Share

Episode 1

Penulis: Basreswara
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sepulang dari tugasnya sebagai dokter, Adnan dengan penuh gembira membawa hadiah kecil untuk putri kembarnya. Disambut senyum hangat sang istri sembari mengambil dan membawa tas kerja yang ia bawa.

“Sayang. Muka kamu pucat. Kamu sakit? Ayo aku periksa sebentar.” pria itu sedikit khawatir.

“Tidak usah, Mas. Ini Cuma kecapek-an, nanti bisa sembuh sendiri sehabis istirahat.”

Adnan meng-iyakan dan tak ambil pusing pada kondisi si istri. Mungkin benar hanya letih biasa. Kemudian ia melangkah menuju kamar dan langsung membersihkan diri. Bau obat masih melekat pada bajunya. Barulah dua bocah kembar menghampiri ayahnya yang sedang berganti pakaian. Memeluk kaki Adnan pada masing-masing sisi, meminta di gendong.

“Anak Papa sudah bisa minta ini itu, ya?” ia berjongkok lalu mengecupi pipi anaknya gemas.

“Ayo kita temui Mama dibawah.”

Dari kejauhan Adnan melihat istrinya sedang menyiapkan makan malam, sosok perempuan cantik dan sempurna bagi lelaki ini.

Teriakan lucu yang ikut memanggil ibu-nya dari dua gadis mungil kembar dalam gendongan sang Ayah sembari menuruni tangga, menghampiri nyonya rumah mereka. Senyum bahagia menghiasi wajah pucat Hana.

“Sayang. kamu istirahat saja, ya. Wajah kamu makin pucat” kali ini Adnan benar khawatir. lalu mendudukkan ke-dua putrinya ke kursi makan khusus anak. Dan hendak menuntun Hana untuk ke kamar.

“Anak-anak, Mas?”

“Tidak usah dipikirkan. Biar aku yang urus mereka.”

Sebelum pria itu meninggalkan sang istri di kamar, ia bertanya lagi. “Kamu yakin kita tidak perlu ke rumah sakit? aku sangat khawatir, Han.”

Namun, senyum lembut dari perempuan cantik pun meyakinkan Adnan, bahwa dirinya baik-baik saja. Barulah laki-laki ini melangkah kembali menemui putri mereka.

“Papapa.” salah satu si kembar memanggil ayahnya, merentangkan tangan meminta di gendong lagi. Hanya kata itu yang terucap jelas dari bibir mungil mereka.

“Kesayangan Papa, kita makan bertiga saja, ya. Mama butuh istirahat” mengecup secara bergantian puncak kepala anaknya.

Lelaki bernama Adnan adalah tipe suami bersikap lemah lembut, penyayang juga sangat perhatian pada keluarga kecil mereka. Jarang sekali Hana dan Adnan berdebat atau bertengkar. Bisa dikatakan pengertian diantara keduanya begitu besar.

.

.

“Sayang. Hari ini aku di jadwalkan untuk bertugas di rumah sakit Bratanata. Kemungkinan pulang malam. Nanti aku minta Mama ke sini ya” Adnan berkata pada Hana yang membantunya memakai kemeja.

“Tidak usah, Mas. Dirumah ada bibi, jadi aku di temani bibi saja. Lagian kasihan Mama jauh-jauh kesini, nanti kelelah-an.”

Adnan sudah lega dan tak khawatir lagi, istrinya juga tidak sepucat tadi malam. Dirinya bisa tenang meninggalkan Hana bertugas lumayan jauh dari rumah sakit sebelumnya. Tangan lelaki tampan itu pun memegang pipi si istri dan mengelusnya sambil tersenyum.

“Syukurlah kamu baik-baik saja.” Hana mengangguk ringan.

“Jangan terlalu capek kalau masih merasa belum enakan sepenuhnya. Minta bantuan bibi.” pesan Adnan.

“Iya. Kamu makin cerewet, Mas” Hana terkekeh melihat perhatian suaminya yang berlebihan, tidak seperti biasa pria itu begini.

Hana mengantarkan ayah dari anak mereka menuju pintu utama, rambut terurai yang belum di tutupi kerudung gontai mengikuti gerak tuannya. Sengaja Adnan mempekerjakan perempuan saja untuk bagian rumah, sekaligus menemani sang istri merawat si kembar.

