Itu adalah Ben yang sepertinya mencari keberadaan sang kakak yang tidak ia temukan di semua sudut rumah.
Kesal bercampur gemas. Itulah yang sejujurnya mereka rasakan dalam diam. Angie yang baru saja terbangun dari rasa nikmat tadi mencoba memproses otaknya kembali ke mode normal.
Joe menjauh darinya tanpa suara menuju pintu dan membukanya, memasang wajah frustasi bahkan setelah melihat Ben di balik pintu.
“Dasar pengganggu,”
“Kau bilang sesuatu?” Ben segera bertanya bingung.
“Kubilang dia akan tidur. Memangnya apa yang kau dengar?” ucap Joe ketu
Angie melirik dua anak buahnya dan memberikan tanda agar tetap diam, meskipun hinaan selanjutnya semakin gila pada Angie."Dan kau! Pergilah dari sini. Aku tidak ingin bersikap kasar padamu, karena kau seorang wanita. Ya, wanita murahan yang berani menggoda anakku! Pergi, sebelum aku memanggil keamanan rumah ini!" lanjutnya.Dua pengawal Tuan Royce membelalakkan mata saat nyonya besar tersebut menyebut anak kebanggaan bos mereka dengan sebutan 'wanita murahan' yang mereka tahu, itu adalah penghinaan besar untuk semua dari mereka.Angie mengeraskan rahangnya, berusaha menahan amarah. Matanya tertutup dan tangannya terangkat untuk menahan dua pengawal itu agar tetap diam."Terima kasih untuk sebutannya. Karena kau lebih tua dariku, aku akan menghargaimu walaupun kalimat yang barusan terdengar tidaklah pantas kau ucapkan. Terlebih di depan Sammy," ucap Angie pada nyonya Neta."Sammy, mungkin hari ini aku tidak bisa menemanimu bermain dan mungkin nenekmu sedang ingin bermain bersamamu. La
'Kau sudah memikirkan bagaimana masa depan akan datang, Sayang? Apa sudah kau bayangkan seperti apa hidupmu bersama mereka nantinya? Kau tidak melupakan siapa dirimu dan dari keluarga seperti apa kau berasal, kan?’ Tuan Royce bertanya dengan tenang pada Angie sebelum putri angkatnya itu memutuskan kembali ke Indonesia untuk misi balas dendamnya pada keluarga Bharadja.‘Aku sudah memikirkan semua itu, Ayah. Dan kenyataan ini membuatku menyesal mengapa aku terlahir di tengah keluarga kejam seperti itu.’‘Andai saja bukan mereka yang membawaku ke bumi ini, mungkin saja penyesalanku tidak akan berat ketika aku membayarkan apa yang sudah mereka beri padaku. Kesedihan, air mata, dan sakit. Aku bahkan kehilangan anak yang menjadi tumpuan hidupku yang nyaris hancur,’‘Lalu, bagaimana jika andai saja itu ada, Nak?’ ‘Andai saja apa maksud Ayah?’‘Seandainya saja saat itu memang Tuhan sedang bosan, lalu dengan izin-Nya kau memanglah bukan putri mereka. Jika memang seperti itu, apa yang akan ka
Setelah kembali dari rumah orang tuanya dengan kemarahan atas perjodohan paksa, Angie memutuskan kembali ke rumah Joe untuk menemui Sammy yang ia rindukan. Ia ingin menemani si kecil tidur malam ini.Namun Angie bingung saat baru saja tiba di rumah Joe tapi tidak mendapati seorang pun di sana. Setelah itu, tubuhnya terasa bak disambar petir, informasi yang didengarnya dari pelayan rumah tentang Sammy membuat Angie melemas.“Sammy mengalami kecelakaan? Bagaimana bisa? Aku meninggalkannya dalam keadaan baik-baik saja kemarin, kan?” tanya Angie dengan suara bergetar. “Semuanya terjadi tepat setelah anda pergi, Nona. Sammy mengejar mobil yang membawamu sampai keluar pagar besar dan saat itu ada truk lewat dan Sammy…”Tubuh Angie seketika lemas, lututnya tidak bisa menahan tubuhnya yang bergetar, “Tidak mungkin…” gumamnya dan mulai menangis. Ia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi saat itu pada si kecil Sammy yang malang.Dengan sisa tenaga yang ia miliki, Angie langsung membawa mobil
