Andrew melirik mereka dari kaca spion mobil sebelum mengalihkan pandangannya ke depan dan membantin melihat kedekatan mereka.“Candra ....” Hugo mendesah dengan suara berat mendorong gadis itu dan menarik lengannya dari pelukan dadanya.Candra menolak melepaskannya. Dia tahu dirinya sudah melewati batas dan tidak tahu malu. Tapi sejak kejadian malam itu, mereka sudah melewati batas antara anak asuh dan paman. Untuk apa malu? Dia sudah kehilangan kepolosannya pada pria yang dicintainya. Kapan lagi dia begitu dekat Paman Hugo-nya. Dia takut setelah ini Hugo akan menjauh lagi.Hugo menyerah mendorong gadis itu menjauh saat merasakan cengkeramnya dan membiarkan Candra bersandar di bahunya.Candra senang Hugo tidak mendorongnya menjauh lagi dan bersandar dengan manja di bahu pria itu“Siapa pemuda itu?”Candra menoleh dengan ekspresi bertanya. “Apa?”“Pemuda yang berbicara denganmu di depan kafe.”“Oh, itu ... dia ketua kelasku, Lorcan Mars.”“Apa kamu dekat dengannya?”“Hm, dia selalu m
Candra tidak ada jadwal mata kuliah pagi dan memanfaatkan waktunya untuk tidur sampai siang. Semalam dia begadang untuk mengerjakan tugas kuliah hingga tidur larut malam.Waktu berlalu ketika jam kuliah siang masuk. Dia masuk ke kelas ketika seseorang menyenggolnya dari belakang cukup keras, hampir membuat Candra jatuh tersandung ke depan.“Hei!” protes Candra ketika orang itu melewatinya begitu saja tanpa meminta maaf.Dua orang gadis itu meliriknya dengan tatapan sinis tanpa mengucapkan sepatah kata pun permintaan maaf dan menuju ke salah meja di kelas.“Hei kamu!” Candra sangat kesal diabaikan tanpa perminta maaf. Dia memandang ke sekeliling dan dia menyadari suasana dalam kelas itu tampak aneh.Teman-teman sekelasnya menatapnya dengan tatapan aneh dan berbisik ketika dia tidak melihat. Para gadis menatap dengan sinis dan menghina, sementara laki-laki menatapnya dengan tatapan tidak senonoh yang terang-terangan dan berkata sesuatu pada temannya yang tidak bisa didengar Candra, seb
“Memangnya tidak boleh jika aku punya Paman yang kaya? Kamu juga bilang keluarga pamanmu kaya, apa kamu juga jadi simpanan pamanmu?” jawab Candra mencibir.“Kamu—!” Amy berdiri dengan marah.“Cukup Amy!” Potong Lorcan menghentikan perdebatan mereka.“Jika yang kalian maksud orang yang mengantar Candra semalam, aku kenal orang itu. Dia memang paman Candra,” lanjutnya dengan tegas membersih nama Candra.“Lorcan, aku tahu kamu baik. Tapi kamu tidak perlu berbohong untuk membela dia. Reputasi mahasiswi di kelas hancur gara-gara dia,” seru Amy kesal dan cemburu.“Aku tidak berbohong, aku memang bertemu Paman Candra kemarin di depan tempat kerja Candra. Sebagai teman sekelas, kita seharusnya membela Candra dan membantah rumor itu. Jika kalian hanya diam saja serta membiarkan orang lain dan ikut serta menuduh Candra, tidak heran orang lain akan memandang remeh kalian,” balas Lorcan dengan ekspresi tegas menatap teman-teman sekelasnya.Tidak ada yang berani membantah Lorcan. Semua orang diam
Candra membeku mendengar Liera tahu tentang latar belakangnya. Dia menjadi marah mendengar ucapan terakhirnya dan memukul meja marah.“Jangan bicara sembarang, paman Hugo tidak akan membuangku!” serunya merasa cemas dan panik dalam hati. Ucapan Liera sedikit mempengaruhinya.Orang-orang di kafe menoleh karena suara teriakan Candra cukup keras, tapi kedua orang itu tidak peduli dan saling memelototi.Liera menyeringai. “Memangnya kamu siapa bagi Hugo? Putrinya? Adiknya? Jika dia peduli padamu sedalam itu, mengapa kakakmu hanya menjadi supir dan pengawalnya? Kamu bahkan bukan anggota keluarga Wallington, beraninya kamu dan kakakmu menempel pada Hugo seperti parasit.”Mata Candra memerah ingin membantah tapi tidak menemukan kata-kata untuk membantah ucapan Liera. Dia hanya menggertakkan gigi. “Kami bukan parasit. Paman Hugo sudah seperti keluarga.”Namun Liera tidak peduli dengan pembelaanya.“Dengar gadis kecil, aku akan menjadi calon istri Hugo. Aku tidak peduli kamu anak adopsi atau
