"Bos, klien kita mengajukan komplain karena pembatalan pertemuan secara sepihak," Jansen melaporkan situasinya."Apa aku perlu memberitahumu apa yang harus dilakukan?" Viona menanggapi Jansen dengan acuh tak acuh, namun matanya terfokus tajam pada sosok pria tua yang baru saja dilumpuhkan Jansen.Sementara itu, Jansen tidak menjawab ketika menyadari tatapan yang berbeda dari atasannya."Aku tahu kau tidak tidur, Pak Tua. Angkat wajahmu dan mari kita bicara." Viona berbicara dengan tenang saat berbicara dengan pria tua yang duduk dengan tenang di depannya.Tidak ada rasa takut sedikit pun di mata wanita cantik itu. Namun, pria tua itu tampak bergeming ketika ia tertangkap basah sedang berpura-pura tidur oleh Viona.Namun, setelah Viona melihat dan mempelajari wajah pria itu dengan jelas, ia tersentak kaget,"Dia..." "Aku tidak tidak menyangka seorang wanita muda sepertimu ternyata seorang gangster." Pria itu berbicara, membuyarkan lamunan Viona.Meskipun dia terkejut karena dia menyada
“Jadi, kau mengetahui semuanya dari ponsel mendiang putrimu? Itu sangat menyedihkan, Pak. Aku turut prihatin atas apa yang kau alami.” Viona menjawab. Hingga saat itu, wanita itu tidak bisa berbuat banyak. Cerita Mayor Jenderal Kenneth sangat menyedihkan untuk didengar.“Ya, berkat mimpi dari putriku, aku bisa melihat wajah para pelaku bejat itu. Berbekal pengalaman IT dari militer, aku mulai mencari sendiri ketiga belas penjahat itu. Dalam dua tahun ini, semua perampok itu telah mati di tanganku.” Mayor Jenderal Kenneth menjelaskan lagi.Ia terlihat membetulkan posisi duduknya, saat ini tubuh dan tangannya masih diikat oleh Jansen, “Tinggal satu lagi yang belum kuhabisi. Dia adalah dalang di balik perampokan dan pembunuhan berencana terhadap keluargaku.”“Aku akan sangat berterima kasih dan menerima belasungkawa kalian ketika kau mengizinkanku menjalankan tugas sebagai kepala keluarga. Aku harus menyelesaikan dendam selama dua tahun ini agar arwah istri dan kedua putriku dapat beristi
Pagi terasa sangat singkat bagi Viona. Sepanjang malam matanya terjaga. Pikirannya penuh dengan kisah dendam Mayor Jenderal Kenneth yang menyedihkan. Ia baru bisa menutup mata lelahnya di subuh hari dan terhitung hanya dua jam saja wanita itu tidur, sebelum bangun lagi untuk menjalani tugas barunya sebagai pengasuh Sammy serta asisten pribadi Joe.Viona mengenakan celana olahraga dan kaos oversize. Rambutnya diikat model kuncir kuda, dan penampilannya itu membuat dirinya kelihatan segar dan santai.Viona mulai melangkahkan kakinya menuju kamar Sammy dan membuka pintu kamar dengan perlahan. Senyum Viona mengembang saat melihat Sammy sudah bangun dan sedang duduk di sofa dengan memegang macbook dan earphone di telinga. Dari yang terlihat, sepertinya Sammy sudah mandi dan segar.“Hai…” sapa Viona sambil tersenyum manis, dan sapaannya itu berhasil membuyarkan konsentrasi Sammy yang tengah sibuk menonton macbooknya.“Bibi Bee, kau di sini?”Viona mengangguk, “Bukankah aku sudah berjanji aka
Setelah kembali dari mengantar Sammy ke sekolah, Viona kembali ke rumah karena mendapatkan telepon dari Joe yang memberitahukan dirinya akan bekerja di rumah. “Ikuti saya,” ucap Joy yang langsung diberi anggukan oleh Fiona. Keduanya berjalan menuju taman belakang, duduk di kursi panjang yang ada di sana. Bagaimana hari pertamamu bekerja di sini tanya Joy pada Fiona. “Sammy anak yang baik dan penurut. Dia membuatku senang. Aku tidak menyangka kalau anak sekecil Sammy sudah bisa melakukan hal kecil seperti mandi dan menyiapkan keperluannya secara mandiri. Aku jadi tidak merasa sedang menjadi pengasuhnya tapi malah seperti temannya saja.”Viona menjelaskan dengan tenang dan semua itu terekspresikan lewat senyuman di wajahnya. Joe tentu sangat senang mendengar hal itu. “Semua itu tidak dilakukan Sammy dalam waktu singkat,” ucapan Joe terdengar miris.“Hmm, ya. Aku mengerti,” Viona memberi tanggapan. Tidak banyak yang bisa dikatakannya saat cerita menyedihkan itu diperdengarkan padanya.
