Aiska tidak lama di kampus, mereka lalu pulang kembali. Sampai di rumah ada mobil yang asing bagi Aiska karena itu bukan mobil keluarga Arun.
"Juragan, sepertinya ada tamu," kata Aiska.Arun mengabaikan Aiska dan masuk ke dalam rumah. Dia melihat wanita yang selama ini dia cintai berada di sana."Nesya mengapa kamu ke sini lagi?" tanya Arun.Aiska melihat Nesya mendekati Arun dan memeluknya. Arun sama sekali tak menolak pelukan Nesya."Aku kangen kamu sayang, beberapa hari ini kamu tidak menemui aku. Makanya ku beranikan datang kemari. Aku takut dengan adanya wanita itu akan menggantikan posisi aku di hati kamu," jawab Nesya."Nesya, aku ngerti tapi tolong jangan sering ke sini. Aku akan temui kamu nanti," kata Arun.Nesya semakin erat memeluk Arun saat melihat ada Aiska. Dia sengaja membuat Aiska cemburu. Aiska yang sudah tak mampu melihat adegan selanjutnya segera masuk ke kamar."Sayang, apa kamu yakin tidak akan mencintai wanita itu?" tanya Nesya. "Aku ingin kita segera kembali, Arun," sambung Nesya."Sabar, semua butuh waktu," ucap Arun.Arun meminta agar Nesya segera pulang, dia berjanji akan menemuinya nanti malam. Nesya senang sekali sehingga mau pulang. Sementara itu Aiska menangis di dalam kamarnya.Dadanya terasa sesak saat melihat sang suami di peluk oleh wanita lain. Apalagi Nesya adalah mantan istri Arun yang masih dicintai Arun."Rasanya aku tak sanggup," ucap Aiska mengusap air matanya. "Sampai kapan begini?" tanya Aiska.Derai air mata membasahi pipi Aiska. Ada rasa sesal karena telah menikah dengan Arun. Tapi dia melakukan semua demi keluarganya.Arun masuk ke kamar, dia melihat Aiska menangis. Dia acuh saja dan memilih untuk ganti baju lalu pergi lagi. Tak ada kata pamit atau apa pada Aiska, Arun pergi begitu saja.Tiba-tiba ponsel Aiska berdering, panggilan dari nomor tak di kenal. Aiska yakin itu Farid, dia enggan untuk mengangkatnya. Apalagi hatinya sedang tidak baik-baik saja.Sebuah pesan muncul dilayar ponsel Aiska."Ais, apa sih istimewanya dirimu. Hingga Farid enggan melepaskan kamu? Padahal aku yang sudah berkorban untuk dirinya tapi tetap saja kamu yang dia harapkan. Aku minta bantu aku dapatkan hatinya Farid," pesan itu ternyata dari Maya."Apa sih maunya dia? Bukannya dia sudah mendapatkan Farid? Untuk apa meminta bantuanku?" ucap Aiska kesal.Selalu saja ada masalah yang hadir, Aiska ingin mencurahkan semua tapi gak ada yang bisa dia ajak curhat. Dulu selalu ada Maya tempat dia berkeluh kesah, tapi sekarang dia sangat membenci Maya.Aiska meletakkan ponselnya kembali, dia terlalu pusing memikirkan hubungan dengan Arun. Dia tak bisa menambah beban pikirannya dengan memikirkan permintaan Maya.Di dalam rumah sebesar itu, Aiska merasa kesepian. Arun sering pergi tanpa ingin mengajaknya bahkan izin padanya pun tidak sama sekali. Makan sendirian, tidur juga sendirian.Tok tok tokAiska membuka pintu, dia terkejut dengan kedatangan Maya."Aiska, maaf aku terpaksa meminta alamat kamu pada orang tua kamu," kata Maya."Apa maunya?" Sentak Aiska.Masih teringat jelas bagaimana