Juga ini permintaan Hana, agar dirinya sedikit leluasa di rumah. Terkadang kembar kesayangan mereka rewel, dan bertengkar kecil.

“Bibi” panggil Hana setengah berteriak. Tiba-tiba kepalanya pusing, rumah pun seperti berputar. Ia tak sanggup lagi berjalan menuju putri kecilnya. Tangan lemah istri Adnan meraba-raba memegang apapun agar tak terjatuh.

“Ibu!” Pekerja itu terkejut. Melihat majikannya sedikit terhuyung.

Dengan cepat perempuan ber-usia hampir menginjak lima puluhan membantu Hana. Mengantarkannya ke kamar agar bisa berbaring dan istirahat. wajah pucat Hana pun kembali tampak.

“Saya telepon bapak dulu ya, Bu.” Bibi bergegas keluar.

“Tunggu, Bi. Tidak usah, nanti Mas Adnan khawatir. Pekerjaannya jadi terganggu.”

“Tapi…”

“Tidak apa-apa, Bi. Hana minta tolong urus si kembar saja. Sarapan nanti Hana pesan di tempat biasa.”

“Baiklah, Bu. Kalau begitu saya ingin memandikan putri Ayanna dan Anthea dulu.” Pamit si Bibi.

***

Ayanna dan Anthea telah mengenakan pakaian yang begitu cantik, sang kakak dengan baju berwarna putih. Lain pula adiknya berwarna merah muda. Celana bermotif kotak ringan selutut juga menambah kesan lucu pada kedua putri Adnan.

Sementara mereka bermain, Hana meminta Bibi untuk mengawasi sebentar. Sedari tadi dering ponsel terus mengusik. Terpaksa bangun dan beranjak dari tempat tidur. Ia takut ada yang mendengar obrolan diantara mereka.

(Halo, Paman) Hana menjawab panggilan setengah berbisik. Tak jarang netra-nya melirik ke arah Bibi.

(Han. Paman akan jemput kamu kerumah) suara disana terdengar khawatir.

(Tidak usah, Paman. Hana saja yang kesana, jam sebelas berangkat)

(Baiklah. Paman tunggu) lelaki disana tak ingin berdebat dengan istri Adnan, pada akhirnya menyetujui keputusan Hana. Ia tahu bagaimana Hana selama ini, keras kepala dan tak mau merepotkan orang lain.

Hana langsung bersiap-siap mengganti pakaian tertutup yang sering dipakainya, perempuan pilihan Adnan merupakan perempuan terbaik yang pernah ada. Perempuan itu juga sangat menjaga tata cara berpakaian, selayaknya dalam anjuran agama.

“Bibi. Hana mau menemui paman, tolong jaga si kembar dulu ya” istri Adnan berpamitan setelah menghujani ciuman pada ke-dua anaknya.

“Tapi, Bu. Kalau bapak pulang?” bibi khawatir. apa yang akan dia jawab jikalau Adnan pulang. Tidak mungkin ia berbohong, bukan?

“Sebelum Mas Adnan pulang, Hana sudah dirumah kok, Bi” meyakinkan wanita yang pikirannya telah di hiasi kecemasan.

Ini bukan Hana dulu, selalu terbuka dan kemanapun selalu meminta izin Adnan. Ada sesuatu yang di sembunyikan membuat Bibi merasa berbeda. Terdapat khawatir serta takut yang bercampur.

Waktu terus berjalan, jarum jam bergerak pada porosnya. Matahari juga tidak se-terik saat siang. Kurang lebih satu jam lagi Adnan pulang. Sedangkan Ayanna dan Anthea merengek terus menerus, suaranya yang masih cadel sesekali memanggil ibunya.

Bibi terus melirik jam dinding, menunggu janji Hana yang akan pulang sebelum Adnan tiba dirumah. Hingga deru mobil terdengar jelas, siapa lagi kalau bukan tuan rumah ini.

Lelaki bertubuh tinggi dan gagah melangkah melewati batas pintu, tersenyum hangat pada putri kecilnya. Lalu mengambil alih si Bibi yang menggendong Ayanna. Gadis mungil masih belum selesai merengek.

“Hana mana, Bi?” pertanyaan yang di elak ternyata keluar.

