"Kau sudah pulang?" Pertanyaan dengan nada semangat itu membuat Arya menoleh.Abia berlari menghampirinya dengan wajah bangun tidurnya. Sepertinya perempuan itu ada di ruang tengah karena menunggu Arya pulang."Kenapa kau belum tidur? Ini sudah hampir jam satu malam," tanya Arya heran.Biasanya, jangankan sampai jam 12. Sejak tinggal bersamanya, Abia bahkan tidak pernah tidur di bawah jam 10 malam. "Kenapa kau bertanya? Seharusnya aku yang bertanya padamu," sahut Abia sambil berkacak pinggang."Kau kemana saja? Kenapa sampai jam segini baru sampai rumah? Apa di kantor sedang ada masalah?" tanya perempuan dengan piyama satin hitam itu beruntun. Arya tersenyum. Bahkan kecerewetan perempuan ini membuat suasana hatinya jadi membaik dalam sekejap. Seharusnya Arya pulang lebih cepat saja tadi. Bukannya berkeliling tanpa tujuan guna menenangkan pikiran yang malah semakin kacau."Kenapa kau hanya tersenyum? Aku menunggumu pulang dari tadi. Kutelepon juga kau tidak angkat, nomormu tidak akti
Begitu kembali dari taman dengan tubuh basah kuyup, Abia berjalan mengendap di teras rumah. Perempuan itu mengintip dari jendela apa ada sang suami di ruang tengah.Begitu dirasa aman, ia membuka pintu dengan sangat pelan. Tapi, baru saja membawa tubuhnya melewati ambang pintu, sebuah deheman singkat membuat Abia terlonjak kaget."Ehem!""E-eh, Mas. Sejak kapan kau di sini? Aku tidak melihatmu tadi," tanya Abia mencoba terdengar biasa saja. "Memangnya kenapa? Ini rumahku. Aku berhak berada di sisi mana saja," jawab Arya sarkas."Aku tahu," jawab Abia lirih."Kau sudah bertemu dengan teman 'perempuan'mu itu?" tanya Arya sengaja mempertegas kata 'perempuan' di dalam kalimatnya."Sudah," jawab Abia singkat sambil berjalan menaiki tangga berniat menuju kamarnya.Bajunya basah kuyup. Di luar juga masih hujan deras. Setidaknya pria ini membiarkannya berganti pakaian terlebih dahulu. Bukan menanyainya sesuatu."Apa yang kalian bicarakan sampai harus bertemu sambil hujan-hujanan begini?" tan
Arya pikir, dampak dari ulah Keanu tidak akan separah ini. Tapi rupanya, harga saham Star Group turun drastis sejak rumor tentang Keanu yang keluar dari agensi muncul ke permukaan.Entah informasi itu muncul darimana, yang jelas, Star Group lumayan terancam sekarang. Arya bisa meminta Keanu kembali sebenarnya. Tapi, dia tidak ingin melepaskan Abia.Pria itu sudah bilang hanya akan kembali jika Arya menceraikan Abia. Dia tidak akan pernah melepaskan istrinya untuk hal semacam ini.Meski agensi ini dirintisnya dari nol. Meski usaha Arya untuk membesarkan Star Group selama beberapa tahun ini berakhir, dia tidak akan pernah merelakan istrinya untuk Keanu. Meski pria itu adalah sahabat atau bisa juga disebut adiknya."Pak, bagaimana---""Aku sedang tidak ingin diganggu! Beraninya kau masuk ke ruanganku!" teriak Arya murka membuat Lintang segera undur diri.Begitu sampai di luar, lagi-lagi, pria berkacamata itu harus terkejut menemukan istri sang atasan berdiri di ambang pintu. Perempuan it
