan menerima wanita-wanita yang melamar ke kantor hari ini." lanjut Cory ragu."Why not? Apa ada yang salah dengan persyaratanku?" tanya Dita bingung."Hmm, entahlah. Aku tidak yakin. Silahkan kau lihat sendiri data-data pemohon pekerjaan itu. Duduklah dulu di sofa, aku akan memanggil bawahanku untuk membawa data mereka," ucap Cory seraya mempersilahkan Dita menunggu dengan santai."Apa ada yang aneh? Sepertinya persyaratan mencari sekretaris handal untuk Direktur sudah cukup standart,” Dita masih bingung."Bukan itu masalahnya. Tunggulah sebentar lagi, kau akan tahu apa yang kumaksud saat ini." ucap Cory.Beberapa menit kemudian, sekretaris Co
Kelahiran si kembar Sophia dan Sean membuat kebahagiaan keluarga Clayton menjadi lebih sempurna. Baik Angie dan bayinya, ketiganya dipulangkan dari rumah sakit dengan keadaan sehat dan bugar.Pasca Angie melahirkan secara Caesar, Joe tentu saja memerlukan banyak waktu luang di rumah untuk membantu istrinya menjaga ketiga anak mereka, karena tidak mungkin Nyonya Neta atau Tuan Royce yang terus berada di rumah mereka.Meskipun mempekerjakan Nanny, tapi Angie dan Joe berusaha memberikan waktu full untuk anak-anak mereka.Dan sudah pasti jika ceritanya seperti itu, maka ada Ben yang menjadi tumbal perusahaan. Tidak main-main, bahkan itu sampai menginjak 6 bulan. Hahaha…Sementara itu, malam hari di kantor The Eye God Tower."Sayang. Cepatlah selesaikan pekerjaanmu! Ini sudah terlalu malam." rengek seorang wanita seksi bernama Dita.Dita Sagala, itulah nama lengkap dari wanita cantik di hadapan Ben yang sudah terlihat bosan menunggu sang pacar.Faktanya, Dita adalah wanita baik dan dari ke
"Angie, kau tidak apa-apa, kan? Bagaimana perasaanmu? Kau butuh sesuatu?” Tanya Ben beruntun pada Angie.Kini Angie sudah berada di ruangan rawat. Sementara si kembar masih di ruang perawat untuk dibersihkan.“I’m OK, Ben,”“Ada yang sakit tidak? Perlu kupanggilkan dokter?” Kini ia bertanya khawatir. Raut wajah pucat kakak iparnya itu jelas sekali dilihatnya.“Tidak perlu. Terima kasih. Kau terlihat kacau,” jawab Angie sambil tersenyum ringan dan sesekali meringis.Kondisi Angie yang tidak memungkinkan untuk melahirkan secara normal mengharuskannya menjalani operasi caesar. Tapi semua itu tidka masalah, yang terpenting Angie dan kedua bayinya sehat. Itulah yang sangat penting bagi mereka semua.“Angie, terima kasih untuk semuanya,” Ben berucap lagi, kali ini wajahnya memerah menahan tangis.“Terima kasih untuk apa?”“Terima kasih karena kau datang ke keluarga kami. Membawa cahaya kebahagiaan bagi Sammy dan kakakku, tentu saj aaku juga bahagia melihat keduanya bahagia,” Ben kini menang
Angie berjalan pelan ke arah tangga sejak kehamilannya mendekati bulan kelahiran. Joe memang sengaja mengganti kamar mereka ke lantai satu, alasannya tentu saja agar Angie tidak harus bolak-balik naik turun tangga.Angie mendongak ke atas. Ini adalah hari minggu Sammy dan Ben sepertinya belum bangun, terbukti mereka yang belum turun ke bawah sejak tadi.Baru saja Angie hendak naik ke anak tangga pertama, wanita itu tiba-tiba memegangi perutnya yang terasa sakit.Angie meringis sambil memegang pegangan tangga supaya tidak jatuh. “Ya ampun, Nyonya! Nyonya tidak apa-apa?” tanya seorang asisten rumah tangga yang kebetulan lewat dengan teh di tangannya. Wanita paruh baya itu menaruh tehnya lalu beralih menghampiri Angie lagi. Dia menahan tubuh Angie agar tidak jatuh.