“Ah… anu, Pak. Tadi izin keluar sebentar katanya. Mungkin ada urusan.”

“Tumben tidak memberitahuku” gumam pria itu sembari menenangkan anaknya.

“Bi. Tolong tas saya, ya. Taruh di sana saja” tunjuk Adnan pada sofa terdekat.

“Anak papa haus ya?” mengambil botol susu. “Udah gede kok masih cengeng?” ia mengajak bercanda si kecil. Tak lupa Anthea meminta di gendong pula.

Cukup lama Adnan menunggu istrinya pulang, sampai-sampai dua malaikat mereka pulas tertidur. Ada rasa marah sekaligus khawatir menguasainya yang mondar-mandir di ruang tengah.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Elicobekt Toylar
istri muda'x mana...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Istri Pengganti   Episode 2

    ***Hana dan seorang laki-laki yang di panggilnya paman sedang berbincang serius, terlihat ada perdebatan kecil setelah itu. Terdengar si Paman berulang kali mengatakan hal yang sama, tetap saja perempuan berjilbab tak mengindahkannya.“Adnan suami kamu, Han. Bahkan dia sangat berhak untuk tahu.”“Tidak, Paman. Aku tidak ingin menyiakan waktu seperti papa dulu. Kebersamaannya dengan kami bisa dikatakan sedikit, waktunya dihabiskan untuk kemoterapi berlanjut radioterapi sampai…” istri Adnan tak sanggup melanjutkan.“Resepkan saja obatnya paman, setidaknya memperpanjang waktu untukku membahagiakan Mas Adnan dan anak-anak meski sebentar.”Pria itu menghela napas, tak mengerti maksud perempuan pemilik senyum manis ini.“Kamu masih bisa sembuh, Han. Paman yang akan langsung menanganimu.” Suryo bersikekeh.Hana terdiam, enggan melanjutkan obrolan mereka yang ujung-ujungnya pasti berdeba

  • Istri Pengganti   Episode 3

    Di depan sebuah kamar dimana Hana terbaring, laki-laki dengan wajah kusut sedang bersandar pada kursi ruang tunggu. Sudah di pastikan dia menunggu istrinya, Hana. Dengan rambut acak-acakan lupa akan waktu. Adnan tidak ingin meninggalkan ibu dari anaknya walau sedetikpun.Dering telepon mengganggu lamunan suami Hana, tertulis nama ibu Dahlia pada layar ponselnya. Tentu saja bukan pemilik ponsel yang menghubungi, melainkan Bibi pekerja sekaligus pengasuh si kembar. Ibu Dahlia hanya meminjamkan benda pipih tersebut.Perempuan paruh baya itu menghubungi melalui panggilan video. Sejujurnya Bibi tidak bisa menggunakan handphone. Pada usia yang terbilang tidak muda lagi, Bibi sudah tidak berniat belajar menggunakannya. Maka dari itu, bibi meminta tolong ke pekerja bagian mencuci pakaian. Umurnya juga lebih muda jika dibandingkan si bibi.“Papa.”“Papa.”Ayanna dan Anthea bergantian memanggil sang ayah. Jangan lupakan kata terjelas

  • Istri Pengganti   Episode 4

    *** Disaat pintu kamar tidur terbuka, Adnan mengalihkan pandangan, Melihat perempuan disana berjalan mendekati meja rias. Melucuti jilbab bermotif dari merk tertentu.Adnan memberi senyum kepada istrinya, sambil melangkah kearah tempat tidur. Terdengar helaan napas kasar dari sisi meja rias, Hana sedang gugup rupanya. Ada sesuatu yang harus ia bicarakan pada Adnan. Sedangkan pria itu masih terduduk pada sisi kasur, memainkan ponsel sebelum ia tidur.Hana mendekat “Mas. Ada yang ingin aku bahas denganmu. Tapi sebelumnya aku memiliki alasan kuat untuk ini” Adnan beralih menatap istrinya dengan raut penuh tanya.Perempuan yang sudah tak berpenutup kepala lagi terdiam sesaat. Kembali mencerna sesuatu yang dituju. Benarkah keputusannya? Yang pasti, Hana harus mencoba terlebih dahulu. Bisa saja spekulasinya salah - berupa penolakan dari Adnan.“Apa perlu… aku mencarikan perempuan baik untukmu?” cicit Hana, tida