"Kenapa kau baru pulang?" tanya Arya heran begitu mendapati Abia baru sampai rumah pada pukul 5 sore. Tadi, saat Arya bertanya pada tim humas, mereka bilang istrinya pulang lebih dulu. Tapi dia tidak memberi penjelasan akan kemana."Aku bertemu seseorang," jawab Abia sambil duduk di sofa ruang tengah. Tepat di samping suaminya.Wajah perempuan itu tampak lesu. Arya jadi sedikit curiga 'seseorang' yang dimaksud istrinya adalah Keanu. Waktu itu, Abia juga berbohong untuk bertemu pria itu, kan?"Aku mencarimu ke ruangaan tim humas tadi. Tapi kata mereka kau izin pulang lebih awal," jelas Arya jujur."Benarkah?" tanya Abia terkejut.Arya mengangguk."Maaf, aku benar-benar ada urusan penting tadi." Abia melingkari lengannya pada lengan kiri sang suami.Kepala perempuan itu bahkan bersandar di bahunya. Membuat Arya terkekeh geli dengan sikap sang istri."Akhir-akhir ini, kau jadi lebih romantis, ya? Biasanya orang yang berselingkuh melakukan ini karena rasa bersalah atau ingin menutupi per
"Biyaaa ... kenapa baru pulang? Aku takut." Begitu membuka pintu utama, Neo berlari dan menghambur memeluk lutut Abia.Perempuan itu mengerjap terkejut. "Loh, kenapa kau takut? Kan ada Daddy," tanya Abia heran."Aku tidak tahu Daddy ada di mana. Saat aku bangun tadi, dia menghilang." Neo bercerita dengan wajah hampir menangisnya."Biya juga tidak ada. Aku jadi takut sendirian di rumah. Bi Lily juga sudah tidur," sambung bocah sipit itu yang membuat Abia luar biasa merasa bersalah.Lagipula, Arya juga tahu dia pergi keluar. Kenapa pria itu malah meninggalkan Neo sendiri di rumah? Kemana suaminya pergi malam-malam begini?"Mungkin Daddy ada pekerjaan yang harus segera dikerjakan. Biya tadi juga begitu. Jadi, jangan takut, ya? Ayo Biya temani tidur!" ajak Abia sambil mengangkat bocah sipit itu ke dalam gendongannya.Neo mengangguk patuh. "Tapi jika aku tidur, jangan tinggalkan aku sendirian, ya?" pesan bocah itu yang diangguki Abia sambil tersenyum."Tentu saja. Mana mungkin Biya mening
Arya baru saja akan berbelok ke jalan menuju rumahnya kalau saja Aluna tidak meneleponnya. Maka, pria itu memilih menghentikan mobil sejenak guna mengangkat telepon."Ada apa?" tanya Arya to the point."Kudengar kau yang membawaku ke sini. Perawat juga bilang kau menungguku sampai siang. Terima kasih," ucap perempuan di seberang sana yang hanya dibalas Arya dengan dengkusan."Aku yang menabrakmu. Jadi aku harus bertanggung jawab, kan?" sahut Arya apa adanya."O-oh ... okey. Tapi aku ingin berterima kasih secara langsung. Bisa kau datang ke sini?" pinta Aluna lembut."Tidak. Aku sibuk," jawab Arya cepat."Tolong, aku juga ingin membicarakan sesuatu denganmu. Datang, ya?" pinta perempuan itu lagi terdengar memelas.Arya diam sejenak. Seketika, pria itu teringat kembali pada perselingkuhan istrinya dengan Keanu."Iya, aku akan datang."Jika Abia saja bisa, kenapa Arya tidak, kan?***"Kenapa Biya pulang sendiri?" tanya Neo yang sore ini tengah bersepeda di halaman rumah yang luas.Abia m
Abia terbangun dan menyadari dia ada di kamar. Padahal, semalam perempuan itu yakin bahwa dia masih berada di ruang tengah.Pasti Arya yang membawanya ke sini, kan? Apa pria itu sudah pulang? Meraba pada sisi kasur tempat biasanya Arya tertidur, Abia menghela napas kecewa.Tempat itu terasa dingin. Tanda bahwa Arya memang tidak tidur di sini semalam. Segera bangkit dan berlari keluar kamar, perempuan itu tersenyum senang begitu menemukan suaminya tengah duduk sambil meminum kopi di lantai bawah."Kapan kau pulang, Mas?" tanya Abia senang.Perempuan itu berlari turun dari tangga membuat Arya ingin mengomelinya dan bilang hati-hati, tapi terlalu gengsi. Dia harus bisa menahan diri."Semalam," jawab Arya singkat."Kenapa tidak membangunkanku jika ingin minum kopi?" tanya Abia sambil duduk di samping pria itu.Arya diam. Terlihat tidak berniat menjawab. Pria itu menyesap kopinya lagi. Membuat Abia tersenyum getir karena diabaikan oleh sang suami."Apa kesalahanku sefatal itu sampai sikapm
