Beranda / CEO / Istri Pengganti Untuk CEO Dingin / Bab 3, Menjemput Dika di Bar

Share

Bab 3, Menjemput Dika di Bar

last update Terakhir Diperbarui: 2023-06-22 17:06:31

"Ma, Pa, kami pulang dulu ya,” pamit Dika yang sudah memenuhi undangan kedua orang tuanya.

“Ya sayang, kalian hati-hati ya, sebentar lagi rumah kalian berdua selesai di renovasi, dan kalian akan tinggal satu atap di sana,” ucap Riri melempar senyum, merasa yakin bahwa anaknya itu akan cocok dengan Tasya.

“Iya.” Singkat Dika menjawab, lalu pergi.

Tibanya di hotel, Dika berhenti di parkiran, lalu meminta Tasya untuk keluar dari mobilnya.

“Turun lah, aku akan pergi.” titah Dika masih menatap lurus ke arah depan.

“Mas mau ke mana malam-malam begini?” tanya Tasya penasaran.

“Bukan urusan mu, sekarang turun lah dan istirahat.” Jawab Dika singkat.

Mau tidak mau Tasya harus melakukan apa yang diminta oleh Dika. Saat itu ia melihat mobil mewah berwarna hitam milik suaminya pergi lagi meninggalkannya, Tasya pun kembali masuk ke kamar hotel dengan perasaan yang semakin hampa.

Beberapa hari menjadi istri dari pria kaya tak membuat hidup Tasya berubah, mungkin lantaran memang tidak saling mencintai, dan komunikasi yang sangat kurang, hingga membuat Dika memutuskan untuk selalu pergi ketika malam hari.

Saat tiba di suatu bar, Dika terduduk seorang diri dengan minuman yang sudah ia pesan sebelumnya. Malam itu Dika minum sepuasnya, berharap bahwa apa yang ia lakukan itu dapat menghilangkan stres di kepalanya.

“Kau sangat jahat sekali Zahra, kau pergi dan menikah dengan Cahyo, pria yang selama ini menjadi musuhku, aku seharusnya tidak mempercayai mu yang berjanji akan setia padaku, agar hatiku tidak terluka seperti ini, kau membiarkan aku terjebak dengan pernikahan yang sama sekali tidak aku kehendaki, benar-benar sialan!” rancau Dika sambil terus meneguk minuman di tangannya.

Hingga larut malam, Dika tertidur di sofa itu seorang diri. Tempat itu sudah sepi dari pengunjung dan hendak tutup, namun Dika masih tak kunjung beranjak hingga mengundang salah satu pekerja untuk menegurnya.

“Maaf Tuan, bar kami akan segera tutup, kami harap Tuan bisa meninggalkan tempat ini,” ucap seorang wanita itu.

“Aa.. Baik lah, aku akan pergi dari sini, tapi berikan aku satu botol Wine lagi,” pinta Dika yang sudah sempoyongan kala itu.

“Maaf Tuan, kau sudah banyak sekali minum, kau tidak bersama siapa pun di sini, kami tidak bertanggung jawab atas keselamatan Anda,” tolak wanita itu.

“Ayolah, aku memiliki banyak uang, aku bisa membeli waktu agar kau tetap membuka bar ini untukku, aku hanya membutuhkan Wine saat ini.” Seru Dika yang terus meminta.

Wanita itu menggelengkan kepala, lalu memutuskan untuk memberikan apa yang diinginkan oleh Dika, lalu beberapa menit kemudian wanita tersebut kembali lagi untuk memberikan peringatan bahwa ia akan benar-benar menutup barnya.

Namun saat ia kembali Dika sudah tidak sadarkan diri, wanita itu terlihat bingung, hingga akhirnya ia memutuskan untuk mencari sesuatu di saku Dika, ia pun meraih ponsel milik Dika yang kebetulan sedang berdering.

“Halo,” wanita itu bersuara.

“H-halo, ini siapa? Mas Dika di mana?” Tasya bertanya bingung.