Viona memegang perutnya. Wanita itu lapar. Masih mengenakan celana olahraga dan kaos kebesaran, wanita itu terus berjalan tanpa tahu ke mana harus pergi. Ke mana ia harus pergi ketika pikirannya begitu kacau?"Benar kata orang, berharap terlalu banyak pada manusia itu menyakitkan," gumamnya. Wanita itu menatap langit yang dipenuhi burung-burung yang beterbangan, "Kalau bisa, aku ingin menjadi salah satu dari kalian. Bebas terbang tanpa beban," lanjutnya bergumam.Ia memilih duduk di salah satu kursi panjang di tepi trotoar, ia bergumam lagi mengutuk kebodohannya, "Kau bodoh, Viona. Mungkin kau langsung memutuskan untuk berhenti bekerja hanya karena mendengar perkataan orang-orang kaya seperti mereka. Apa kau lupa bagaimana orang kaya biasanya bertingkah?""Sombong, kan, memang makanan orang kaya. Bagaimana kau bisa lupa itu? Lagipula kau ada di sana untuk mengurus kebutuhan Sammy, lupakan semua itu. Sekarang kau lihat, uang untuk panti asuhan lenyap begitu saja!"Viona menghela nafas,
“Nona Viona, mari ikut saya ke dalam.” ajak seorang petugas berseragam kepolisian pada Viona.Ya, akhirnya Viona tiba di kantor polisi sektor pusat kota. Setelah mengkonfirmasi kedatangannya sebagai Viona, pemilik nomor ponsel yang ada di daftar panggilan ponsel Jansen, dia diajak untuk mendatangi rumah sakit yang tidak jauh dari sana.Keduanya berjalan mendatangi sebuah ruangan yang bagi sebagian orang terasa menyeramkan, Kamar Jenazah.Petugas yang bersama Viona berjalan mendekat ke deretan ranjang berisi mayat yang ditutupi dengan kain putih.“Di sini, Nona. Tolong katakan, apa anda mengenali pria ini? Rekan kami menemukan ponsel itu di saku jaket jenazah ini,” ucap petugas lagi.‘Saku jaket?’Deg…Jantung Viona seakan berhenti sedetik. Tubuhnya menegang, tapi bukan karena takut. Dia tidak tahu entah mengapa hatinya terasa sakit dan air matanya terasa akan jatuh saat akan membuka kain penutup mayat tersebut.Saat akan membuka kain penutup jenazah di depannya, petugas di dekat Viona
“Sammy, ayo makan. Kalau kau tidak makan lalu kapan kau akan sembuh?” Ben membujuk keponakannya itu untuk makan.Sammy kembali menggelengkan kepala dengan wajah yang masih pucat, si kecil itu justru fokus pada layar televisi besar milik rumah sakit di hadapannya.“Apa pendingin kamarmu mati sampai kau harus duduk di teras semalaman?”“Tidak…”“Lalu, kenapa duduk di luar sendirian?” Ben bertanya lagi. Ia ingin mendengar apa yang keponakannya itu rasakan.Tapi Sammy hanya mengedikkan bahu, menatap Ben yang duduk di samping ranjang dengan semangkuk bubur di tangannya.“Sebaiknya kau ke kantor saja, Paman.” Sammy malah mengusir Ben.“Kau sakit dan tidak mau makan, mana mungkin aku akan pergi. Ayahmu juga belum kembali ke sini, kan?” Ben menolak.“Aku sakit, Paman. Jangan berdebat denganku,” Sammy menjawab malas.Ben mengusap dadanya pelan, ‘Sabar, Ben… Bersabarlah. Kau tahu sendiri kalau Sammy adalah fotocopy kakakmu yang keras seperti batu itu, kan?’Ben bergumam dalam hati, menyadari kal