Begitu sampai rumah, Arya mendapati ruang tengah yang sepi. Tidak ada Abia ataupun Neo yang biasanya duduk menonton TV di sini."Kemana mereka?" tanya Arya heran. Saat menaiki tangga menuju lantai dua, suara derai tawa sang istri dan putranya terdengar. Sepertinya Abia berada di kamar Neo, pikir Arya.Arya refleks berjalan menuju kamar putranya. Tapi, baru saja memegang gagang pintu, kesadaran menguasai diri."Kenapa aku harus bertemu dengannya?" geram Arya pada dirinya sendiri sebelum kemudian berbalik menuju kamar.Sampai Arya selesai mandi dan berganti pakaian, Abia tidak juga kembali dari kamar Neo. Membuat pria itu gemas ingin mengetahui apa yang keduanya lakukan.Tidak mungkin Abia tidak sadar kalau dirinya sudah pulang, kan? Karena terlalu kesal dan penasaran, Arya memberanikan diri masuk ke kamar Neo.Begitu membuka pintu, Arya mendapati Abia tengah memandangi boneka pemberian Aluna untuk Neo lekat. Wajah perempuan itu tampak murung. Apa Neo menceritakan soal Aluna pada Abia
"Putramu begitu kompeten, Kak. Mengapa kau masih belum menyerahkan jabatanmu padanya? Dia sudah pantas menjadi CEO, kan?" Keanu, salah satu sahabat dekat juga mantan aktor di bawah naungannya berkomentar.Arya melengos tidak peduli. Jika saja pria itu tahu kalau malah Neo yang tidak mau menerima jabatan ini. Mungkin pria itu juga akan terkejut jika tahu Neo bekerja di sini dengan mengirimkan lowongan kerja kemudian menjalani interview layaknya pegawai biasa."Ayolah, Kak! Kau sudah tua, kenapa belum pensiun juga? Aku saja bosan melihatmu terus-terusan bekerja, kasihan Abia." Keanu semakin menyudutkan membuat Arya mendelik tajam pada pria tampan meski sudah lumayan tua itu."Jangan urus urusanku dengan istriku. Apa jangan-jangan kau masih melajang sampai setua ini karena masih menyukai Abia?" tanya Arya pedas.Keanu mencebik sebal. Pria tua ini masih saja curiga dan cemburu berat padanya. Mentang-mentang hingga setua ini dia belum menikah juga."Kau tahu seleraku tinggi. Tentu saja aku
Begitu terbangun dari tidur, pemandangan pertama yang tertangkap oleh Neo adalah sang istri. Perempuan itu tengah memakai sedikit krim siang pada wajahnya yang kian hari terlihat semakin sehat di mata Neo.Padahal, Neo sendiri tahu, yang digunakan Naya hanya salah satu produk perawatan kulit wajah yang kemasan paling besarnya tidak sampai seharga lima puluh ribu. Perempuan itu juga tidak memakainya jika lupa atau sedang tidak ingin.Naya bahkan tidak punya hal sesederhana bedak dan lipstick. Apalagi peralatan make up lain seperti pensil alis, maskara, eyeliner dan peretelannya."Kau sudah bangun?" sapa Naya basa-basi begitu menoleh dan mendapati pria sipit itu tengah berbaring tengkurap sambil memandanginya.Neo mengangguk singkat. Anggukan yang sialnya terlihat menggemaskan di mata Naya. Apalagi dengan wajah khas bangun tidur dan rambut berantakan suaminya. Rasanya tidak adil. Pria sipit itu bahkan terlihat tampan saat baru bangun tidur."Apa kau hanya punya itu untuk wajahmu?" tanya
