"Kenapa kamu melihat kami seperti itu? Kamu tahu kan kalau kami masih saling mencintai? Jadi aku harap kamu menyerah saja. Kalau tidak begitu, kamu beri Arun anak lalu tinggalkan dia," kata Nesya.
Arun terlihat hendak melepaskan tangannya dari tangan Nesya tetapi Nesya justru memegangnya semakin erat."Sayang, beri tahu istri kamu ini dong. Kalau kamu masih sangat mencintai aku," kata Nesya. "Biar dia sadar diri, dia tidak sebanding dengan kamu," sambung Nesya."Nesya, lebih baik kamu pulang naik taxi. Jangan bikin kerusuhan ditempat umum," kata Arun."Sayang, kamu membela dia," kata Nesya kesal. "Katakan padanya, kalau kamu sayang sama aku," bujuk Nesya.Arun melihat ke arah Aiska, dia menatap Aiska yang menunggu ucapannya."Ini jam kuliah, kenapa kamu tidak di kampus? Kalau malas kuliah pulanglah, jangan ganggu kami," ucap Arun. "Dan ingat aku masih mencintai Nesya," kata Arun terlihat berat."Sudah dengar, jadi mendingan kamu pulang sana," usir Nesya. Nesya langsung mengajak Arun pergi karena Aiska tidak kunjung pergi.Masalah selalu datang bertubi-tubi, Aiska merasa sakit melihat suaminya bersama wanita lain. Apalagi mereka tampak mesra di depan Aiska.Aiska memutuskan pulang ke rumah, dia langsung saja masuk kamar dan menguncikan diri. Sakit karena tak ada yang mengerti perasaannya. Tak ada yang mau membantu dia lari dari masalah ini.Terdengar mobil Arun, Aiska enggan untuk keluar kamar. Dia merasa kesal dengan sikap Arun yang tak punya perasaan."Aiska....," teriak Arun. Aiska tersentak, dia segera keluar dari kamar. "Apa maksud semua ini? Siapa yang menyebarkan foto pernikahan kita?" tanya Arun marah."Ti-tidak tahu, Juragan," jawab Aiska. "Tadi di kampus juga heboh karena foto itu. Makanya aku tidak ikut jam pelajaran," kata Aiska berbicara yang sebenarnya."Kamu bodoh Aiska, apa ini kelakukan mantan kekasihmu itu? Aku yakin dia pelakunya," kata Arun. "Karena hal ini, Nesya marah," kata Arun."Jangan salahkan aku, Juragan. Pernikahan ini terjadi juga karena kemauan Juragan," bantah Aiska. Dia terlalu lelah jika harus ditindas. "Kalau Juragan tidak meminta aku menerima pernikahan ini, maka tidak akan terjadi. Juragan sendiri yang menjadikan aku jaminan hutang keluargaku," sambung Aiska.Arun menatap nyalang ke arah Aiska, dia tidak menyangka Aiska berani membantahnya. Dia kira Aiska perempuan yang lemah dan akan menurut dengannya."Lebih baik sekarang kita jalani semua dengan baik. Kita turuti apa kemauan keluarga Juragan. Setelah itu, Juragan bisa ceraikan aku dan menikah lagi dengan Nesya," ucap Aiska enteng. Padahal hal itu tidak semudah yang dia ucapkan.Semua tidak akan ada yang tahu apa yang terjadi nanti. Tetapi Aiska tidak bisa tinggal diam, dia tertekan sana sini."Kamu ingin kita punya anak lalu aku menceraikan kamu?" tanya Arun."Ya, Juragan boleh ceraikan aku setelah aku melahirkan anak Juragan," jawab Aiska. "Untuk apa aku bertahan, kalau Juragan tak pernah menghargai aku," sambungnya.Arun memikirkan ucapan Aiska, dia menyetujui apa yang Aiska katakan tadi. Mereka membuat perjanjian kedua yang harus mereka tanda tangani."Apa Juragan tidak takut kalau suatu saat mencintaiku?" tanya Aiska. Dia bukannya percaya diri tetapi dia ingin tahu bagaiman jawaban Arun. Lagi pula hari esok dan seterusnya tidak ada yang tahu.Arun tersenyum remeh, dia merasa pertanyaan