“Kau kekasihnya? Tolong Nona, kekasihmu sedang berada di bar kami, dia tidak sadarkan diri lantaran terlalu banyak minum,” ucapnya memberitahu.

“Apa, baik lah, aku akan segera ke sana, tolong berikan aku alamat tempatnya.” Tasya segera bergegas keluar dari kamar hotel.

Setelah setengah jam ia mencemaskan Dika, akhirnya ia menemukan di mana pria dingin itu berada, lima belas menit kemudian, Tasya tiba di tempat itu dan membawa Dika ke mobil taksi yang ia minta menunggu di luar.

Setelah itu ia membawa Dika ke kamar hotel dengan sedikit kesulitan, karena saat ini Dika masih dalam keadaan mabuk.

Bruk!

Tasya menghempaskan tubuh kekar suaminya itu ke atas ranjang, dengan nafas yang tersengal ia pun duduk istirahat sejenak.

“Dasar laki-laki kaya, apa kalau sedang banyak masalah harus menyelesaikannya dengan cara seperti ini!” gerutu Tasya menatap kesal pada Dika.

Setelah beberapa saat ia menetralisir nafas yang tersengal, Tasya pun kembali mengurus Dika. Membuka sepatu dan melepaskan kaus kakinya, lalu melonggarkan kancing kemeja agar ia dapat istirahat dengan nyaman.

“Zahra.... Kenapa kau meninggalkan aku, dan menikah dengan pria lain.”

Dika mengigau, memanggil nama wanita yang pernah Tasya dengar sehari setelah ia menikah dengan Dika, Tasya terdiam, dan ia pun mulai memahami perbuatan Dika malam ini.

‘Mungkin sedalam itu mas Dika mencintai wanita yang bernama Zahra, dan kini hatinya sangat hancur karena ternyata ia ditinggal kan olehnya, bahkan saat dia tidur pun, mas Dika masih teringat dengan perbuatannya.’

Batin Tasya memperhatikan pria di sampingnya. Saat sedang hanyut dalam ketidaksadaran, tiba-tiba tangan Dika menyergap pundak Tasya dan membuat Tasya terjatuh di sampingnya.

“Mas, ini aku Tasya,” ucapnya yang berusaha menyadarkan Dika.

“Tolong temani aku,” pinta Dika yang langsung mendekap Tasya.

“T-tapi Mas, aku belum siap.” Tolak Tasya.

Dika tak bersuara, ia telah tertidur setelah tangan kanannya melingkari pinggang Tasya, Tasya pun membuka mata dan melihat pria di sampingnya itu sudah tidak bergerak lagi.

‘Duh, kenapa jadi kayak gini si, aku nggak siap kalau harus tidur satu ranjang seperti ini dengan pria ini, aku belum menerima pria ini sepenuhnya.’ Batin Tasya risau.

***

“Astaga! Apa yang terjadi?!”

Dika terkesiap ketika ia merasa berat di salah satu tangannya yang menjadi bantal Tasya sejak semalam, Tasya terpaksa harus tidur bersama Dika karena keinginannya. Dan pagi ini Dika terbangun dengan perasaan bingung.

Dika menyenggol pundak Tasya yang saat itu sedang menghadapnya, berharap bahwa ia akan segera bangun. Dan saat Tasya menyadari sentuhan tersebut, Tasya pun membuka kedua matanya.

Aaaaaa!!

Tasya berteriak ketika menatap wajah Dika yang kala itu membangunkannya, dengan cepat Tasya bangkit dan merapikan rambutnya. Begitu juga dengan Dika yang ikut duduk sedikit berjarak dengan Tasya.

“Kenapa tiba-tiba aku ada di sini, dan kau, tidur di ranjang ini?” tanya Dika.

“Kau mabuk semalam, aku menjemputmu di bar dan membawamu pulang,” ucap Tasya memberitahu.

“Lalu, kenapa kau tidur di ranjang ku?” Dika tak menatap Tasya kala ia bertanya hal itu.