Angie melepas paksa tangan Joe padanya. Wanita itu tertawa pelan, “Hubungan apa lagi yang kau maksud?”Pertanyaan Angie membuat Joe bingung. Keadaan seperti terbalik saat ini.“Hubungan yang kau maksud itu bukannya berawal dari pertemuanku dengan Sammy? Dan sekarang kau memutuskan itu semua. Lalu hubungan apa lagi yang kau maksud?” Angie mengulangi pertanyaannya.“Angie…” geram Joe lalu bangkit berdiri.“Baru saja kau mengatakan kalau Sammy tidak baik-baik saja denganku, kan? Seharusnya kau menyadari ini sejak awal ketika aku menolak tawaran bekerja denganmu. Seharusnya kau tidak terus menggangguku dengan godaan payahmu selama ini,”“Kau baru saja mengatakan aku tidak lagi menjadi pengasuh Sammy, tapi untuk apa kau menyebutkan hubungan yang tidak pernah kita mulai? Aku bahkan tidak tahu nama hubungan yang kau ikatkan padaku ini!”Angie mengeluarkan kekesalannya. Rasa bersalahnya sudah menumpuk dan Joe adalah tempat yang tepat mengeluarkan itu semua.“Aku bukan gadis remaja yang labil
“Arghhh!” Teriakan Angie seketika membuat pria yang duduk di sebelahnya itu memicingkan mata dan terbangun dari lamunan singkatnya tentang masa lalunya bersama Angie kecilnya dulu.Tapi suara Angie yang nyaring harus dihentikan. Oleh karena itu ia memegangi tangan Angie sekalipun memberikan perlawanan padanya.“Hei, tenanglah dulu atau kucium lagi!” pria itu mencoba menenangkan Angie dengan ancaman manis dan membuatnya mulai tenang sambil mengingat apapun sebelum pagi ini.“Sudah cukup tenang untuk berpikir?” pria itu bertanya, dan pertanyaannya membuat Angie mulai memperhatikannya.“Kau? Ada apa denganmu?” Angie bertanya singkat sambil memperhatikan pria yang saat ini bertelanjang dada, yang menunjukkan betapa gagahnya otot yang berkotak-kotak itu.“Apa kau sudah gila? Apa-apaan ini!” sebut Angie yang langsung memasang tatapan waspada. Saat menyadari kalau dirinya masih mengenakan pakaian dalam dan celana pendek, ia perlahan bangkit dari ranjang dan berdiri, masih menghadap ke pria d
Di Ritz Grand Hotel, tepat pukul 8 malam, Angie datang sendirian ke sana mengenakan gaun yang ditunjukan sang mama padanya. Penampilannya begitu anggun saat ini, sangat berbeda dengan gaya tomboynya sehari-hari, tapi itu tetap tidak menghilangkan kecantikan alaminya.Angie masih di depan lobby dan mengikuti arahan penerima tamu untuk mengarahkan ruangan mana dirinya akan datangi. Tapi saat sudah berdiri di depan lift, ia dikagetkan dengan hembusan napas hangat dan suara berat seorang pria di telinganya dengan sangat dekat.“Kau terlihat luar biasa, Babe. Aku tidak salah memilihkan gaun ini untukmu…”Angie seketika menoleh dan mendapati pria gila yang tadi malam bersamanya, muncul di sini, “Kau lagi?!” refleks menjauh selangkah dan masuk ke lift saat pintu lift terbuka.Penerima tamu juga terlihat akan masuk ke lift, tapi pria misterius yang terus mengikuti Angie melarangnya, “Tinggalkan dia bersamaku, biar aku saja yang membawanya. Kami saling mengenal dan akan ke lantai yang sama,”“