Moment ketika ketiganya bertemu lagi setelah bertahun-tahun lalu membuat suasana menghangat.Sosok Tuan Royce, ayah angkat Angie itu memang begitu berkarisma. Kepribadiannya yang tenang dan tutur katanya yang tegas tapi disampaikan dengan lembut membuat Axe juga mengerti mengapa wanita yang disukainya itu rela meninggalkan keluarga aslinya untuk menjadi putri pemimpin gangster.Di ujung perbincangan santai, Tuan Royce meminta sedikit bantuan Axe di kepolisian. Beliau meminta tolong untuk menyelesaikan urusan jenazah Jansen agar keponakannya itu bisa dikebumikan dengan layak, selayaknya anak baik yang diberikan rumah terindah dari orang tua yang menyayanginya.Axe menepati permintaan sang Paman. Jenazah Jansen diizinkan dikembalikan ke keluarganya untuk dimakamkan dengan layak.Sore ini adalah pemakaman Jansen. Itu hanya upacara pemakaman sederhana tapi indah, yang diberikan Tuan Royce dan Angie untuknya.Angie memutuskan untuk menempatkan Jansen di pemakaman umum dekat toko bunga yang
Mari kembali ke beberapa part saat Angie menghilang.Dharma dan perusahaan keluarganya di ambang kebangkrutan setelah pewaris tunggal Keluarga Mangunjati itu dipenjara akibat tuduhan kelalaian yang mengakibatkan nyawa Annabella melayang.Nyatanya Annabella meninggal pasca operasi akibat kecelakaan tempo hari. Meski sempat sadar, tapi Bella mengalami gangguan jiwa yang membuatnya terdistraksi menghabisi nyawanya sendiri.Tuan Bisma dipenjara dengan banyak tuduhan menjalankan bisnis dengan kotor, membuatnya dijatuhi bertahun-tahun hukuman. Para mantan rekan bisnisnya memberatkan hukuman beliau dan bisa dikatakan Bisma akan mendekam di penjara seumur hidup.Selain Bisma, ada Hanum yang stress berat. Beban dosa dan rasa bersalahnya pada mendiang sahabatnya, Ivy, terus menghantuinya, terlebih mendengar kabar bahwa Angie menghilang dan sempat dinyatakan meninggal.Sudah kehabisan harta, suami di penjara, putri kesayanganpun tiada, kini Hanum dijauhi teman sosialita, lalu perlahan hidupnya t
Setelah tiba di rumah sakit, Joe harus menjalani operasi perut dan dirawat intensif. Tiga hari pasca operasi ia dinyatakan koma, tapi syukurlah pada akhirnya ia kembali membuka mata dan bangun. Tepat satu minggu, barulah ia dibolehkan untuk berpindah ke ruang rawat biasa.Selain Bill dan Ben, hanya Tuan Royce yang terlihat berbolak-balik berada di depan ruangannya. Dan ketika sudah dinyatakan pulih dan bisa dijenguk, Joe melihat wajah mertuanya ketika menjenguk dan itu membuatnya tersenyum.Ben yang saat ini sudah lebih baik dan duduk di atas kursi rodanya, duduk di samping ranjang pasien Joe. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Joe dengan nada pelan, bahkan senyumnya juga terlihat dipaksakan.“Yang benar saja. Sepertinya pertanyaan ini lebih cocok kutanyakna untukmu,” Ben menjawab dengan candaan, “Bagaimana rasanya menjadi Raja tidur? Apa kau tahu, Joe, sepanjang hari menunggumu bangun aku mengeluh pada Tuhan kalau aku lebih baik mendengarmu memakiku seumur hidup daripada mendengar tangisa
Ben dan Joe tergeletak tidak berdaya. Keduanya meregang sakit yang tiada tara. Sementara itu Axe yang sudah bangkit, mendekati mereka dan menambah sakitnya.Seperti manusia tanpa hati, Axe menendang tubuh Joe dan Ben berkali-kali seolah keduanya hanyalah sekarung sampah yang wajar ditendang keras untuk menjauh.“Angie milikku. Kalian hanya merusaknya, jadi kalian harus mati!” kalimat ini terus Axe gumamkan dengan ekspresi senyuman yang mengerikan. Ya, itu adalah kepribadian jahatnya yang jelas muncul saat ini.Sambil tertawa dan terus menggumamkan kepemilikannya atas Angie, Axe tidak sedikitpun menaruh ampun pada kakak beradik yang setengah mati menahan kesakitan.Ia berhenti menghajar dua pria malang itu untuk memeriksa isi senjata api di tangannya.“Hmm, pas sekali karena peluruku tertinggal dua. Cukup untuk membunuh kalian berdua, haha!” tawanya mengejek, “Tapi sebenarnya tanpa melakukan apapun kalian sudah akan dijemput malaikat kematian!”“Tapi sepertinya aku itdak ingin lagi men