“Kau yang memintanya, bukan aku sengaja memanfaatkan mu ketika kau sedang mabuk.”

Cetus Tasya menjawab, lalu ia beranjak pergi.

Dika memperhatikan Tasya yang masuk ke kamar mandi, ia merebahkan kembali tubuhnya. Ia percaya dengan yang dijelaskan oleh Tasya, karena ia ingat bahwa semalam ia minum terlalu banyak, setelah Tasya keluar Dika pun bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Tring.. Tring...

Ponsel Tasya berdering dengan cepat Tasya meraih dan mengangkat panggilan dari nomor yang tidak asing baginya.

Sambungan telepon pun dimatikan oleh Tasya begitu saja, ia panik. Tasya terhenti di depan kamar mandi, namun karena mendengar suara shower masih menyala, akhirnya Tasya memutuskan untuk pergi tanpa pamit pada Dika.

“Halo... Apa? Baik, saya akan segera ke sana!”

Bab terkait

  • Istri Pengganti Untuk CEO Dingin   Bab 4, Biaya Operasi bi Nirma

    Langkah kaki Tasya terhenti di ambang pintu UGD, dengan tetes air mata yang terus mengalir ketika ia mendapatkan kabar bahwa ibunya kritis. Sesekali Tasya berdiri dan berjalan seperti setrika yang sedang melicinkan pakaian, wajahnya sangat panik, ia seorang diri di sana, tanpa ada satu orang pun yang menemani. 'Ya Tuhan, aku mohon tolong selamatkan ibuku, di dunia ini, hanya dia lah salah satu alasanku bertahan hidup, ku mohon,' batin Tasya terus berdoa, berharap bahwa doanya akan terkabul. Setelah beberapa saat kemudian, dokter keluar. Erland, dokter muda yang menangani ibu Nirma selaku ibu kandung Tasya, Tasya berdiri di hadapan dokter Erland setelah menyeka air matanya asal-asalan. "Dok, bagaimana keadaan ibu saya?" tanya Tasya dengan nafas tertahan. "keadaan Ibu Nirma masih kritis, Tasya. Beliau harus segera di operasi, tapi tentu, biaya yang harus dikeluarkan tidak sedikit," ucap dokter Erland, dokter itu tahu bahwa sebenarnya pasien yang sedang ia rawat bukan lah kalangan or

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-22
  • Istri Pengganti Untuk CEO Dingin   Bab 5, Jatuh Sakit

    Dika dan Tasya kini berada di ruang rawat setelah menunggu cukup lama di ruang tunggu, Tasya tertidur sembari memegang erat pergelangan tangan ibunya, operasi yang dilakukan terhadap ibu Nirma berjalan dengan lancar, sementara Dika sendiri duduk di sofa sambil memangku tangan menatap ke arah Tasya. 'Apa mungkin dia kelelahan sampai dalam keadaan duduk saja, dia bisa tidur nyenyak seperti itu?' batin Dika bergeming, sambil terus menatap wanita itu. Lama Dika memperhatikan Tasya, ada rasa kasihan yang akhirnya membuat Dika memutuskan untuk membangunkan Tasya, ia berniat untuk mengajak Tasya pulang ke hotel. "Tasya, bangun, ayo kita pulang ke hotel," Ajak Dika, ia berdiri di samping Tasya yang tertidur. Suara itu tidak membuat Tasya terbangun hingga akhirnya Dika memutuskan untuk menyentuh tangan Tasya, saat Dika dan Tasya sama-sama bersentuhan kulit, ia menyadari bahwa tubuh Tasya sangat panas. Dika sempat cemas lantaran menyadari hal itu, di saat yang sama Tasya pun terbangun dan m

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-22
  • Istri Pengganti Untuk CEO Dingin   Part 6, Pindah Rumah