  • Istri Pengganti   Episode 5

    “Mbak, saya ambil minum dulu.” Arum meninggalkan istri Adnan sendirian di ruang tamu. Tampak mata Hana menyapu ruangan rumah pak Pramono. Satu foto zaman dulu berbingkai kayu sederhana, terdapat salah satu pria yang ia kenali. Dalam foto tersebut ada dua laki-laki ber-usia dua puluhan. Setelan celana pendek khas di zaman-nya, sekitar tahun 80-an, dan baju kaos yang terlihat kusam. “Bagaimana kabarnya, Hana?” sapaan dari pak Pramono. di iringi kedatangan Arum yang membawa air putih. Hana pun tersenyum, ia bisa merasakan bahwa keluarga ini sangat menghargai orang lain. ayah Arum yang begitu lembut memulai obrolan. “Baik, Pakde.” “Maaf, mbak. Cuma air putih. Aku takut kalau minuman lain mbak nggak bisa” Arum khawatir menghidangkan minuman yang salah. Sedikit banyak ia tahu bahwa penyakit Hana tidak boleh sembarang makanan atau pun minuman di konsumsi. Pak Pramono cukup terkejut dengan kedatangan Hana secara tiba-tiba. Jujur saja, sedari t

  • Istri Pengganti   Episode 6

    Palidase hitam berhenti tepat di halaman rumah keluarga Pramono. Mereka terkejut, mobil siapa sebagus itu? kalau di pikir-pikir, Arum tidak pernah mengajak seorang teman yang memiliki mobil mewah – terlihat berkilau secara keseluruhan.Laki-laki dengan pakaian rapi menghampiri pria paruh baya yang sedang berdiri di ambang pintu, raut pria paruh baya tadi terlihat heran.Di saat pemilik mobil palidase tepat berdiri di hadapan tuan rumah, barulan ayah Arum mengenali siapa lelaki rapi tersebut. Adnan. Entah gerangan apa yang membuatnya mengunjungi keluarga Pramono, setelah lima hari kedatangan Hana.“Assalamualaikum, Pak.” Sapa Adnan tersenyum tipis. Lalu disambut oleh pemilik rumah, “Walaikumsalam.” Mereka saling bersalaman.“Kamu sendirian, Nan?” pak Pramono memastikan, Ia juga tak mendapati Hana datang bersama Adnan. Dan dijawab anggukan saja oleh pria itu.Kemudian mempersil

  • Istri Pengganti   Episode 7

    Kabar gembira sudah tersampaikan ke telinga Hana, juga keluarga Adnan. Bagaimana keluarga Wijaya bisa menyetujui pernikahan ini? di balik itu semua, ada perbincangan yang hanya diketahui pihak mertua dan menantu. Entah sejak kapan, pastinya Adnan tidak tahu.Satu bulan lamanya, kondisi istri Adnan belum menunjukkan perubahan yang benar-benar menyatakan bahwa tubuh itu pulih. Namun, ia memaksa untuk ikut hadir dan melihat langsung pernikahan Arum dan sang suami.Polesan lipstick bisa menutupi bibir pucatnya.“Han. Kamu tidak masalah?” istri Wirahardi menatap lembut Hana, dirinya tampak tidak tega melihat perempuan baik sebagai menantunya ini.“Aku baik-baik saja, Ma.” Sahut Hana menenangkan, kentara senyum palsu yang tercetak pada wajah putih itu.Hana sangat tahu keluarga dari Adnan begitu menghargai dan menyayanginya, terlebih Wirahardi yang lembut ketika berbicara, menganggap layaknya Hana memang putri kandung keluarga mer

  • Istri Pengganti   Episode 8

    Obrolan pertama Adnan dan Arum yang terkesan kaku, cukup sebagai langkah awal mereka menjadi seorang teman, mungkin. Mengingat bagaimana Hana bisa memilih perempuan pemilik gingsul itu.Sebelum Hana mengunjungi kediaman keluarga Pramono, terlebih dahulu ia melihat Arum dan ayah Pramono sedang berbincang seru. Sekitar satu bulan yang lalu.Kala itu Adnan hendak mengajak keluarga kecilnya jalan-jalan mengitari kota. Mengunjungi spot wisata malam atau sekedar makan di resto. Disana pasti banyak lampu berkelip dan cantik. Adnan bermaksud menyenangkan suasana hati perempuan tercantik – istrinya.Adnan teringat perkataan Paman Suryo saat pertemuan mereka di rumah sakit kala Hana dirawat. Kalau dirinya perlu memperbaiki kondisi hati si istri. Dia tipe perempuan yang selalu beranggapan kesalahan dan terkait Adnan serta si kembar adalah dirinya.“Kamu cantik sekali” Adnan melihat sang istri selesai berdandan. Hana bersemu merah jadinya. Bocah kec