Jika di tempat makan mewah itu sedang dipenuhi kebahagiaan keluarga Bharadja dan kegelisahan Angie, berbeda keadaan dengan mereka yang ada di rumah sakit. Itu karena Sammy yang sudah bangun dan mulai mencari keberadaan Bibi Bee-nya.Joe mengusap kepala putranya yang kini terlilit perban, “Kenapa bisa jadi seperti ini,” gumamnya pelan.“Cepatlah bangun dan jangan buat Papa tersiksa seperti ini, Sammy. Cukup mama-mu saja yang meninggalkan papa, aku tidak akan bisa hidup kalau terjadi hal fatal padamu, Nak…”“Papa…” suara serak si kecil terdengar.“Sammy sudah bangun?” Joe bertanya pelan.Sammy mengerjapkan matanya pelan, anak kecil itu ingin mengubah posisinya, dan sang papa yang peka langsung bergerak cepat membantu putranya untuk duduk di sandaran ranjang.“Ingin sesuatu?”Sammy menggeleng pelan lalu menoleh ke samping, “Paman Ben,” gumam Sammy melihat pamannya yang tidur di sofa sambil duduk. Pamannya itu terlihat lelah.“Di mana Bibi Bee?” Joe terdiam saat putranya itu menatapnya s
“Kau masih marah padaku, ya? Gerakanmu seperti monster yang penuh dendam,” ejek Axe.“Diam dan lawan aku dengan benar!” jawab Angie kesal.‘Bagaimana aku tidak bertambah suka melihatmu, Bidadari Kecilku yang cantik? Ada banyak sekali hal menarik di dirimu yang tidak hanya cantik dan pintar, tapi tenagamu juga kuat sekali. Kau sangat cocok menjadi Ibu Negara, Babe,’ ucap Axe dalam hatinya memuji Angie.Sementara Axe terus menurunkan konsentrasinya, Angie dengan lincah terus menyerang Axe dan sesekali menangkis serangan tanpa isi dari pria itu.“Habislah, kau!” ucap Angie sebelum memberi gerakan cepat sebagai serangan terakhirnya.‘Bugh!’ Axe jatuh di bawah kaki Angie setelah tertarik tangannya dan dibanting oleh wanita itu.Pelatih menyudahi pertandingan mereka dengan hasil Angie-lah yang menjad
Setelah Angie kembali dari ruang kepala sekolah untuk bertanya di mana ruang kelasnya dan kini sudah di depan kelas bersama gurunya, kehadirannya membuat suasana kelas yang awalnya ribut, menjadi senyap.Hal itu terjadi karena empat dari pelajar yang dihajar Angie serta anak korban pembullyan tadi berada di kelas yang sama dengan Angie.“Silahkan perkenalkan dirimu pada teman-teman sekelasmu!” ujar guru kelas tersebut. Angie mengangguk singkat sebelum tersenyum pada para anak remaja di depannya.‘Astaga, aku tidak menyangka akan mengulangi masa sekolah dan perkenalan diri seperti dulu lagi,’ Angie masih terdiam saat mengingat dirinya berada di posisi yang sama ketika ia baru saja pindah ke sekolah menengah akhirnya dulu ketika Nyonya Hanum mengajaknya pindah ke sekolah yang baru. Namun keadaan dulu dan kini berbeda. Jika dulu hanya tatapan mengejek karena berita tentang murid baru yang pindah adalah seorang gadis tanpa kasih sayang orang tua dan terbagi dengan anak angkat yang lebih
Hari-hari bahagia datang, tapi semua itu nyatanya belum cukup untuk membuat semua orang tenang. Joe dan Ben harus disibukkan dengan kepolisian yang masih belum menutup buku kasus yang banyak Axe lakukan.Sementara itu Angie sendiri harus kembali ke Bangkok bersama ayahnya setelah keduanya diberikan sanksi deportasi ringan dari negara ini. Itu bukan hal besar bagi Angie dan Tuan Royce. Mereka patuh dan sepakat dengan Joe tanpa perdebatan panjang yang awalnya ditolak Joe.Bagaimana mungkin dirinya bisa dipisahkan jarak oleh istri tercintanya, ditambah lagi dengan Sammy yang memilih ikut ibu sambungnya dan juga kakek yang mengasyikkan daripada tinggal bersama dua pria kaku seperti paman dan papanya.Tapi Joe mengerti kalau semua itu demi kebaikan bersama dan juga Angie yang memerlukan waktu untuk melatih ototnya yang tegang pasca operasi tempo hari.Sore hari setelah Angie baru kembali dari markas Teratai Mekar untuk melakukan latihan rutinnya dalam menembak, ia meminta anak buah Tuan Ro