    "Silahkan duduk, Ma," ucap Tasya mempersilahkan duduk mama mertuanya. "Terima kasih Tasya. Oh ya, kamu ke sini sendirian?" tanya mama Riri. "I-iya Ma," lirih Tasya menjawab. "Kamu yang sabar ya sayang, mungkin Dika masih membutuhkan banyak waktu untuk menerima semua kenyataan ini." mama Riri menggenggam pergelangan tangan Tasya. Tasya melempar senyum, memperlihatkan bahwa ia baik-baik saja. Mendengar itu membuat mama Riri sedikit lega, Tasya pamit hendak pergi ke toilet dan menitipkan ibunya pada mama Riri yang masih ada di sana. Saat itu mama Riri mendekati ranjang tempat di mana bu Nirma istirahat, mama Riri menelaah wajah bu Nirma yang tidak lagi terpasang sebuah alat. "Ibu ini.... Seperti....?"Belum sempat menebak, pintu tersebut kembali di buka. Tasya sudah berdiri di samping kiri ibunya, bersebrangan dengan mama Riri yang masih mengamati bu Nirma. "Kenapa Ma, apa ibu sudah siuman?" tanya Tasya bingung dengan tatapannya pada sang ibu. "Belum Tasya. Oh ya, kalau boleh Mam

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-24
  • Istri Pengganti Untuk CEO Dingin   Part 7, Mengajak Tasya Pergi

    Pagi ini Tasya bangun lebih pagi, lantaran ia yakin bahwa suaminya itu akan berangkat ke kantor, karena kalau tidak salah ia sempat mendengar bahwa Dika semalam telponan dengan papa Arkana, ia diminta untuk datang pagi-pagi untuk menemaninya meeting. Benar saja, saat Tasya sedang menyiapkan piring di meja makan yang tidak terlalu besar itu, ia melihat Dika keluar dari kamar dalam keadaan yang sudah rapi, Tasya melempar senyum menatap Edo lalu menghampiri nya. "Mas, sarapan dulu yuk, aku udah siapin di meja makan," ajak Tasya dengan senyuman sempurna. "Aku tidak lapar," celetuk Dika menolak. "Tapi Mas, aku sudah masak banyak pagi ini," Tasya terus berjalan mengiringi Dika yang tidak memperdulikan nya. "Aku tidak memintamu untuk melakukannya, kan!" tegas Dika, ia sibuk memakai sepatu hitamnya. "Mas, tidak ada salahnya jika kamu mencicipi makanan yang sudah susah payah aku buatkan, kamu mungkin tidak memintaku untuk memasaknya, tapi aku memintamu untuk memakannya." lirih Tasya masi

    Terakhir Diperbarui : 2023-06-27
  • Istri Pengganti Untuk CEO Dingin   Part 8, Kedatangan Tamu

    "Dika, ayolah." mama Riri sedikit memaksa Dika untuk melakukan apa yang ia mau. Dika pun mengangkat kepala dengan berat, lalu ia mengarahkan pandangannya pada Tasya yang sejak tadi tidak enak hati, ia takut jika Dika saat ini berpikir macam-macam. "Cantik kan, Tasya?" ulang mama Riri. "Emmm," sungut Dika menjawab. "Jawabnya yang enak dong Dika!" mama Riri mencubit punggung Dika. "Iya Ma." jawabnya dengan terpaksa. Mama Riri tersenyum bahagia ketika mendengar jawaban dari Dika. Ia memberikan doa semoga pernikahan anaknya menjadi bahagia selamanya. Tak lama kemudian mama Riri meminta izin untuk pulang membawa barang belanjaannya, sengaja ia melakukan itu agar tumbuh perasaan antara mereka berdua yang sebenarnya masih canggung satu sama lain. "Apa kau sudah cukup puas telah memoroti uang mama, dengan berbelanja barang-barang tidak berfaedah seperti ini!" celetuk Dika menatap tajam Tasya. "Astaghfirullah Mas, aku sama sekali tidak bermaksud mau morotin mama, aku tadi juga nggak se

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-28
  • Istri Pengganti Untuk CEO Dingin   Part 9, Menerima Penghinaan Dari Keluarga Suami