Aiska lucu sekali."Mencintaimu? Aku rasa tidak mungkin terjadi," jawab Arun. " Di hati aku hanya ada Nesya, jadi kamu tidak bisa bersaing dengan Nesya untuk mendapatkan aku," kata Arun."Baiklah, kita lihat saja nanti," kata Aiska.Arun tidak tahu kalau Aiska punya rencana sendiri nantinya. Yang terpenting saat ini Arun mau menyentuhnya dan membuatnya segera hamil. Bukan karena Aiska terlalu berhasrat tetapi dia ingin segera lepas dari masalah ini secepatnya.Aiska menandatangani surat perjanjian yanga Arun buat. Begitu juga dengan Arun, mereka membubuhkan tanda tangan.Kesepakatan yang mereka buat, menjadi awal yang baru untuk hubungan Aiska dan Arun."Apa??? Wanita itu meminta cerai setelah dia melahirkan anak darimu?" tanya Nesya. Arun menelfon Nesya dan memberitahukan semuanya."Benar sekali, setelah itu kita bisa menikah lagi. Aku harap kamu juga segera menikah, agar nanti kita bisa bersama lagi," jawab Arun."Mudah saja soal itu, aku biasa membayar orang untuk aku nikahi sementara," kata Nesya enteng seakan mempermainkan sebuah ikatan pernikahan.Nesya mengharapkan Arun tidak mencintai Aiska salama masa perjanjian tersebut. Karena jika itu terjadi semua perjanjian akan berubah. Arun merupakan pria yang tak akan melepaskan wanita yang dia cintai.Malam itu Aiska berada dalam satu kamar dengan Arun. Mereka kini tinggal dalam satu kamar, bahkan satu ranjang.Aiska yang baru pertama kali tidur di dekat Arun merasa canggung. Dia tidak pernah tidur satu ranjang dengan pria walaupun itu saudaranya."Tidur, jangan berharap aku menyentuhmu sekarang," kata Arun menoleh ke arah Aiska. "Kalau kamu tidak tidur yang ada kamu menggangguku," ucapnya.Aiska memaksakan diri memejamkan matanya, walaupun tidak langsung terlelap. Hatinya mendadak berdebar-debar. Arun yang tidur di sebelahnya sudah sampai ke alam mimpi sajak tadi.Saat Aiska mencoba menenangkan hatinya, tangan Arun mendadak merangkul pinggang Aiska dari belakang."Nesya...aku mencintaimu," ucap Arun.Baru saja hati Aiska senang kini mendadak sakit."Arun, akan ku buat kamu jatuh cinta padaku. Akan ku buat semua berubah menjadi lebih baik," batin Aiska. "Dan hanya namaku yang kamu sebut setiap saat," ucapnya dalam hati.Arun memegangi pinggang Aiska semakin erat. Aiska membiarkan tangan kekar itu memeluknya. Lagi pula bukan dirinya yang memulai tapi Arun sendiri. Jadi Aiska tidak akan mau di salahkan jika sesuatu terjadi di antara mereka.Akhirnya Aiska dan Arun sama-sama terlelap. Tanpa mereka sadari, mereka berpelukan. Hingga pagi hari tiba, Arun yang pertama membuka mata terkejut."Minggir...minggir...," usir Arun sambil menyingkirkan tangan dan kaki Aiska yang ada di tubuhnya.Perlahan Aiska membuka mata, dia sama terkejutnya dengan Arun. Tanpa Aiska sadari Arun malah menatap pada buah dada Aiska yang sedikit menonjol karena baju tidurnya memiliki kerah yang rendah."Apa yang kamu lihat?" tanya Aiska."Ti-tidak, aku mau ke kamar mandi. Angkat kakimu!" perintah Arun gugup.Aiska bukannya menurunkan kakinya, dia malah kembali memuluk Arun. Sehingga membuat Arun sedikit menjauh."Hentikan Aiska, aku belum siap. Dasar cewek mesum," ucap Arun kesal.Pagi itu kelakian Arun di uji oleh Aiska, namun Arun masih bisa mempertahankannya."Sampai kapan kamu begini?" tanya Aiska dalam hati sambil melihat Arun yang berjalan ke kamar mandi.Bagaimana