[Neo, ayo bertemu.][Aku merindukanmu:)]Dua pesan dari Nara.Hal yang membuat Neo langsung menyembunyikan ponselnya begitu Naya masuk ke kamar. Ini sudah pukul sembilan malam. Seharusnya, dia sudah tidur bersama sang istri.Apa yang harus ia jadikan alasan agar bisa keluar setelah ini? Terlebih, Neo sudah bilang pada Naya bahwa ia sudha mengantuk sejak tadi."Kau tidak ingin makan sesuatu? Seperti sate? Ayam geprek? Atau mie ayam?" Neo menawarkan tiba-tiba begitu Naya naik ke atas ranjang dan berbaring di samping sang suami.Naya kontan berbaring menghadap Neo. Membuat pria itu mendadak gelagapan karena takut Naya mengetahui alasan terselubung di balik niat baiknya.Tentu saja perempuan ini tidak boleh tahu dia masih bertemu Nara. Naya pasti akan mengamuk dan membatalkan kerja sama mereka."Tumben kau menawariku tanpa kuminta lebih dulu," tanya Naya heran dan sedikit terkesan.Kebetulan dia sedang ingin makan sate ayam. Entah kenapa, dari tadi pagi sebenarnya dia ingin makan itu. Han
Neo mendengkus begitu sore ini tidak menemukan Naya di rumah. Perempuan itu pasti masih pergi bersama sang Mama. "Mereka memang para istri yang lupa suami. Mana mungkin sampai jam segini belum pulang juga?" tanya Neo tidak habis pikir. Pria sipit itu mengambil beberapa cemilan di kulkas sebelum kemudian duduk di sofa dan menyetel TV. Tadi dia ingin makan, tapi melihat lauk di dapur hanya lauk sisa tadi pagi, Neo mendadak kehilangan nafsu makannya.Mereka bahkan pergi tanpa memasak terlebih dahulu. Benar-benar menyebalkan dan tidak bertanggung jawab."Kenapa wajahmu jelek sekali?" Arya bertanya sambil mencomot toples berisi pop corn yang dipangku sang putra.Neo menoleh kemudian memberi kode ke arah dapur. "Biya dan Naya belum kembali. Mereka bahkan tidak memasak. Mereka benar-benar tidak memikirkan kita yang akan kelaparan saat pulang kerja," curhat Neo mendramatisir.Arya memutar bola mata malas. "Lalu apa gunanya pembantu? Itu gunanya Daddy menggaji mereka. Saat Mama dan istrimu i
Begitu mendapat berita tentang sang menantu yang sakit, seperti biasa, Arya akan mengomeli Neo. Tidak terkecuali Abia yang akan ikut-ikutan melakukan hal yang sama.Tapi, untuk pertama kalinya, Neo tidak balik mengomel pada Naya dan mengeluhkan sikap orang tuanya. Pria sipit itu malah bersikap baik dan perhatian. Seperti saat ini."Kepalamu sudah tidak terlalu sakit, kan?" tanya pria sipit itu memastikan sambil mengancingkan bajunya.Naya yang tengah memakai krim paginya kontan menoleh kemudian mengangguk singkat. Perempuan itu memperhatikan kerah kemeja sang suami yang tampak berantakan dan tidak beraturan."Kau akan melakukan apa hari ini?" tanya Naya sambil meratakan krim yang sudah ia oleskan di wajahnya.Sejak menikah dengan Neo dan tidak memiliki kesibukan lain, Naya mulai senang merawat diri. Perempuan itu bahkan rajin mengenakan produk perawatan kulit setelah diberikan arahan dan bimbingan oleh Nara dan Ima---sahabatnya.Entah kenapa, sekarang dia ingin terlihat cantik."Tumbe
"Tuan, Non Naya di mana, ya?" Pak Samsul---satpam di kediaman mereka bertanya. Pria berkumis tebal yang biasa menjaga gerbang di posnya itu celingak-celinguk ke dalam rumah. Neo mengernyit. Untuk apa Pak Samsul mencari istrinya sore-sore begini?"Ada apa, Pak?" tanya Neo mengutarakan rasa penasarannya."Ini, tadi Non Naya telepon saya. Katanya minta dibelikan obat lalu diantarkan ke dalam. Saya pikir Den Neo tidak ada, makanya dia nitip ke saya." Pak Samsul menjelaskan apa adanya.Tadi, istri sang majikan memang meneleponnya. Suara perempuan itu terdengar seperti menahan sakit. Oleh karena itu Pak Samsul buru-buru mencarikannya obat lalu mengantarkannya ke sini."Loh, memangnya dia sakit, Pak?" tanya Neo bingung yang dibalas Pak Samsul dengan kernyitan heran."Loh, mana saya tahu, Den. Kan Den Neo yang di dalam dari tadi," jawab Pak Samsul balik.Neo membenarkan dalam hati sebelum kemudian mengambil obat di tangan sang satpam. Begitu melihat obat tersebut, mata sipitnya menyorot Pak