    "Di mana Dika, tolong panggilkan ya," pinta oma Lusi, saat itu Tasya sedang menjamu tamunya dengan cemilan dan minuman. "Baik, Nek." jawab Tasya sopan. Oma Lusi mengerutkan kening ketika Tasya memanggilnya dengan sebutan Nenek, sepertinya ia sangat keberatan ketika Tasya menyebutnya dengan panggilan itu. "Jangan panggil saya Nenek, tapi panggil saya Oma, ya!" tegas oma Lusi meminta. "Oh, b-baik Oma, sebentar, saya akan panggil kan mas Dika dulu." jawab Tasya kikuk. Wanita itu langsung pergi menaiki anak tangga, rasanya ia sangat gugup ketika ditegur dengan panggilan yang ia sebutkan tadi, sementara mama Riri hanya membatin saja ketika oma Lusi terlihat fokus memperhatikan langkah kaki Tasya. "Itu pembantu nya Dika? Kok manggil nya Mas, si?" protes oma Lusi. "Emmm, anu Ma." mama Riri terlihat bingung. Belum sempat menjawab, Dika sudah terlihat menuruni anak tangga di susul dengan Tasya yang berada di belakangnya. Saat itu Dika menyambut oma Lusi dengan memeluk dan menciumnya, ta

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-29
  • Istri Pengganti Untuk CEO Dingin   Part 10, Pulang Bersama Ibu

    Langkah kaki Tasya terhenti ketika mama Riri menahan nya, mama Riri menghampiri Tasya dan menatapnya dengan sedih. "Nak, Mama mohon tolong jangan pergi dari rumah ini, tetap lah di sini mempertahankan rumah tangga kamu bersama Dika," pinta mama Riri menahan kesedihannya. "Maaf Ma, aku tidak bisa memperjuangkan rumah tangga dengan pria yang sama sekali tidak ingin berjuang dengan ku, aku pamit." singkat Tasya menjawab. Langkah kaki Tasya pun ia ayunkan menjauhi ambang pintu, mama Riri hendak mengejar namun teriakan oma Lusi yang menggelegar membuat mama Riri terhenti, oma Lusi mengancam akan menyakiti dirinya sendiri jika sampai mama Riri dan papa Arkana mengejar Tasya. Kini senyum mengembang terlihat jelas di wajah Dika, ia merasa senang karena akhirnya ada yang lebih berkuasa daripada kedua orang tuanya, yang baginya hanya bisa mengatur hidupnya demi menyelamatkan rasa malu. Mama Riri menangis di pelukan papa Arkana, tidak ada yang berani menentang wanita yang dituakan di keluar

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-29
  • Istri Pengganti Untuk CEO Dingin   Part 11, Tamparan Untuk Dika

    Plak! Sebuah tamparan mendarat bebas di pipi Dika hingga menimbulkan rasa panas, mama Riri sangat murka saat melihat sikap Dika yang justru setuju saat oma Lusi mengusir Tasya. "Kenapa Mama nampar aku?" protes Dika marah. "Itu pantas untuk mu Dika, di mana rasa tanggung jawab kamu sebagai seorang suami, hingga dengan tega kamu membiarkan istri kamu keluar dari rumah ini seorang diri, apalagi kamu tahu, kalau Tasya tidak punya siapa-siapa selain ibunya yang sedang dirawat di rumah sakit, di mana hati nurani kamu, ha!" bentak Mama Riri. "Tapi Ma, aku benar-benar tidak nyaman menjalani pernikahan ini, pernikahan ini membuat aku tersiksa, aku yakin wanita itu juga memiliki rasa yang sama denganku," sungut Dika kesal. "TASYA, namanya Tasya, Dika! kamu lupa, kalau kamu sudah menikahi Tasya secara agama dan negara, jika kamu membiarkan Tasya pergi begitu saja, lalu terjadi apa-apa di luar sana, maka tanggung jawab mu bukan hanya pada negara, tetapi di hadapan Tuhan. Mama nggak mau tahu,