  • Istri Pengganti   Episode 9

    “Mama?” celetuk Anthea dari atas ranjang. Memiringkan kepalanya sembari menatap lekat wajah Arum.“Ini mama Ea (menyebut Anthea, karena ucapan mereka belum tepat, maka terdengar ‘ea’) juga?” Arum tersenyum, gadis mungil didepannya begitu menggemaskan.Ke dua putri Adnan tampak kebingungan, bersamaan menoleh ke arah bibi.“Mama Ana? (Ana yang di maksud adalah Ayanna)” kali ini si sulung bertanya, dia cukup mengerti siapa ibu yang sebenarnya. Toh selama ini Hana adalah perempuan yang mereka temui setiap hari, memberikan kasih sayang dan mengajari banyak hal.Bibi pun terdiam, jawaban apa yang tepat untuk mereka. Anak-anak usia tiga tahun acap kali memberi pertanyaan-pertanyaan yang membuat para orang tua kelabakan.“Ah… mama Ayanna di rumah sakit, lagi berobat.” Bibi berharap ucapannya tidak salah.Kamar itu menjadi hening, tidak sesiapa mengeluarkan suara, meski sepatah kata.

Bab terbaru

  • Istri Pengganti   Episode 29

    Dua makhluk kecil mengintip kemudian menyelinap melalui pintu. Si bungsu Anthea memberikan isyarat pada saudaranya. “Ssttt…” seiring Anthea menaruh telunjuk di depan mulut. Mereka bermaksud mengejutkan ayahnya. Adnan yang sedang mengikat dasi – bersiap akan bekerja – mendengar langkah pelan yang menapak bergantian. Perlahan pria itu menoleh, benar saja putri kembarnya sudah mengendap-endap mendekati. Berikutnya Adnan pula memberikan isyarat agar dua makhluk kecil ini tidak berisik. Persis apa yang dilakukan si bungsu tadi. “Mama lagi sakit.” Sembari menunjuk perempuan terlelap di tempat tidur. Arum terlihat menikmati dunia istirahatnya, seolah tenang. Bahkan pagi ini Adnan lebih dulu terbangun dan sudah bersiap-siap. Ucapan Adnan hanya berlaku beberapa saat saja, tak lama setelah itu si kembar mulai mengusik mamanya. Mereka juga saling menjahili di sebelah tubuh Arum yang masih memejamkan mata. “Thea, kamu jangan belisik.” Ayanna mengingatkan si bungsu, padahal suaranyalah sebag

  • Istri Pengganti   Episode 28

    Berulang kali Adnan membuat matanya terbuka lalu tertutup, ia sedang mengusahakan agar mengikuti lelapnya si kecil Ayanna. Tak ayal selama tiga puluh menit mata itu memperhatikan gerakan jarum jam dinding, benda yang berbentuk lucu bagi anak-anak.Pada akhirnya Adnan memilih ke dapur setelah merasa tenggorokannya kering. Ia menyesalkan dirinya yang tidak bisa tidur, sebab esok waktunya akan dikuras sedari pagi, mungkin sarapanpun bisa tertinggal seperti kala itu. Tak apalah kalau Arum menyiapkan bekal kembali, toh ia harus membiasakan diri dengan perhatian-perhatian kecil tersebut.Pria itu menoleh cepat setelah ada suara grasah-grusuh dan pekikan kecil dari luar. Samar-samar ia mendengar layaknya suara seorang perempuan.Ketika Adnan berdiri di ambang pintu, ia mendapati Arum tengah melompat-lompat hendak mengambil sesuatu. Rambut panjang sang istri tertiup angin memperlihatkan anting cantik tersemat di telinga. Hidung mancungnya terlilhat jelas dari samping.