Di area pergudangan penyimpanan barang bekas perkapalan yang sudah tidak dioperasikan lagi. Di sanalah semua orang berkumpul setelah mengikuti arah laju mobil yang membawa Axe dan Angie.Dengan petunjuk yang Bill berikan, Joe dan Ben tiba di tempat tersebut.“Apa tidak berlebih sekali mengepung pria itu sampai seperti ini?” Ben bertanya dengan ekspresi rumit, “Harusnya kita tanya dulu baik-baik, kan? Karena selama ini kita tidak punya sedikitpun masalah dengannya,” sambungnya mengutarakan kebimbangan.“Kalau hanya mau basa-basi lalu apa yang kau lakukan sampai meminta bantuan temanmu di militer?” Joe mengomentari, “Lagipula kalau dia tidak bermasalah, untuk apa dia langsung kabur menerobos barikade? Dia yang paling tahu bagaimana prosedur pemeriksaan, kan? Kalau nggak punya salah, untuk apa si brengsek itu lari sampai ke sini?” Joe memberikan penilaian tepat.“Aku keluar sekarang!” sambungnya dan langsung turun dari Lamborghini Ben, menuju kerumunan petugas keamanan gabungan di depan
Angie berbalik badan dan berjalan perlahan mengikuti arah anak buah Axe.“Angie?” Axe memanggilnya lagi, tapi kali ini Angie tidak berbalik badan, “Bagaimana kalau nanti kau bertemu dengan Joe lagi? Apa kau akan ikut dia dan meninggalkanku dengan semua konsekuensi yang akan kalian tanggung nanti?” sambung Axe bertanya, dan itu sulit jelas sulit untuk dijawab.“Memangnya aku bisa apa? Aku bukan sepupu Tuhan yang bisa membujuk Tuhan untuk membuat hidupku baik-baik saja. Aku hanya manusia yang harus menerima apa dan seperti apa nasibku, kan? Aku perempuan lemah yang hanya bertahan hidup dengan masa depan yang sudah kau atur seperti ini,”“Kenapa kau tidak membiarkan Tuhan memainkan takdir sesuai keinginan-Nya?” dengan kalimat lirih Angie menjawab. Ia pun melanjutkan langkahnya yang kesusahaan, menjauh dan terus melangkah membelakangi Axe.“Kenapa harus membawa nama Tuhan, Babe? Kenapa kau terlihat pasrah dengan semua hal? Kau seperti bukan Bidadari kecil yang kukenal. Angie-ku tidak seme
“Kondisimu sedang tidak baik-baik saja, Nona. Sudah tiga hari ini kau mengalami perdarahan. Itu tandanya ada yang tidak beres dengan kandungan dan bayinya, Nona,” Dokter yang menangani Angie saat ini bersuara. Di sana juga ada Axe yang ikut mendengarkan penuturan sang dokter.“Jenderal, sepertinya kita harus kembali ke kota untuk memeriksakan secara intens kondisi Nona Angie,” ucap sang dokter lagi pada Axe. Axe terdiam mematung sambil memperhatikan raut wajah Angie yang seolah tidak beremosi.“Angie, kenapa kau diam seperti ini. Katakan sesuatu. Jangan membuatku bingung mengambil keputusan untukmu dan bayinya.” Axe bertanya lembut.“Apa aku punya pilihan? Sejak kau membawaku ke sini, aku memang sudah tidak punya pilihan lagi. Bukannya hidupku sudah kau tetapkan?” Angie terdengar putus asa. Ia tidak bisa berpikir, “Tapi kalau sampai anakku kenapa-kenapa, kurasa aku akan bunuh diriku di depanmu,”Perlahan, air mata Angie turun. Ia sepenuhnya bingung dan itu terlihat jelas di mata Axe.