saat Maya dan Farid menghianatinya. Apalagi itu terjadi di saat dia dalam masalah."Aiska, aku tahu aku salah. Tapi aku sangat mencintai Farid. Bisakah kamu bujuk Farid agar mau menikahi aku?" tanya Maya."Maaf, aku tidak bisa," jawab Aiska."Ais, kenapa kamu sombong sekali? Apa kamu tak ingat dulu aku yang selalu membantu kamu saat kamu ada masalah dengan Farid. Kenapa sekarang kamu enggan membantuku?" tanya Maya. "Apa karena sekarang kamu sudah jadi istri pria kaya sehingga lupa dengan sahabat kamu sendiri?" tanya Maya."Sahabat? Sahabat macam apa yang mengkhianati sahabatnya sendiri?" tanya Aiska. "Harusnya kamu malu, Maya. Bukannya malah mengemis meminta bantuan padaku. Mungkin urat malumu sudah tak ada sehingga kamu begitu percaya diri mendatangi aku," kata Aiska kesal.Kedatangan Maya hanya menambah beban pikirannya saja. Dia tak lagi menganggap Maya sahabat sejak kejadian itu. Kejadian yang tak pernah Aiska lupakan sepanjang hidupnya."Kamu berubah Aiska, mentang-mentang jadi orang kaya sudah gak butuh Sabahat kamu ini. Aku juga gak butuh bantuan kamu, ini terakhir kalinya aku meminta bantuan kamu," bentak Maya.Maya seakan tak mau di salahkan atas perselingkuhannya dengan Farid. Dia malah memojokkan Aiska seakan Aiska yang tidak membutuhkan dia dan lupa dengan sahabatnya."Pergi sekarang!" usir Aiska menunjuk pintu keluar."Dasar sombong!" Omel Maya lalu pergi dari rumah Arun.Sepanjang perjalanan pulang dari rumah Arun, Maya diselimuti emosi yang sangat besar. Dia mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan tinggi."Aku gak menyangka Aiska sesombong itu. Suaminya memang kaya tapi dia kan sudah tua. Aku harus buat dia malu," kata Maya.Terbesit sebuah ide di kepala Maya. Dia tidak akan membiarkan Aiska hidup bahagia jika dia belum bisa mendapatkan Farid seutuhnya.Sementara itu Aiska merasa bosan di dalam rumah. Dia merasa terkurung, tak ada kegiatan apapun yang bisa membuat dia senang.Sampai malam, Arun tak kunjung pulang. Aiska tahu Arun pasti menemui Nesya. Dia terpaksa tidur sendiri dan mencoba mengabaikan Arun.Pagi itu Arun sudah berada di meja makan. Tak ada percakapan diantara Arun dan Aiska. Arun meminta supirnya mengantar Aiska ke kampus. Dengan malas Aiska pergi ke kampus tempat dia menimba ilmu."Aiska...apa benar kabar yang beredar?" tanya Salah satu teman Aiska."Kabar apa?" tanya Aiska heran."Kabarnya kamu sudah menikah, dan suami kamu itu pria tua ya. Kenapa kamu mau sih menikah dengan pria tua?" tanyanya.Aiska tak menyangka kabar pernikahan dia dan Arun sudah tersebar. Dia pasti akan di hujat karena menikah demi membayar hutang."Kok kamu diam saja. Berarti benar dong kabar itu," katanya lagi.Aiska mengabaikan mereka, dia memilih masuk ke dalam kelasnya. Di sana suasana sangat gaduh namun saat Aiska masuk berubah jadi sepi."Aiska, dibayar berapa kamu nikah sama pria tua itu?" tanya teman pria Aiska.Aiska tak menjawab, dia memilih untuk segera duduk. Dia mencoba mengabaikan pertanyaan teman-temannya."Akhirnya kita ketemu lagi, ingat Aiska! Aku tidak akan