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-30

Bab terbaru

  • Istri Pengganti Untuk CEO Dingin   Part 115, Ending Chapter

    Pagi itu, Tasya nampak sibuk menyiapkan sarapan pagi di meja makan, hari ini adalah hari ulang tahun Sauqi yang ke empat tahun, nampak seluruh keluarga duduk menunggu semua menu yang sedang dihidangkan oleh Tasya. Sejak pagi Tasya sendiri tidak mengizinkan mama Riri dan bu Nirma membantunya di dapur, ia ingin menyiapkan semuanya sendiri, karena merasa jika hari ini adalah hari yang sangat spesial baginya. Sementara mama Riri dan bu Nirma akhirnya hanya terduduk dan menonton saja apa yang sedang dilakukan oleh Tasya, sambil sekali-kali mengobrol dengan Sauqi yang sudah lincah dalam berbicara. Tidak ada lagi sesuatu yang menghalangi bagi keluarga itu untuk berbagai kebahagiaan, karena setelah semua kejadian yang menimpa mereka tiga tahun yang lalu, nampak pernikahan Tasya dan Dika semakin romantis dan harmonis. "Sayang, kamu nggak capek sibuk-sibuk sendiri, aku bantu kamu ya," ucap Dika yang tidak enak hati ketika melihat kesibukan yang sedang dijalani oleh istrinya."Nggak usah Mas,

  • Istri Pengganti Untuk CEO Dingin   Part 114, Sifat Bar-bar Roy

    Tiga tahun KemudianBug! Bug! Bug! Sebuah bogeman terdengar di ruangan sempit yang di tempati oleh lima tahanan yang masing-masing memiliki bukti kejahatan yang berbeda, dan salah satunya adalah Roy sebagai pimpinan kerusuhan yang terjadi di pagi ini. Cahyo yang melihat hal itu pun berusaha menyudahi perkelahian tersebut dengan memanggil polisi, suaranya yang nyaring pun mengundang beberapa petugas kepolisian yang mendengar suara Cahyo, dengan cepat dan sigap, mereka pun dapat dipisahkan, tahanan baru yang menjadi bully-an itupun diamankan. Roy dan beberapa temannya pun harus mendapatkan hukuman karena telah melakukan tindakan kerusuhan di dalam tahanan, sementara Cahyo sendiri kini mendekati Diki, seorang tahanan baru yang sudah babak belur di buat oleh teman-teman Roy. "Kamu nggak papa kan?" tanyanya memberikan perhatian. Sesekali ia mengobati luka lebam yang terlihat memar di sana. "Nggak kok, aku nggak papa, makasih ya Mas," ucapnya mengulas senyum. "Ya udah, kamu tenang aja

  • Istri Pengganti Untuk CEO Dingin   Part 113, Mendatangi Kantor Polisi

    "Syukur lah sayang, kamu pulang dalam keadaan selamat," ucap mama Riri mengulas senyum lega. Tasya memblas senyuman itu dengan tulus, lalu ia pun berpindah pada bu Nirma yang tak kalah bahagia ketika melihat putrinya kembali dalam keadaan selamat, wanita itu berbinar ketika menyadari suaminya kini datang menggendong Sauqi, perhatikan nya pun kini tertuju pada bocah itu lalu mendekatinya. "Sayang, ini Mama, Nak!"Tasya terharu, dengan kedua mata yang berkaca-kaca ia meraih tubuh mungil Sauqi, bocah kecil itu pun nampak memancarkan senyuman saat menyadari yang menggendongnya adalah sang mama. "Ma-Ma!"Suara manja itu pun terdengar merdu, Tasya mengulas senyum dan langsung mendaratkan kecupan kasih sayang di keningnya. Betapa bahagianya ketika ia mendengar sang putra sudah bisa memanggilnya dengan sebutan mama. Dika ikut mememeluk Tasya dari belakang, mengulas senyum bahagia dan bersyukur atas kembalinya sang istri. Mama Riri pun meminta Dika untuk membawa Tasya ke kamar, tak menungg