Hari membosankan di rumah sakit berakhir, hingga tibalah semuanya pada hari ini. Tepatnya di hotel bertaraf Internasional milik Tuan Royce. Saat ini sedang diadakan acara yang meriah tapi itu hanya dihadiri orang-orang tertentu saja, bahkan tidak ada peliput media di sana. Pasalnya, hari ini merupakan hari bahagia Joe dan Angie yang sejak awal memang belum mengadakan resepsi pernikahan mereka.Para tamu yang datang tidak hanya dari kalangan pebisnis terdekat saja. Ada juga beberapa petinggi keamanan negara seperti Bill dan kenalan dekat lainnya. Dan juga, beberapa orang dengan penampilan serba hitam yang merupakan kerabat dekat Tuan Royce dan itu jelas bukan orang sembarangan.Tempat resepsi pernikahan dan juga para tamu undangan yang terbuat khusus ini juga atas saran dari Tuan Royce. Itu semua bentuk tanggung jawabnya sebagai seorang ayah yang ingin memberikan hal terbaik bagi putri tunggalnya dan juga sang cucu–Sammy–yang berulang tahun ke 10 tahun ini."Ya. Sebelum kue tart pernik
Mari kembali ke beberapa part saat Angie menghilang.Dharma dan perusahaan keluarganya di ambang kebangkrutan setelah pewaris tunggal Keluarga Mangunjati itu dipenjara akibat tuduhan kelalaian yang mengakibatkan nyawa Annabella melayang.Nyatanya Annabella meninggal pasca operasi akibat kecelakaan tempo hari. Meski sempat sadar, tapi Bella mengalami gangguan jiwa yang membuatnya terdistraksi menghabisi nyawanya sendiri.Tuan Bisma dipenjara dengan banyak tuduhan menjalankan bisnis dengan kotor, membuatnya dijatuhi bertahun-tahun hukuman. Para mantan rekan bisnisnya memberatkan hukuman beliau dan bisa dikatakan Bisma akan mendekam di penjara seumur hidup.Selain Bisma, ada Hanum yang stress berat. Beban dosa dan rasa bersalahnya pada mendiang sahabatnya, Ivy, terus menghantuinya, terlebih mendengar kabar bahwa Angie menghilang dan sempat dinyatakan meninggal.Sudah kehabisan harta, suami di penjara, putri kesayanganpun tiada, kini Hanum dijauhi teman sosialita, lalu perlahan hidupnya t
Setelah tiba di rumah sakit, Joe harus menjalani operasi perut dan dirawat intensif. Tiga hari pasca operasi ia dinyatakan koma, tapi syukurlah pada akhirnya ia kembali membuka mata dan bangun. Tepat satu minggu, barulah ia dibolehkan untuk berpindah ke ruang rawat biasa.Selain Bill dan Ben, hanya Tuan Royce yang terlihat berbolak-balik berada di depan ruangannya. Dan ketika sudah dinyatakan pulih dan bisa dijenguk, Joe melihat wajah mertuanya ketika menjenguk dan itu membuatnya tersenyum.Ben yang saat ini sudah lebih baik dan duduk di atas kursi rodanya, duduk di samping ranjang pasien Joe. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Joe dengan nada pelan, bahkan senyumnya juga terlihat dipaksakan.“Yang benar saja. Sepertinya pertanyaan ini lebih cocok kutanyakna untukmu,” Ben menjawab dengan candaan, “Bagaimana rasanya menjadi Raja tidur? Apa kau tahu, Joe, sepanjang hari menunggumu bangun aku mengeluh pada Tuhan kalau aku lebih baik mendengarmu memakiku seumur hidup daripada mendengar tangisa
Ben dan Joe tergeletak tidak berdaya. Keduanya meregang sakit yang tiada tara. Sementara itu Axe yang sudah bangkit, mendekati mereka dan menambah sakitnya.Seperti manusia tanpa hati, Axe menendang tubuh Joe dan Ben berkali-kali seolah keduanya hanyalah sekarung sampah yang wajar ditendang keras untuk menjauh.“Angie milikku. Kalian hanya merusaknya, jadi kalian harus mati!” kalimat ini terus Axe gumamkan dengan ekspresi senyuman yang mengerikan. Ya, itu adalah kepribadian jahatnya yang jelas muncul saat ini.Sambil tertawa dan terus menggumamkan kepemilikannya atas Angie, Axe tidak sedikitpun menaruh ampun pada kakak beradik yang setengah mati menahan kesakitan.Ia berhenti menghajar dua pria malang itu untuk memeriksa isi senjata api di tangannya.“Hmm, pas sekali karena peluruku tertinggal dua. Cukup untuk membunuh kalian berdua, haha!” tawanya mengejek, “Tapi sebenarnya tanpa melakukan apapun kalian sudah akan dijemput malaikat kematian!”“Tapi sepertinya aku itdak ingin lagi men
