"Siapa yang selingkuh? Pak Nial?"Meski Jerry berbisik dan memilih tempat yang sedikit menjauh, ia tidak bisa menyembunyikan kekesalannya dengan berita tak masuk akal yang membuat telinganya berdiri dengan tidak wajar.Ia masih berdiri, mengamati Siska yang mengambil gambar Bela dan juga Nial. Dua makhluk hidup yang dimabuk cinta di seberang sana tampaknya tidak tahu ada kehebohan yang menggemparkan di Jakarta."Iya, Pak Jerry. Itu skandal yang bergulir di sini. Akan aku kirimkan artikelnya.""Roy! Selidiki dan cari tahu siapa yang menyebarkan gosip aneh itu. Lagian fotonya seperti apa? Kenapa sampai membuat Pak Nial dituduh berselingkuh?""Foto Pak Nial nggak tahu sama siapa, yang jelas itu seperti di dalam ruang kerja seseorang dan Pak Nial hampir menciumnya."Seperti ada lonceng yang berdenting di kepalanya. Jerry tahu itu pasti foto Nial yang hampir mencium Jenni saat itu. Foto yang sama yang nyaris saja membuat biduk rumah tangga Nial dan juga Bela diterpa badai jika kesalah pah
Nial tadinya bingung karena lagu-lagu yang disediakan tidak banyak yang ia ketahui. Tapi matanya menangkap lagu tidak asing yang dulu sering dia dengar dan dinyanyikan oleh Beni, teman semasa kuliahnya.Itu adalah milik Sheila On Seven yang berjudul 'Itu aku.'Nial tersenyum saat orang-orang memberinya tepuk tangan saat ia mulai mengambil suaranya, menyanyikan lagu yang barang kali bisa ia gunakan untuk menghibur Bela siang ini.Mata mereka bertemu meski lalu lalang tak juga meredup.Mereka saling tersenyum, saling mengabarkan satu sama lain tentang perasaan mereka yang sama sekali tidak berubah.Jerry tersenyum melihat momen ini. Dia mengeluarkan ponselnya membuka media sosial dan merekam apa yang dilihatnya. Tentang bagaimana Nial menunjukkan cintanya yang hebat pada Bela. 'Akan aku bungkam siapapun yang mencoba mengusik hidup mereka.'Jerry menandai akun Bela dan juga Nial di postingannya. Ia tersenyum menyeringai.Ia tahu kalau postingannya pasti akan dijadikan bahan melawan bal
…."Sebenarnya apa yang dilakukan oleh Jerry?"Nial dibuat hampir mati penasaran bahkan sesampainya mereka di Jakarta."Apa, Mas?"Bela yang melihat Nial bicara sendiri hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal saat mereka memasuki rumah pada petang harinya. "Selamat datang!"Kim menunduk memberi salam saat Nial dan Bela memasuki pintu rumah."Selamat malam, Bu Kim. Aku dan Bela akan langsung naik ke kamar.""Baiklah, selamat istirahat."Bela melambaikan tangannya pada Kim. Dia kemudian mengikuti Nial yang menunggunya dan membuatnya melingkarkan lengannya."Mas Nial tadi belum menjawabku.""Oh? Yang dilakukan Jerry?""Iya.""Mas juga nggak tahu, Bel. Tapi dia tadi di jalan sempat bilang kalau dia membuat jagat maya gempar dan mengalahkan skandal."Bela menoleh pada Nial saat mereka masuk ke kamar."Skandal apa?""Sepertinya sudah sejak kemarin. Tapi Jerry baru memberi tahukannya hari ini biar kita nggak kepikiran. Jadi foto Mas dan Jenni yang saat itu dikirimkan ke kamu meluas di so
Nial menekan enter di keyboardnya, yang secara otomatis mengirim pesan pada Jerry melalui email. Lalu meraih ponsel dari sisi kanannya.Pesan pada Jerry,'Sudah aku kirim melalui email. Istirahatlah! Selamat malam.'Balasan dengan cepat datang.'Iya, selamat malam, Pak Nial.'Nial memutar kursi kerjanya dan melihat ke ranjang. "Dia nggak ada di dalam kamar?"Nial bingung karena sedari tadi kediaman yang terjadi di sekitarnya karena ia menganggap Bela sudah terlelap. Tapi nyatanya dia tidak ada di sana. Bahkan selimutnya rapi."Di mana dia?"Nial melangkah keluar dari kamar, mencium bau gurih makanan yang pasti sedang ada di dalam oven."Hm ... harumnya ... dia membuatkanku makanan?"Nial setengah berlari saat menuruni tangga dan sampai di dapur. Mendengar suara oven yang 'bipbipbip' memberi peringatan dan Nial dengan sigap mematikannya. Meraih sarung tangan tebal dan mengeluarkan makanan yang dioven Bela dari dalam sana.Nial tersenyum saat melihat Bela yang tidur dengan meletakkan k