  • Istri Pengganti Untuk CEO Dingin   Part 112, Menyelamatkan Tasya

    Arkana dan Dika kini sudah berada di rumah, di mana ia akan mempersiapkan uang sebanyak dua miliar untuk menembus Tasya, kedatangan mereka pun disambut oleh bu Nirma dan mama Riri yang menatap cemas. "Pa, Dika, bagaimana, apa kalian sudah menemukan keberadaan Tasya?" tanya mama Riri yang memasang wajah penuh kecemasan. "Iya Dika, bagaimana?" lanjut bu Nirma tak kalah khawatir. "Kami sudah menemukan keberadaan Tasya Ma, Bu, Tasya diculik, dan kami pulang untuk menyiapkan uang sebesar dua milyar seperti yang penculik itu inginkan sebagai penebusnya," ucap Dika menahan emosi. "Apa! Dua milyar, astagfirullah, itu jumlah yang yang sangat besar." jawab bu Nirma menatap sedih. Bu Nirma sepertinya sangat syok mendengar jumlah uang yang disebut oleh menantunya itu, namun dengan cepat ditenangkan oleh mama Riri yang mendapat perintah dari papa Arkana. Papa Arkana mengatakan jika jumlah uang tidak perlu menjadi beban pikiran, karena mereka sendiri sudah siap jika harus kehilangan uang sebes

  • Istri Pengganti Untuk CEO Dingin   Part 111, Di Sekap

    "Nggak papa Pa," ucap Dika dengan gugup. "Ya ampun, ya udah kalau gitu gantian aja ya yang nyetir, kamu sambil istirahat aja," seru papa Arkana cemas. "Papa yakin bisa bawa mobil?" tanya Dika memastikan. "Iya tenang aja, Papa bisa bawa mobil pelan-pelan." jawabnya dengan yakin. Mereka pun bertukar posisi, kini papa Arkana sudah berada di bagian setir, sementara Dika sendiri saat ini sedang duduk dengan santai menatap ke depan dan ke sini berharap jika ia bisa menemukan istrinya. Sementara di tempat lain, Tasya sudah berada di sebuah ruangan yang cukup gelap, hanya ada lampu kecil yang menerangi ruangan tersebut. Sayup-sayup wanita itu membuka kedua mata, dan terkejut ketika kedua tangannya diikat ke belakang di sebuah kursi kayu, tak lama kemudian datang seorang pria bertubuh tinggi dengan wajah tertutup masker. "Siapa kamu sebenarnya? Dan untuk apa kamu membawaku ke tempat ini, di mana ini?!" bentak Tasya dengan suara parau, tatapan matanya seolah ingin sekali merebut masker ya

  • Istri Pengganti Untuk CEO Dingin   Part 110, Mencari Keberadaan Tasya

    "Loh, kok lantainya tiba-tiba basah dan kotor seperti ini? Lalu ini, jejak kaki siapa ya?" bi Surti menatap ke lantai itu dengan penuh tanya. "Maksud Bibi apa bicara seperti itu? Apa di rumah ini ada orang lain selain kalian berdua?!" tatapan tegas dari Dika pun didapatkan oleh bi Surti yang tidak tahu apa-apa. "Saya sendiri tidak tahu Den, tapi ini bukan jejak kaki saya, lihat saja, jejak kakinya cukup besar, dan sepertinya ada kaki lain yang terseret." jawab wanita paruh baya itu dengan polosnya. Dika mendelik sempurna ketika mendengar kalimat dari bi Surti, sempat berpikir tidak mungkin, tetapi pada kenyataannya memang Tasya tidak ada di rumah itu, membuat hati pria tersebut begitu gelisah dan ketakutan.Mencoba untuk tenang, dengan merogoh ponsel di saku celana, ia mencoba untuk menghubungi nomor Tasya, namun tiba-tiba ia mendengar suara ponsel itu di meja makan, rupanya Tasya tidak membawa ponselnya. Menambah kepanikan yang Dika rasakan saat ini. "Sebenarnya tadi non Tasya se

