Beranda / CEO / Istri Pengganti Untuk CEO Dingin / Part 7, Mengajak Tasya Pergi

Share

Part 7, Mengajak Tasya Pergi

Pagi ini Tasya bangun lebih pagi, lantaran ia yakin bahwa suaminya itu akan berangkat ke kantor, karena kalau tidak salah ia sempat mendengar bahwa Dika semalam telponan dengan papa Arkana, ia diminta untuk datang pagi-pagi untuk menemaninya meeting.

Benar saja, saat Tasya sedang menyiapkan piring di meja makan yang tidak terlalu besar itu, ia melihat Dika keluar dari kamar dalam keadaan yang sudah rapi, Tasya melempar senyum menatap Edo lalu menghampiri nya.

"Mas, sarapan dulu yuk, aku udah siapin di meja makan," ajak Tasya dengan senyuman sempurna.

"Aku tidak lapar," celetuk Dika menolak.

"Tapi Mas, aku sudah masak banyak pagi ini," Tasya terus berjalan mengiringi Dika yang tidak memperdulikan nya.

"Aku tidak memintamu untuk melakukannya, kan!" tegas Dika, ia sibuk memakai sepatu hitamnya.

"Mas, tidak ada salahnya jika kamu mencicipi makanan yang sudah susah payah aku buatkan, kamu mungkin tidak memintaku untuk memasaknya, tapi aku memintamu untuk memakannya." lirih Tasya masih memberanikan diri untuk bicara.

Dika terdiam, entah mengapa ia merasa bahwa suara Tasya sangat lah mengganggu, apalagi permintaan nya yang seolah sangat memaksa membuat dirinya bertambah kesal saja.

Dika berdiri dan berhadapan dengan Tasya, kini tatapan mata mereka saling beradu, meskipun Tasya melakukan itu dengan sangat tulus namun Dika tetap saja menganggap bahwa Tasya hadir di dunianya justru hanya menjadi bumerang saja.

"Jangan memaksaku untuk berbuat kasar padamu, aku tidak suka dipaksa, kau mengerti!" tegas Dika berlalu pergi.

Tasya mencoba untuk meraih tangan Dika, namun usahanya sia-sia, ia melihat Dika justru semakin jauh menuju mobil dan mengemudikannya dengan cepat, Tasya menghela nafas panjang.

"Astaga, pria apa yang sudah menjadi suamiku itu, kenapa hatinya benar-benar keras melebihi batu." sungut Tasya mengelus dada.

Karena kelaparan, Tasya pun memutuskan untuk menikmati sarapan paginya seorang diri, ia mencoba acuh atas apa yang baru saja terjadi. Meskipun hal itu tidak bisa dipungkiri, bahwa sikap Dika barusan benar-benar menyakiti perasaannya.

Saat sedang menikmati makanan sendirian di meja makan, terdengar suara seorang wanita yang tidak asing di telinga. Ya, itu adalah mama Riri, mama Riri sengaja berkunjung untuk mengeratkan hubungannya dengan Tasya.

Tasya melempar senyum menyapa mama Riri, lalu mengajaknya untuk duduk di meja makan yang sama.

"Ma, ini aku masak sendiri tadi pagi, niatnya mau ngajak makan mas Dika, tapi katanya dia nggak lapar, Mama mau ya sarapan bareng sama aku?" tawar Tasya penuh harap.

"Ya ampun, romantis sekali kamu Tasya, ya udah.... Mama mau sarapan bareng sama kamu, maaf ya Tasya, kalau Dika masih saja menolak kamu," ucap mama Riri merasa bersalah.

"Nggak papa kok Ma, sejujurnya aku juga butuh banyak waktu untuk beradaptasi sama mas Dika, Mama tahu sendiri kan kalau alasan kami menikah bukan karena kami saling cinta, tapi hanya sebatas__" belum sempat melanjutkan tiba-tiba telunjuk mama Riri sudah berada tepat di tengah bibir Tasya.

"Jangan bicara apapun tentang alasan kalian menikah, Tasya. Karena Mama sangat berharap kalau pernikahan kalian ini akan mengantarkan kalian kepada kebahagiaan, kamu tahu? Mama sangat kecewa sekali dengan Zahra, dia pergi bersama pria lain di hari pernikahannya dengan Dika, dan Mama ingin kamu berusaha sekeras mungkin untuk menerobos hati Dika yang mungkin saat ini sudah tidak percaya lagi dengan yang namanya cinta. Yah, meskipun itu sangat sulit Tasya, tapi Mama berharap sekali kamu bisa." mama Riri menyandarkan harapannya pada Tasya.