  • Istri Pengganti   Episode 27

    Tumpukan buku medis ber-cover bagian-bagian tubuh manusia yang akan membelenggu seorang dokter bedah. Secangkir kopi sepertinya hampir habis, lain pula kacamata bertengger setia untuk mata pria itu. Kabarnya besok Adnan akan melakukan pengoperasian pada seorang anak laki-laki, sekitar umur Sembilan tahun. Dia beranjak dari kursinya hanya ketika ke kamar mandi kemudian melakukan aktivitas yang sama kembali. Setelah ucapan yang berbau ejekan dari teman-temannya, terselip bayangan wajah Arum kala tersenyum di saat menonton acara favoritenya. Yang tak lain acara mingguan seorang akademisi. Mungkin gadis itu telah memutuskan pengabdiannya pada laki-laki pemilik tawa yang menundukkan. Hanya saja, kata per kata dari seorang dosen muda tak bisa lenyap sembarangan. Dokter yang di benamkan oleh buku-buku medis menyampaikan kekalahannya, dia sudah ambruk tertidur. Adnan terlelap sambil duduk, sampai tak menyadari ada orang lain menghampiri. Arum tampak bingung, pasti su

  • Istri Pengganti   Episode 26

    “Bisa saya membantu bapak memilih kue?” salah satu karyawan toko kue milik Arumi menawarkan pada laki-laki yang baru tiba, sosok itu seperti tidak mengerti dengan makanan tersebut. “Apa saya bisa bertemu pemilik toko kue ini?” “Maaf, pak. Pemilik toko sangat jarang berkunjung, mungkin hanya sekali dalam dua minggu.” “Bisakah kamu telepon? Saya ada beberapa urusan, katakan padanya kalau saya temannya.” Pinta Reyhan. Pria itu sendirian mengunjungi toko kue yang dia cari-cari cukup lama, pernah menanyakan perihal ini kepada ayah Pramono, dan tentu saja hasilnya tidak ada. Mengingat masa pertemuan Reyhan dan perempuan penakluknya, di saat akhir pekan selalu dia sempatkan mengunjungi Arum dengan penuh senyuman. Gadis pertama yang bisa membuat dosen muda luluh lantah. Toko kue di desa Arum adalah tempat mereka bersama, meski si gadis tidak tahu maksud kedatangan laki-laki ini tiap minggu, dia selalu menyambut ramah. Pria itu selalu duduk pad

  • Istri Pengganti   Episode 25

    “Papa juga tidur di sini, ya.” Ajak Ayanna melihat ayahnya baru muncul. Sorot mata Arum lalu beralih kearah pintu, menangkap laki-laki berkaos putih longgar. Sepertinya itu baju kesukaan Adnan, hampir tiap malam si istri memperhatikan. Raut tampan lelaki di sana kebingungan, dia harus mengiyakan atau menolak. “Papa ada kerjaan, sayang.” Alasan klasik demi menghalau kecanggungan terhadap Arumi. Adnan berbalik cepat. “Ana, sama mama saja, Anthea juga di sini kok.” Perempuan tersebut mengerti gerak-gerik pria itu. Ayah anak-anak masih mendengar ucapan si istri, tanpa arah di terus melangkah lalu menuju ruang keluarga – menyalakan televisi untuk mengusir kesunyian. Dia mengganti-ganti channel satu ke channel lainnya demi menghilangkan kebosanan. Adnan juga terkaget ketika melihat Arum bersama si kembar. Tuan rumah berbaring di atas sofa sambil mendengar ocehan televisi, berusaha menutup mata, ada sedikit rasa mengantuk rupanya. Kemudian ia

  • Istri Pengganti   Episode 24

    “Papa.” Suara kecil mampu membangunkan pria yang tak sengaja tertidur pada sisi hospital bed. “Sayang, mau minum? Atau Ayanna mau yang lain? Badan Ana (Ayanna) ada yang sakit?” Si kecil Adnan menyingkirkan selimut tebal dari tubuhnya, “Gerah, Pa. Ana gak mau pakai selimut.” Masih terdengar jelas ucapan lemah dari putri sulungnya. “Ana mau duduk.” Permintaan gadis mungil, dia terlihat sulit bergerak. Dengan sigap seorang ayah memindahkan anaknya untuk bersandar pada kepala ranjang, lalu secara otomatis bed electric tersebut perlahan bergerak melengkung, agar gadis kecil itu merasa nyaman. Ayanna menatap ruangan yang hanya di isi benda-benda dan fasilitas lainnya, seolah mata sayu putri Adnan mencari seseorang. “Mama?” bocah di atas ranjang bertanya, lekat memandang mata yang mirip dengannya, netra Adnan. “Papa panggil mama dulu, ya.” Dijawab anggukan singkat sang anak. Selang satu menit, lelaki tadi datang ber