melepaskan kamu," kata Farid.Ponsel Aiska bergetar ada pesan masuk. Dia melihat temannya mengirimkan sebuah foto pernikahan dia dan Arun. Namun, wajah Arun tidak terlihat karena terhalangi."Jika kamu ingin bercerai, aku akan bantu kamu. Aku tahu kamu tidak bahagia," kata Farid."Diam atau ku sobek mulutmu itu," bentak Aiska seketika membuat semua orang menoleh ke arahnya. "Kamu kira aku Sudi kbali dengan bajingan seperti kamu," ucap Aiska.Aiska meninggalkan kelasnya, dia enggan ikut kelas pagi ini. Dia ingin menguatkan hatinya terlebih dahulu.Hati Aiska bukanlah batu, dia juga bisa merasakan sakit atas apa yang diucapkan Farid. Saat ini memang dia tidak bahagia dengan pernikahannya. Tetapi, dia akan berusaha untuk mendapatkan hati Arun dan keluarganya.Dalam perjalanan pulang, Aiska dapat melihat dua insan sedang saling berpelukan. Dia segera turun dari taxi dan menghampiri kedua orang itu."Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Aiska. Seketika keduanya menoleh ke arah Aiska yang berdiri tidak jauh dari tempat mereka berada saat ini.Hati Aiska semakin sakit saat melihat tangan keduanya masih saling bertautan dan tak dilepaskan."Kenapa kamu melihat kami seperti itu? Kamu tahu kan kalau kami masih saling mencintai? Jadi aku harap kamu menyerah saja. Kalau tidak begitu, kamu beri Arun anak lalu tinggalkan dia," kata Nesya.Arun terlihat hendak melepaskan tangannya dari tangan Nesya tetapi Nesya justru memegangnya semakin erat."Sayang, beri tahu istri kamu ini dong. Kalau kamu masih sangat mencintai aku," kata Nesya. "Biar dia sadar diri, dia tidak sebanding dengan kamu," sambung Nesya."Nesya, lebih baik kamu pulang naik taxi. Jangan bikin kerusuhan ditempat umum," kata Arun."Sayang, kamu membela dia," kata Nesya kesal. "Katakan padanya, kalau kamu sayang sama aku," bujuk Nesya.Arun melihat ke arah Aiska, dia menatap Aiska yang menunggu ucapannya."Ini jam kuliah, kenapa kamu tidak di kampus? Kalau malas kuliah pulanglah, jangan ganggu kami," ucap Arun. "Dan ingat aku masih mencintai Nesya," kata Arun terlihat berat."Sudah dengar, jadi mendingan kamu pulang sana," usir Nesya. Nesya langsung mengajak Arun p
Aiska tidak akan mudah menyerah, dia akan berusaha untuk mendapatkan hati Arun Sanjaya. Dia tidak mempermasalahkan jika semua orang mengolok-oloknya karena menikah dengan Duda. Toh baginya Arun bukanlah Duda sembarangan."Ngapain bengong, sana ke dapur bantu Bibi siapkan makanan!" perintah Arun yang tanpa Aiska sadari sudah keluar dari kamar mandi.Aiska mencuci wajahnya sebentar lalu merapikan rambutnya dan keluar ke kamar mandi. Sebelum keluar Arun menarik tangannya."Jangan keluar pakai baju seperti itu! Kamu mau menggoda siapa?" tanya Arun.Aiska lupa kalau baju tidur yang dia pakai sedikit terbuka. Dia mencari baju rumahan lalu segera ke dapur setelah ganti baju."Makin lama makin mesum itu anak," omel Arun.Aiska membaut nasi goreng terenak untuk Arun. Dia tidak mau Arun kembali pada Nesya, wanita masa lalu yang harus dibuang jauh-jauh."Masak apa kamu?" tanya Nawang."Mama, aku kira siapa. Ini masak nasi goreng, Ma," jawab Aiska berusaha mendekatkan diri pada sang mertua.Nawan