  • Istri Pengganti Untuk CEO Dingin   Part 109, Tangisan Dika

    "B-benar Pak, ini saya Dika, a-ada apa ya?" tanya pria itu dengan suara parau. "Kami menemukan sepucuk surat tergeletak di samping korban, dan surat ini sepertinya untuk Bapak," ucapnya seraya memberitahu. "Benarkah, kalau begitu saya akan terima surat itu Pak." jawab Dika yang langsung mengulurkan tangan kanannya. Tanpa disadari oleh Dika, jika sepasang mata sedang mengamati tingkahnya dari kejauhan, siapa lagi kalau bukan Tasya, wanita itu seperti sudah tidak mengenal suaminya, yang terlihat begitu berbeda dari sebelumnya. Rasa kecewa tak terbendung lagi ketika melihat berapa sibuknya Dika dalam urusan kematian Zahra. Karena tak mampu lagi menahan kesedihan, Tasya pun kini menghilang dari kerumunan, ia berjalan menjauhi tempat itu sambil terus menggendong dan memeluk Sauqi, tak lama kemudian ia menemukan pangkalan ojek, ada satu orang bapak-bapak yang mungkin sejak tadi sedang menunggu penumpang, tak menunggu waktu lama, Tasya segera menghampiri bapak itu dengan nafas yang tersen

  • Istri Pengganti Untuk CEO Dingin   Part 108, Kabar Duka

    Beberapa hari sudah, Duka merasa cukup nyaman menjalani rumah tangga nya bersama Tasya, lantaran Zahra sudah tidak pernah lagi menghubungi atau mengganggunya meksipun hanya sebuah pesan yang ia kirimkan. Namun, sepertinya hal itu membuat hati kecil Dika menjadi ganjal, ia merasa ada sesuatu yang terjadi pada wanita itu, karena ia sangat mengenal sekali siapa Zahra. Wanita yang tidak pernah mau kalah dari pertarungan, apalagi itu menyangkut soal perasaan."Mas, kenapa kamu kayaknya gelisah banget si?"Tiba-tiba datang Tasya yang menegur suaminya, pria itu terkejut dan sontak saja memasang wajah bingung lantaran kepergok memikirkan Zahra. Namun siapa sangka jika Tasya sudah mengetahui apa yang dipikirkan oleh suaminya, dengan melihat sekilas tatapan matanya ia tahu jika Dika saat ini sedang memikirkan orang lain. "Kalau kamu mau menjenguk Zahra di rumah sakit, ya nggak papa Mas, aku negerti kok kalau kamu masih mencemaskan dia," lirih wanita itu yang memberikan lampu hijau pada suamin

  • Istri Pengganti Untuk CEO Dingin   Part 107, Berbaikan

    Tibanya di pinggir danau, Dika menghentikan mobilnya, membuka pintu lalu mempersilahkan Tasya keluar, namun wanita itu nampaknya enggan mengikuti perintah sang suami lantaran ia masih memendam rasa kecewa. "Sayang, ayo lah turun," ajak Dika berusaha terus membujuk. "Nggak mau, mending kamu bawa aku pulang aja ke rumah ibu, kamu pasti sibuk kan mau ke rumah sakit, jadi lebih baik kamu pergi saja ke sana," celetuk Tasya menolak, ia masih saja berpikir jika suaminya itu lebih memilih mantan kekasihnya itu. "Mau turun sendiri, atau kamu akan melihat aku nekat, dengan menggendong kamu masih memasuki kafe itu." tukas Dika yang sama sekali tak menanggapi ucapan Tasya. Wanita itu mendelik sempurna ketika ucapannya sama sekali tak direspon, ia pun akhirnya turun daripada harus menerima gendongan dari Dika yang jelas-jelas sudah membuatnya marah. Sementara Dika sendiri mengulas senyum sembari berjalan beriringan dengan Tasya menuju sebuah kafe yang terlihat begitu ramai pengunjung. Sebuah

DMCA.com Protection Status