kelanjutan Arun dan Aiska? Akankah mereka merajut tali cinta kasih?Aiska tidak akan mudah menyerah, dia akan berusaha untuk mendapatkan hati Arun Sanjaya. Dia tidak mempermasalahkan jika semua orang mengolok-oloknya karena menikah dengan Duda. Toh baginya Arun bukanlah Duda sembarangan."Ngapain bengong, sana ke dapur bantu Bibi siapkan makanan!" perintah Arun yang tanpa Aiska sadari sudah keluar dari kamar mandi.Aiska mencuci wajahnya sebentar lalu merapikan rambutnya dan keluar ke kamar mandi. Sebelum keluar Arun menarik tangannya."Jangan keluar pakai baju seperti itu! Kamu mau menggoda siapa?" tanya Arun.Aiska lupa kalau baju tidur yang dia pakai sedikit terbuka. Dia mencari baju rumahan lalu segera ke dapur setelah ganti baju."Makin lama makin mesum itu anak," omel Arun.Aiska membaut nasi goreng terenak untuk Arun. Dia tidak mau Arun kembali pada Nesya, wanita masa lalu yang harus dibuang jauh-jauh."Masak apa kamu?" tanya Nawang."Mama, aku kira siapa. Ini masak nasi goreng, Ma," jawab Aiska berusaha mendekatkan diri pada sang mertua.Nawan
Arun segera masuk ke kamar mandi, melihat tingkah Arun yang salah tingkah membuat Aiska tersenyum. Dia menunggu Arun kembali dari kamar mandi. Cukup lama Arun berada di dalam sana."Juragan, apa yang Juragan lakukan di dalam sana?" tanya Aiska.Tidak ada jawaban dari dalam hanya ada suara air saja. Aiska memilih duduk santai di tepi ranjang. Capek menunggu, Aiska berbaring di ranjang dengan posisi yang sangat menggoda.Arun yang baru saja keluar dari kamar mandi terkejut kala melihat Aiska berbaring."Sini, Juragan!" pinta Aiska.Arun naik ke atas ranjang melalui sisi yang lain. Dia sedikit menghindari pandangannya dari tubuh Aiska."Juragan aku sudah siap kalau Juragan mau," kata Aiska."Maaf aku belum bisa," kata Arun lalu berbaring membelakangi Aiska. Bukannya Aiska mundur dia malah mendekatkan tubuhnya ke Arun. Di peluknya Arun dari belakang. "Lepaskan!" pinta Arun.Aiska bergeming, dia masih memeluk Arun dengan erat. Bahkan dia menenggelamkan wajahnya di bahu Arun."Aku tahu Jura
Arun melayangkan bogem ke wajah Farid, Farid segera melakukan perlawanan. Namun, tenaga Farid tak ada apa-apanya di bandingkan Arun.Semua siswa mengerumuni mereka, Aiska berusaha melerai mereka . Arun yang terlanjur emosi hilang kendali."Stop, Mas!" pinta Aiska."Dia sudah mengganggu kamu Aiska, aku tidak akan membiarkan dia mengganggu kamu lagi," kata Arun.Tidak berapa lama satpam dan beberapa dosen datang dan melerai mereka."Ada apa ini?" tanya salah satu dosen."Pak, tolong jangan biarkan anak ini mengganggu Aiska. Dia berusaha melecehkan Aiska. Saya tidak terima, saya akan bawa kasus ini ke jalur hukum," jawab Arun. Arun sedang dipegangi oleh salah satu satpam."Aiska apa benar yang dikatakannya?" tanya dosen itu."Benar, Pak," jawab Aiska "Lalu anda ini siapanya Aiska?" tanya Dosen tadi pada Arun."Saya suami Aiska, Pak," jawab Arun jujur.Aiska tidak menyangka kalau Arun akan membongkar identitasnya secepat itu. Aiska kira, Arun tidak mengakuinya sebagai istri."Baiklah kal