Nial berdiri di bawah shower sudah sejak tadi. Dia melamun, rencana olah raga pagi ini hanya jadi wacana, selagi sisa sabun yang ada di tubuhnya belum sepenuhnya dia guyur karena angannya melayang meninggalkan daratan.Ia meneguk salivanya dengan kasar saat meraba lehernya di mana saat ia berkaca tadi ada tanda merah yang ditinggalkan di sana. Tentu saja! Bela yang membuatnya.Memori semalam membuat naluri lelakinya kembali bangun. Bela menjadi agresif, nakal dan membentuk kedudukan yang lebih dominan dari pada dirinya."Astaga ... apa yang telah kulakukan padanya sampai dia jadi nakal begitu?"Dia mengusap wajahnya yang basah. Harus menghentikan pikiran ini sebelum hasrat yang lebih kuat kembali menggelora hebat dalam dirinya.Sementara dia menyelesaikan mandi, seseorang lainnya sedang merutuki dirinya sendiri.Itu adalah Bela yang masih ada di atas ranjang. Menyembunyikan diri di bawah selimut dengan tubuh tanpa sehelai benang sejak semalam."Aku sudah gila."Dia memukul lirih kepal
Tapi saat barisan reporter berita itu mendekat padanya dan Siska, tangan besar seseorang mencegahnya. Tangan itu tidak sendirian karena ada beberapa tangan lainnya yang mencegah mereka mengambil jarak yang lebih rapat.Bela baru tahu itu adalah bodyguard. Mereka adalah pengawal Nial yang datang dari Ones Air, Bela pernah melihat beberapa di antaranya dan mereka saat ini ada di sini.Mereka membentuk barikade pertahanan, mencegah agar tidak mendekat pada Bela, saat Nial juga ada di sana untuk menjemputnya. Ada Jerry juga yang masuk dalam pengawalan mereka."Kamu baik-baik saja?"Nial bertanya pada Bela. Merangkul pundaknya saat Siska merasa dia sedang berada dalam lokasi syuting drama Korea karena mereka benar-benar terlihat demikian.Bela yang dikejar wartawan, sudah pasti akan ditanyai soal skandal yang bergulir panas di luar sana. Dan saat hal itu terjadi, Nial datang menyelamatkannya."Iya, Mas. Aku baik-baik saja.""Nanti saja, ayo pergi dari sini!" Jerry memperingatkan. Dan tamp
Benar memang.Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini. Bela juga baru menyadarinya saat ini.Saat mereka duduk di hadapan meja yang sama dan menceritakan apa-apa saja yang terjadi pada hari itu. Pada masa itu.Bela kehilangan Nial-nya karena hilang ingatan. Tak lama setelahnya Siska mengalami kecelakaan dan Bela menolongnya dengan mendonorkan darahnya. Jerry yang tahu akan hal itu bertekad membawa Nial kembali mengingat Bela sebagai ucapan terima kasih.Peristiwa yang saling berkaitan satu sama lain.Dan di sini, di tempat Nial dulu mengajaknya rujuk, mereka duduk berempat. Menyadari hebatnya sebuah takdir yang telah ditulis oleh Tuhan. Takdir mereka, milik mereka.Bela memandang perubahan mimik wajah Nial yang tersenyum, menunduk penuh haru saat tahu semua orang menyayanginya."Terima kasih semuanya. Kalian membawaku kepada Bela."Nial berujar saat mengalihkan pandangannya pada Bela, meraih tangannya yang ada di atas meja. Meremasnya dengan lembut."Nggak banyak yang aku lakuka
Kesepakatan yang bahaya karena Bela akan habis dilahap oleh Nial malam ini. Tapi dia tidak bisa mengatakan tidak saat Nial telah membangkitkan semua geloranya bangun dari tidur. Bela tahu Nial adalah lelaki pebisnis. Tapi di atas ranjang, ini untuk pertama kalinya mereka membuat kesepakatan yang berbahaya.Berbahaya dalam tanda kutip karena sebenarnya yang terjadi adalah rasa nikmat akan sebuah hubungan yang saling menguntungkan. Simbiosis mutualisme.Bela membuat Nial tersenyum menang. Sekaligus membuatnya berdiri, membuka ikat pinggangnya. Bela tidak tahu sejak kapan debaran jantungnya akan memuncak seperti ini. Nial membuatnya merasakan apa itu nafkah. Nafkah batin yang nikmat tak kepalang.Ya ....Meskipun harus begadang karena durasinya yang bukan main.***Bela menggeliat kecil saat mendengar suara alarm yang ia pasang di ponsel sejak KKN dan selalu lupa ia matikan sehingga selalu berbunyi di jam ini. Jam lima pagi.Dia meraba di bawah bantal. Mematikannya sebelum semakin beri