Marcus mengangguk. “Ya, aku kenal Nona Muda Walton, dia calon istri bosku.”....“Apa sih yang sudah kamu lakukan pada Nona Muda Walton?!” Marcus menatap tajam adiknya setelah mengompres memar di pipinya di bangku salah satu taman.Candra menunduk dengan ekspresi bersalah.“Aku tidak menyukai wanita itu. Dia munafik, dia tidak cocok dengan Paman Hugo,” bisiknya dengan suara pelan.“Bukan berarti kamu bisa meracuni minumannya dengan obat pencahar, apalagi Nona Muda walton adalah calon istri Tuan Hugo!” Marcus berusaha agar tidak membentak adiknya.Candra mengangkat wajahnya dengan ekspresi penuh keluhan, tapi tidak mengatakan apa-apa. Dia menelan apa pun yang ingin dia katakan pada saudaranya.Marcus meraih pundak adiknya dengan ekspresi tajam, “Candra, katakan padaku ... kamu tidak jatuh cinta pada Tuan Hugo, kan?”Mata Candra berkaca-kaca dan membalas dengan lantang. “Ya, aku jatuh cinta pada Paman Hugo. Aku cemburu dan tidak suka Paman Hugo dekat dengan wanita lain. Aku tidak mau Pa
“Baiklah, maaf sudah bersikap keras padamu. Ini semua demi kebaikanmu.”Candra hanya menanggapi dengan anggukkan dengan kepala tertunduk pasrah.“Ayo, aku akan mengantarmu ke asrama.”....Candra kembali ke asrama dengan perasaan lesu setelah kelas siang. Saat memasuki asrama, dia melihat Amy dan tiga berkumpul di ruang tamu. Candra mengerut kening melihat ruang tamu kamar asrama sangat berantakan, penuh dengan bungkusan snack, kotak susu dan lain-lain mengotori lantai.Keempat gadis itu mendongak ketika mendengar suara pintu di buka, dan berhenti berbicara ketika melihat Candra di depan pintu. Mereka kemudian mengabaikannya dan berbisik satu sama lain dengan suara rendah yang tak bisa didengar Candra, sebelum tertawa terbahak-bahak. Candra mengerut kening merasa tidak nyaman seolah-olah mereka sedang membicarakannya. Dia menggelengkan kepala tidak ingin meladeni mereka dan masuk ke dapur. Dia merasa haus. Candra membuka kulkas untuk mengambil sebotol air dingin. Ekspresi wajahnya
“Kyaaaa ….” Semua orang di gedung asrama lantai tujuh menjulurkan kepala keluar dari pintu kamar dan memandang kamar 507. Suara-suara itu tidak berhenti. Teriakan lain menyusul disertai banyak makian, benar-benar heboh. Para mahasiswi keluar dari kamar untuk melihat melihat apa yang terjadi di kamar asrama 507. Saat salah satu gadis membuka pintu kamar yang tidak terkunci, mereka melihat perkelahian lima orang gadis. Candra membabi buta duduk di perut Amy da menghajar wajah gadis itu. Sementara ketiga teman Amy berusaha menariknya menjauh, mencakar, menendang Candra agar dia melepaskan Amy. Tapi gadis mungil itu seolah memiliki kekuatan badak, tidak tergerak dan terus menghajar Amy membabi buta membuat semua orang ketakuran. “Tolong! Tolong! Jauhkan dia dariku! Arrgghh ….” Amy menangis histeris. Wajahnya berdarah dan akan hancur di tangan Candra. Teman-temannya takut dengan kebrutalan Candra dan masih berusaha keras untuk menarik menariknya. “Dasar gila! Kamu akan membunuh Amy
“Marcus tidak bilang apa-apa. Mungkin dia akan cerita setelah kembali.”“Beritahu tentang Candra padaku nanti setelah Marcus kembali,” balas Hugo menyandarkan kepalanya di sandaran kursi.“Baik, Tuan.” Andrew mengangguk dan menutup pintu sebelum masuk ke dalam mobil.“Apa Anda akan pulang ke kediaman, Tuan?” tanya menghadap Hugo.Hugo mengerut kening. Ekspresi wajahnya langsung berubah jelek ketika mengingat jadwal kencannya sekali dengan Liera Walton sore ini.“Tidak, pergi ke restoran.”“Ah, benar kencan dengan Nona Muda Walton,” celetuk Andrew mengangguk mengerti melirik Hugo melalui kaca spion.“Ya,” balas Hugo sinis memelototi sekretarisnya muram.Andrew menggaruk kepalanya meminta maaf tanggapan sinis sang bos. Dia mengemudi hendak meninggalkan perusahaan ketika ponselnya tiba-tiba berdering. Dia mengerut kening melihat kontak nomor tak di kenal muncul dilayar. Namun dia tetap mengangkat panggilan itu.“Halo, selamat sore, apa ini wali Candra Claus?” terdengar suara diujung tele