Di rumah sakit terdekat, Dharma dengan pakaian bersimbah darah setelah mengangkat Bella dan membawanya ke rumah sakit, duduk tertunduk di koridor rumah sakit, tepat di depan pintu ruang operasi.Pikirannya kacau dan ada rasa penyesalan di hatinya. Kalau saja dia tidak membuat Bella mengejarnya hingga jauh. Kalau saja Bella berhenti di kantor saja dan membiarkannya pergi. Kalau saja tidak ada peristiwa video yang menghebohkan hari ini, tidak mungkin Bella mengalami kecelakaan seperti ini.“Dharma!” suara yang dikenal Dharma terdengar dan mengalihkan pandangannya.‘Bibi Hanum,” sebut Dharma dalam hati. Perlahan ia bangkit menghampiri Hanum yang mendekatinya.“Apa yang terjadi dengan Bella? kenapa dia bisa mengalami kecelakaan seperti ini?” Hanum bertanya sambil menangis pilu, meminta penjelasan Dharma tentang putrinya.“Bibi, maafkan aku,” ucap Dharma lemah dengan rasa bersalah yang sudah menumpuk di hatinya.“Jangan mengatakan maaf sekarang. Katakan padaku apa yang terjadi pada Bella?!
Saat ini di perusahaan keluarga Mangunjati sedang mengadakan pertemuan besar dengan para pemegang saham dalam rangka pembahasan pembelian saham Bharadja yang merosot tajam.Dharma sebagai pimpinan perusahaan, ingin mengakuisisi saham Bharadja guna memperbesar sayap perusahaan keluarganya.Hadir juga Bella yang merupakan salah satu penanam modal di perusahaan kekasihnya dan juga sebagai wakil dari Bharadja. Namun, saat ini tidak ada pembicaraan di antara keduanya.Dharma menolak untuk bicara dengan Bella semenjak skandal Bella terbongkar di depan mata kepalanya sendiri.Rapat sudah dimulai dengan rancangan yang sudah tersusun mantap untuk mengambil alih saham Bharadja. Namun, saat sekretaris Dharma memutar video perencanaan yang lain, bukannya video tentang perusahaan yang terputar, melainkan video suasana di sebuah kamar hotel.Vidio tersebut menampilkan seorang pria dan wanita yang sedang melakukan adegan panas dengan penuh gairah. Wajah si wanita telah tersamarkan dan meninggalkan w
"Jenderal, laporan tentang pergerakan saham The Eye God Tower mulai stabil. Dengan memutuskan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan kecil yang bermasalah, dua bersaudara itu berhasil bertahan,” seorang anak buah melaporkan perkembangan perusahaan Joe pada Axe.Tanpa menoleh, Axe hanya menaikkan senyuman tipis seakan dirinya sudah tahu kalau Joe bukanlah pria sembarangan.“Apa kau sudah menyiapkan hadiah kecil untuk jenius sombong itu? Aku rasa kau bisa mengacaukan apa yang sedang dikerjakannya,” tanya Axe yakin dan terkesan melewatkan apa yang baru saja anak buahnya sampaikan dan mengubah topic sesuka hati.“Sedang kuusahakan, Jenderal. Tapi sepertinya aku menemukan kabar baru yang menghebohkan,” ucap anak buahnya lagi, tapi lagi-lagi Axe acuh, “Ini tentang Nona Angie, Jenderal,” saat nama Angie terdengar, Jenderal muda itu segera menoleh cepat.“Apa itu?”“Berita ibukota dihebohkan dengan kabar pernikahan rahasia Joy Clayton dengan Nona Angie, dan fakta menyebutkan bahwa pernikahan