Arun segera masuk ke kamar mandi, melihat tingkah Arun yang salah tingkah membuat Aiska tersenyum. Dia menunggu Arun kembali dari kamar mandi. Cukup lama Arun berada di dalam sana."Juragan, apa yang Juragan lakukan di dalam sana?" tanya Aiska.Tidak ada jawaban dari dalam hanya ada suara air saja. Aiska memilih duduk santai di tepi ranjang. Capek menunggu, Aiska berbaring di ranjang dengan posisi yang sangat menggoda.Arun yang baru saja keluar dari kamar mandi terkejut kala melihat Aiska berbaring."Sini, Juragan!" pinta Aiska.Arun naik ke atas ranjang melalui sisi yang lain. Dia sedikit menghindari pandangannya dari tubuh Aiska."Juragan aku sudah siap kalau Juragan mau," kata Aiska."Maaf aku belum bisa," kata Arun lalu berbaring membelakangi Aiska. Bukannya Aiska mundur dia malah mendekatkan tubuhnya ke Arun. Di peluknya Arun dari belakang. "Lepaskan!" pinta Arun.Aiska bergeming, dia masih memeluk Arun dengan erat. Bahkan dia menenggelamkan wajahnya di bahu Arun."Aku tahu Jura
Arun melayangkan bogem ke wajah Farid, Farid segera melakukan perlawanan. Namun, tenaga Farid tak ada apa-apanya di bandingkan Arun.Semua siswa mengerumuni mereka, Aiska berusaha melerai mereka . Arun yang terlanjur emosi hilang kendali."Stop, Mas!" pinta Aiska."Dia sudah mengganggu kamu Aiska, aku tidak akan membiarkan dia mengganggu kamu lagi," kata Arun.Tidak berapa lama satpam dan beberapa dosen datang dan melerai mereka."Ada apa ini?" tanya salah satu dosen."Pak, tolong jangan biarkan anak ini mengganggu Aiska. Dia berusaha melecehkan Aiska. Saya tidak terima, saya akan bawa kasus ini ke jalur hukum," jawab Arun. Arun sedang dipegangi oleh salah satu satpam."Aiska apa benar yang dikatakannya?" tanya dosen itu."Benar, Pak," jawab Aiska "Lalu anda ini siapanya Aiska?" tanya Dosen tadi pada Arun."Saya suami Aiska, Pak," jawab Arun jujur.Aiska tidak menyangka kalau Arun akan membongkar identitasnya secepat itu. Aiska kira, Arun tidak mengakuinya sebagai istri."Baiklah kal
"Ada perlu apa ya, Mas?" tanya Aiska."Apa aku boleh meminta nomor ponselmu? Siapa tahu kita bisa makan berdua," kata Bram."Maaf, Mas. Aku tidak hafal nomorku, ponselku tertinggal di dompet," tolak Aiska."Baiklah, bagaimana kalau kita main sebentar?" tanya Bram.Aiska tidak mengerti apa maksud Bram, dia hendak pergi tetapi lengannya dicekal oleh Bram."Aku yakin kamu sama seperti Nesya," kata Bram. "Bagaimana kalau aku membayar mu?" tanya Bram.Bram mendekati Aiska dan berusaha untuk mencium Aiska. Aiska menghindar sehingga hal itu tak terjadi."Jangan jual mahal, Nesya yang banyak uang saja mau denganku. Apalagi kamu gadis kampung yang matre, aku tahu kamu menikah dengan Arun karena harta, kan," ucap Bram.Bram ternyata tidak menyerah, dia berusaha meraba tubuh Aiska. Namun, segera ditepisnya tangan Bram."Jangan lancang! Jangan samakan aku dengan Nesya. Sekarang aku jadi tahu kalau kamu dan Nesya punya hubungan terlarang," kata Aiska. "Jangan pernah membujukku lagi. Karena itu sem