Neo mendengkus sebal begitu melihat senyum Naya yang kian melebar begitu hampir sampai asrama pelatnas. Jujur saja, dia merasa muak melihatnya. Entah karena apa."Kau sepertinya begitu senang akan bertemu pria itu. Apa kalian begitu dekat?" tanya Neo terdengar sewot yang dibalas Naya dengan anggukan tanpa ragu."Tentu saja. Dia teman pertamaku, bahkan sejak aku belum masuk pelatnas. Kami tumbuh menjadi atlet dari kecil bersama. Kemudian mengejar mimpi bersama," jawab Naya jujur membayangkan apa saja yang sudah dia lalui bersama Bagas."Hm ... dongeng yang indah. Dan berakhir tragis," sahut Neo sambil terkekeh mengejek.Naya menoleh bingung. "Kenapa begitu?" tanya Naya heran."Kalian sudah bersama sejauh itu, tapi kau malah menikah denganku." Neo menjelaskan yang sejenak membuat Naya teringat ucapan Bagas sebelumnya."Iya, mungkin jika janin di kandunganku ini tidak ada, aku sudah menikah dengannya. Bukan dengan orang sepertimu," sahut Naya apa adanya.Mendengar itu, Neo melotot tidak
Selesai memakan mie ayam yang dibawakan Neo, Arya dan sang suami bergotong royong memasangkan TV baru Naya di kamar. Sedangkan Naya dan Abia, sibuk menghidangkan makan malam meski kedua pria itu mengeluh kenyang.Abia ingin mencicipi jantung pisang yang susah payah dikupasnya. Meski pada akhirnya, sang menantu yang memasak karena Abia tidak tahu bumbu dan cara memasaknya."Neo! Mas Arya! Ayo cepat keluar jika kalian sudah selesai!" teriak Abia dari ruang tengah.Beberapa saat kemudian, kedua pria itu sudah berjalan cepat dan duduk di sofa. Naya terkikik geli melihat seberapa 'jinak' kedua makhluk itu di hadapan sang mama mertua."Kenapa kita tidak makan di meja makan saja?" tanya Neo begitu melihat makanan sudah terhidang di atas meja ruang tengah."Naya ingin menonton TV sambil makan," jawab Abia santai.Neo mendecih sambil melirik sinis pada sang istri. Selalu saja dituruti."Baiklah, Tuan putri kita ingin makan sambil menonton TV. Jadi kita harus patuh dan mengikuti keinginannya, D
"Neo kemana, Bun?" Naya bertanya sambil melongokkan kepala dari luar pintu dapur.Abia yang tengah memasak untuk makan malam tentu saja menoleh. Begitu mendapati kehadiran sang menantu di sana, perempuan itu memberi kode untuk mendekat.Naya segera menghampiri dan melihat apa yang dikerjakan sang Mama mertua. Begitu melihat perempuan itu yang tengah memandang aneh jantung pisang di atas talenan, Naya mengerjap."Bunda mendapatkan ini di mana?" tanya Naya heran."Tadi ada tetangga yang memberikannya. Katanya ini enak dimasak dengan kacang merah. Bunda ingin menolak karena tidak tahu cara memasaknya, tapi gengsi." Abia bercerita sambil menggaruk tengkuk malu.Naya terkekeh kecil sebelum kemudian mengambil alih jantung pisang berwarna ungu tersebut. Berikutnya mengupas kelopaknya satu-persatu dan membuang bagian keras pada ujung bakal buah pisang yang masih berbentuk kuncup bunga tersebut.Abia memandangi dengan serius apa yang dilakukan sang menantu. "Bunda bisa mengupasnya begini. Lal