Di area pergudangan penyimpanan barang bekas perkapalan yang sudah tidak dioperasikan lagi. Di sanalah semua orang berkumpul setelah mengikuti arah laju mobil yang membawa Axe dan Angie.Dengan petunjuk yang Bill berikan, Joe dan Ben tiba di tempat tersebut.“Apa tidak berlebih sekali mengepung pria itu sampai seperti ini?” Ben bertanya dengan ekspresi rumit, “Harusnya kita tanya dulu baik-baik, kan? Karena selama ini kita tidak punya sedikitpun masalah dengannya,” sambungnya mengutarakan kebimbangan.“Kalau hanya mau basa-basi lalu apa yang kau lakukan sampai meminta bantuan temanmu di militer?” Joe mengomentari, “Lagipula kalau dia tidak bermasalah, untuk apa dia langsung kabur menerobos barikade? Dia yang paling tahu bagaimana prosedur pemeriksaan, kan? Kalau nggak punya salah, untuk apa si brengsek itu lari sampai ke sini?” Joe memberikan penilaian tepat.“Aku keluar sekarang!” sambungnya dan langsung turun dari Lamborghini Ben, menuju kerumunan petugas keamanan gabungan di depan
Angie berbalik badan dan berjalan perlahan mengikuti arah anak buah Axe.“Angie?” Axe memanggilnya lagi, tapi kali ini Angie tidak berbalik badan, “Bagaimana kalau nanti kau bertemu dengan Joe lagi? Apa kau akan ikut dia dan meninggalkanku dengan semua konsekuensi yang akan kalian tanggung nanti?” sambung Axe bertanya, dan itu sulit jelas sulit untuk dijawab.“Memangnya aku bisa apa? Aku bukan sepupu Tuhan yang bisa membujuk Tuhan untuk membuat hidupku baik-baik saja. Aku hanya manusia yang harus menerima apa dan seperti apa nasibku, kan? Aku perempuan lemah yang hanya bertahan hidup dengan masa depan yang sudah kau atur seperti ini,”“Kenapa kau tidak membiarkan Tuhan memainkan takdir sesuai keinginan-Nya?” dengan kalimat lirih Angie menjawab. Ia pun melanjutkan langkahnya yang kesusahaan, menjauh dan terus melangkah membelakangi Axe.“Kenapa harus membawa nama Tuhan, Babe? Kenapa kau terlihat pasrah dengan semua hal? Kau seperti bukan Bidadari kecil yang kukenal. Angie-ku tidak seme
“Kondisimu sedang tidak baik-baik saja, Nona. Sudah tiga hari ini kau mengalami perdarahan. Itu tandanya ada yang tidak beres dengan kandungan dan bayinya, Nona,” Dokter yang menangani Angie saat ini bersuara. Di sana juga ada Axe yang ikut mendengarkan penuturan sang dokter.“Jenderal, sepertinya kita harus kembali ke kota untuk memeriksakan secara intens kondisi Nona Angie,” ucap sang dokter lagi pada Axe. Axe terdiam mematung sambil memperhatikan raut wajah Angie yang seolah tidak beremosi.“Angie, kenapa kau diam seperti ini. Katakan sesuatu. Jangan membuatku bingung mengambil keputusan untukmu dan bayinya.” Axe bertanya lembut.“Apa aku punya pilihan? Sejak kau membawaku ke sini, aku memang sudah tidak punya pilihan lagi. Bukannya hidupku sudah kau tetapkan?” Angie terdengar putus asa. Ia tidak bisa berpikir, “Tapi kalau sampai anakku kenapa-kenapa, kurasa aku akan bunuh diriku di depanmu,”Perlahan, air mata Angie turun. Ia sepenuhnya bingung dan itu terlihat jelas di mata Axe.