"Oh dia temanku waktu sekolah," jawab Bram. "Sudah, ayo tidur!" ajak Bram mengambil ponselnya di tangan Soraya.Sebenarnya Soraya tak sepenuhnya percaya. Hanya saja dia tak ingin ribut, dia sudah capek dan ingin segera tidur.Esok paginya, Aiska diajak Maura jalan-jalan. Tentu saja Maura meminta izin dulu pada Arun."Mas Arun, pinjam istrinya boleh kan?" tanya Maura."Pinjam aja, toh dia hari ini gak ada kuliah. Awas jangan ajari dia macam-macam," jawab Arun santai."Siap, bos," ucap Maura.Maura dan Aiska pergi setelah Arun pergi ke peternakan. Dalam perjalanan, Aiska mencoba mengorek informasi dari Maura."Ra, aku lihat keluarga kamu tidak suka sama Nesya. Apa salah Nesya?" tanya Aiska."Oh ya aku lupa mengingatkan kamu, kalau kamu ketemu Mas Bram hati-hati ya," kata Maura. "Kami benci sama Nesya karena dia pernah selingkuh dengan Mas Bram. Mereka menjalin hubungan terlarang, tetapi Mas Arun tak pernah percaya," kata Maura."Apa Soraya tahu?" tanya Aiska penasaran."Tidak, yang Mbak
Aiska harus segera hamil, dia ingin membuat Arun jatuh cinta padanya. Dia akan buktikan kalau dia pantas untuk Arun.Aiska menyimpan ATM itu di dalam dompet lalu menyiapkan air untuk Arun mandi. Meskipun tidak diperlakukan dengan baik oleh Arun, dia tetap melayani Arun."Air mandinya sudah siap, Mas," ucap Aiska. "Cepat mandi keburu magrib," kata Aiska."Bawel kayak emak-emak," kata Arun kesal sambil membawa handuk ke kamar mandi.Aiska pergi ke dapur mengecek apa masakan sudah siap apa belum. Ternyata belum siap, jadi Aiska membantu menyiapkannya."Non, cantik-cantik kok masuk dapur. Kalau Non Aiska begini terus, Bibi yakin Juragan Arun pasti jatuh cinta,'' kata pembantu Arun.Aiska hanya menanggapi dengan senyuman, dia tak mau terlalu percaya diri. Perjuangan dia mendapatkan Arun masih sangat panjang.Saat makan malam, Arun beberapa kali nambah. Tampaknya sejak menikah dengan Aiska nafsu makannya bertambah. Bagaimana tidak? Aiska selalu memasak untuk Arun. Dan masakan Aiska tak pern
Arun mendekati pria itu, dia sama sekali tidak mengenal orang tersebut. "Dia hanya menjalankan perintah, tetapi dia sendiri tidak tahu orangnya. Dia di perintah melalui sambungan telfon dan nomornya sudah tidak aktif lagi," kata Polisi."Bagaimana dia mendapatkan bayaran?" tanya Arun."Dia dibayar melalui transfer setelah kamu selidiki ternyata dia transfer melalui agen bukan rekening pribadi," jawab Polisi. "Ini sangat sulit, Pak Arun," kata Polisi.Pria itu di masukkan ke dalam sel, Arun merasa orang itu sangat membenci Arun. Tetapi dia tidak bisa menuduh siapapun.Sampai di rumah, Arun segera merebahkan tubuhnya. Dia terlalu lelah dengan masalah yang terjadi."Beruntung hanya sebagian gudang yang terbakar. Kalau semua aku bisa bangkrut," ucapnya. Tanpa terasa dia terlelap hingga tak menyadari kedatangan Aiska.Aiska tahu Arun lelah, dia tak berani membangunkan Arun. Dia memilih membantu Bibi mengerjakan pekerjaan rumah. Tidak berapa lama, Nawang datang. Dia menanyakan keberadaan A