  • Istri Pengganti   Episode 23

    Tok. Tok. Tok.Istri Adnan mendatangi kamar utama. Pria di sana sama sekali tidak keluar dari kamar sejak tadi. Dia mengelak bertemu sepupu bandel, Rani. Gadis itu berlaku seenaknya, seperti teman seusia terhadap Adnan yang lebih dewasa, ditambah adik sepupunya selalu mendapat kesempatan menyentuh, baik bagian tangan maupun merangkul. Dilihat dari bagaimana hati-hatinya Adnan menjaga jarak pada lawan jenis, menjadikannya tidak nyaman dengan perlakan Rani. Sebuah pengajaran yang terus ditanam oleh Wirahardi.“Siapa?” raung laki-laki itu dari kamar utama. Dia seolah waspada pada Rani.“A-arum.”Derap langkah mampu didengar perempuan di depan pintu, sedang menuju kearahnya. Sesaat kemudian pintu itu terbuka, menampakkan pria gagah yang masih memiliki rambut acak-acakan. Adnan sepertinya habis membersihkan tubuh atau mandi.“Rani sudah pulang?” tanya lelaki berkaos oblong coklat.“Sudah.”&l

  • Istri Pengganti   Episode 22

    “Reyhan? Kamu ada di sini sedang apa?” mata sipit dokter Indo-China melirik curiga. “Aku kebetulan melihatnya, berniat membantu. Ternyata dia mahasiswi di kampusku” Reyhan sedikit memperjelas, pak dosen takut ada kesalahpahaman. Reyhan tahu bagaimana sifat teman Adnan ini. Rani melangkah menyamping perlahan-lahan, mendekati dokter Dika. Gadis itu seperti mati kutu di depan Reyhan. ‘Kenapa dia terlihat seperti gadis yang polos.’ batin Dika berkata heran. “Terima kasih Rey sudah berniat baik pada Rani, kau tidak perlu melakukannya. Biar aku yang urus mobil itu,” Rani bersyukur mendengar penjelasan teman Adnan. “Kau bisa menolongnya mengantar ke kampus saja, tidak masalah, kan?” tambah dokter Dika, membuat gadis berlagak lugu membulatkan mata dengan sempurna. 'Padahal lagaknya tadi seolah menolak' kesal gadis di sebelah. Rani tertawa canggung, “Ti-tidak usah (mengayunkan tangan sebagai penolakan) sa-saya bisa pergi sendiri kok.”

  • Istri Pengganti   Episode 21

    “Kenapa pulangnya kemalaman?” Arum belum menjawab. “Eh, bukan bermaksud apa-apa. Aku hanya bertanya, bukannya kamu ada dua karyawan ya?” Adnan jadi salah tingkah, ia takut menyinggung. Atau Arum merasa dia marah karena membawa anak-anak sampai jam malam. “Maaf.” “Eh. Kenapa minta maaf? A-aku hanya bertanya” Adnan kelagapan. ‘Adnan, Adnan. Kau memang payah, benar kata Dika’ keluhnya sendiri. . . Laki-laki bangun tidur yang berpakaian sangat santai, celana katun panjang dan baju kaus longgar, menuruni tangga dengan menguap beberapa kali. Matanya terlihat lebih kecil, mungkin karena dia masih mengantuk. Langkah pelan Adnan tiba di depan lemari dapur, membuka bagian atas, mengambil kopi sachet-an untuk diseduh. Pria sedang bermalasan itu pun mendengar samar-samar ocehan televisi. “Hmm…” Adnan menghirup wangi kopi latte dari asap yang beterbangan. Bermodal segelas kopi, tuan rumah kembali melangkah menuju ruang meno

DMCA.com Protection Status