“Bibi, sakit sekali,” lirih Angie.“Tuan Joe, Tuan Ben! Lihatlah Nyonya. Nyonya kesakitan!” Teriak asisten rumah tangga tersebut.Joe yang baru saja keluar kamar dan mendengar suara teriakan langsung berjalan terdesak. Sement
Di malam hari yang tenang setelah beberapa waktu selesai makan malam, Angie membawa Sammy ke kamarnya. Seperti biasa, meskipun sudah menginjak usia 10 tahunnya, Sammy tetap ingin dibacakan dongeng sebelum tidur.Si kecil sudah semakin pintar dan ceria. Kepercayaan dirinya juga meningkat tajam setelah Angie menjadi mentornya langsung dalam pelatihan Taekwondo. Sammy sudah tidak takut lagi pada orang-orang asing tanpa menurunkan kewaspadaannya.Setelah Sammy tidur, Angie kembali ke kamar utama, tapi Joe tidak ada di sana. Ia pun berjalan mencari suaminya dan mendapati penerangan di ruang kerja Joe menyala, itu artinya sang suami ada di sana.Dari depan pintu yang setengah terbuka, Angie bisa melihat keseriusan Joe saat bekerja. Senyumnya terangkat miris.‘Apa kau bekerja selarut ini untuk mengubur kekecewaan?’ gumam Angie dalam hati. Sedih sudah pasti karena harapan besar Joe yang ing
“Hoam…” Angie terlihat berulang kali menguap. Entah mengapa dirinya lebih sering mengantuk semingguan ini, dan ternyata keanehan menantunya itu terlihat oleh Nyonya Neta.“Apa kau sering begadang, Angie? Beristirahatlah, Nak. Kegiatanmu itu sudah banyak sekali, janganlah sering begadang,” ucap Nyonya Neta memberi perhatian.Setelah kejadian besar saat itu membuat perangainya berubah drastis pada Angie. Kini Nyonya Besar keluarga Clayton itu begitu menyayangi anak menantunya ini. Semakin menyayangi Angie, karena menantunya itu juga memperhatikannya dan sang suami yang saat ini memang sudah tidak bisa lagi melakukan pekerjaan berat.Seperti hari ini contohnya, Angie membawa dan mengantarkan ayah mertuanya ke rumah sakit untuk kontrol kesehatan. Mengingat Joe dan Ben sendiri harus berjuang menstabilkan perusahaan mereka, maka di sinilah Angie bertindak sebagai menantu yang baik.
Hari-hari kembali normal. Joe dan Angie kembali disibukkan dengan rutinitas masing-masing. Angie semakin sibuk mengurus Teratai Mekar yang kini bekerja sama dengan Kementrian Olahraga untuk mencetak atlet tangguh menuju ranah Internasional.Sementara Joe harus menghadapi ujian pekerjaan yang menumpuk. Nama baik The Eye God Tower juga sedang menjadi perbincangan di bursa saham dan kalangan pebisnis. Itu karena investor Jepang yang menarik saham mereka besar-besaran setelah kasus Axe meledak.Untuk memperbaiki keadaan perusahaannya, Joe harus lembur dan pulang dini hari semingguan ini.Pukul 11 malam, Angie yang baru kembali dari kantornya kini sudah berada di depan kantor Eye God Tower.“Aku tidak percaya kau akan lembur lagi malam ini,” Angie bergumam sambil menghela napas. Di tangannya sudah ada bungkusan cemilan malam dan kopi untuk Joe.Angie mulai melangkah masuk