Tasya terdiam ia melihat tatapan mata mama Riri yang seolah benar-benar berharap padanya, Tasya tersenyum, ia tidak mungkin menepis harapan tersebut dengan penolakan, mau tidak mau Tasya harus membulatkan tekad nya untuk bisa membuat Dika jatuh cinta padanya, meskipun sebenarnya hal itu sangat lah sulit dan tidak pernah terpikir sebelumnya.

"Tasya, karena kamu tidak ada acara lain hari ini, gimana kalau kita jalan-jalan saja?" tawar mama Riri agar Tasya sedikit rileks.

"Jalan-jalan, ke mana, Ma?" tanya Tasya. Ia nampak asing mendengar ajakan itu, karena selama ini hidup Tasya memang tidak pernah ada yang namanya jalan-jalan.

"Udah, ikut aja, tapi kamu ganti baju dulu, gih." suruh mama Riri.

Tasya tidak menolak, ajakan itu langsung disetujui oleh Tasya, setelah mengganti baju, mereka pun meninggalkan rumah.

10 menit kemudian, mereka pun tiba di sebuah mall yang cukup terkenal di kota itu, bak seperti teman, mama Riri dan Tasya berjalan bergandengan tangan, di salah satu toko yang dianggap cukup menarik, mama Riri berhenti dan mengajak Tasya masuk.

"Ma, mau ngapain ke situ?" Tasya menarik kembali tangannya.

"Beli baju buat kamu Tasya, kamu itu sudah menjadi istri dari tuan Dika Mahendra Jaya, itu artinya kamu sudah menjadi nyonya Tasya Mahendra Jaya, kamu harus merubah penampilan kamu," ucap mama Riri yang tidak segan-segan membayari semua kebutuhan Tasya.

"Tapi Ma, aku tidak biasa memakai pakaian seperti itu, itu tidak cocok di tubuhku," Tasya ragu menerima kebaikan mamanya.

"Tasya, kamu itu cantik, kamu hanya butuh waktu untuk membiasakan diri, sekarang ayo kita masuk." paksa mama Riri.

Mama Riri sibuk meminta Tasya untuk segera menjajal beberapa baju yang ia pilih, dan Tasya pun dengan berat hati menerima permintaan itu lalu menunjukkan hasilnya pada mama Riri, tidak ada pakaian yang tidak cocok di tubuh Tasya yang tinggi semampai, ramping, dan juga seksi, kulit putih dan cantik alami pun menjadi alasan tersendiri yang membuat mama Riri terpesona.

"Tasya, kamu benar-benar mirip sekali sama ibu kamu," puji mama Riri mengelus lembut pipi Tasya.

"Terima kasih Ma, aku rasa ini saja Ma, aku tidak mau membuat Mama Repot," ucap Tasya tidak enak hati.

"Baik lah kalau kamu maunya begitu, lain kali kalau kamu butuh pakaian baru lagi, kamu bilang ya, Mama akan temani kamu belanja."

Tasya mengangguk pelan lalu mereka pergi untuk membayar belanjaan mereka. Setelah itu tempat tujuan mereka adalah rumah, Tasya meminta kembali karena takut jika Dika sudah pulang dan ia tiba-tiba tidak ada di rumah.

Sampainya di rumah, benar saja dengan yang dipikirkan oleh Tasya, Dika sudah berada di ruang kelurga sambil memainkan ponselnya. Mama Riri yang ikut membawakan belanjaan Tasya masuk, menyapa Dika dengan senyuman.

"Dika, kamu udah pulang," sapa mama Riri.

"Udah Ma, Mama dari mana?" tanya Dika sambil melirik barang belanjaan Tasya dan mama Riri.

"Mama abis belanja sama Tasya, lihat deh, Tasya cantik, kan?!" Mama Riri sengaja meminta Dika untuk menatap Tasya yang sudah memakai pakaian yang ia pilih.

Dika merasa sangat keberatan atas permintaan mama nya itu, bahkan Dika masih fokus dengan ponselnya ketika mama Riri memintanya untuk melihat Tasya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status