"Ada perlu apa ya, Mas?" tanya Aiska."Apa aku boleh meminta nomor ponselmu? Siapa tahu kita bisa makan berdua," kata Bram."Maaf, Mas. Aku tidak hafal nomorku, ponselku tertinggal di dompet," tolak Aiska."Baiklah, bagaimana kalau kita main sebentar?" tanya Bram.Aiska tidak mengerti apa maksud Bram, dia hendak pergi tetapi lengannya dicekal oleh Bram."Aku yakin kamu sama seperti Nesya," kata Bram. "Bagaimana kalau aku membayar mu?" tanya Bram.Bram mendekati Aiska dan berusaha untuk mencium Aiska. Aiska menghindar sehingga hal itu tak terjadi."Jangan jual mahal, Nesya yang banyak uang saja mau denganku. Apalagi kamu gadis kampung yang matre, aku tahu kamu menikah dengan Arun karena harta, kan," ucap Bram.Bram ternyata tidak menyerah, dia berusaha meraba tubuh Aiska. Namun, segera ditepisnya tangan Bram."Jangan lancang! Jangan samakan aku dengan Nesya. Sekarang aku jadi tahu kalau kamu dan Nesya punya hubungan terlarang," kata Aiska. "Jangan pernah membujukku lagi. Karena itu sem
"Oh dia temanku waktu sekolah," jawab Bram. "Sudah, ayo tidur!" ajak Bram mengambil ponselnya di tangan Soraya.Sebenarnya Soraya tak sepenuhnya percaya. Hanya saja dia tak ingin ribut, dia sudah capek dan ingin segera tidur.Esok paginya, Aiska diajak Maura jalan-jalan. Tentu saja Maura meminta izin dulu pada Arun."Mas Arun, pinjam istrinya boleh kan?" tanya Maura."Pinjam aja, toh dia hari ini gak ada kuliah. Awas jangan ajari dia macam-macam," jawab Arun santai."Siap, bos," ucap Maura.Maura dan Aiska pergi setelah Arun pergi ke peternakan. Dalam perjalanan, Aiska mencoba mengorek informasi dari Maura."Ra, aku lihat keluarga kamu tidak suka sama Nesya. Apa salah Nesya?" tanya Aiska."Oh ya aku lupa mengingatkan kamu, kalau kamu ketemu Mas Bram hati-hati ya," kata Maura. "Kami benci sama Nesya karena dia pernah selingkuh dengan Mas Bram. Mereka menjalin hubungan terlarang, tetapi Mas Arun tak pernah percaya," kata Maura."Apa Soraya tahu?" tanya Aiska penasaran."Tidak, yang Mbak
Aiska harus segera hamil, dia ingin membuat Arun jatuh cinta padanya. Dia akan buktikan kalau dia pantas untuk Arun.Aiska menyimpan ATM itu di dalam dompet lalu menyiapkan air untuk Arun mandi. Meskipun tidak diperlakukan dengan baik oleh Arun, dia tetap melayani Arun."Air mandinya sudah siap, Mas," ucap Aiska. "Cepat mandi keburu magrib," kata Aiska."Bawel kayak emak-emak," kata Arun kesal sambil membawa handuk ke kamar mandi.Aiska pergi ke dapur mengecek apa masakan sudah siap apa belum. Ternyata belum siap, jadi Aiska membantu menyiapkannya."Non, cantik-cantik kok masuk dapur. Kalau Non Aiska begini terus, Bibi yakin Juragan Arun pasti jatuh cinta,'' kata pembantu Arun.Aiska hanya menanggapi dengan senyuman, dia tak mau terlalu percaya diri. Perjuangan dia mendapatkan Arun masih sangat panjang.Saat makan malam, Arun beberapa kali nambah. Tampaknya sejak menikah dengan Aiska nafsu makannya bertambah. Bagaimana tidak? Aiska selalu memasak untuk Arun. Dan masakan Aiska tak pern
Arun mendekati pria itu, dia sama sekali tidak mengenal orang tersebut. "Dia hanya menjalankan perintah, tetapi dia sendiri tidak tahu orangnya. Dia di perintah melalui sambungan telfon dan nomornya sudah tidak aktif lagi," kata Polisi."Bagaimana dia mendapatkan bayaran?" tanya Arun."Dia dibayar melalui transfer setelah kamu selidiki ternyata dia transfer melalui agen bukan rekening pribadi," jawab Polisi. "Ini sangat sulit, Pak Arun," kata Polisi.Pria itu di masukkan ke dalam sel, Arun merasa orang itu sangat membenci Arun. Tetapi dia tidak bisa menuduh siapapun.Sampai di rumah, Arun segera merebahkan tubuhnya. Dia terlalu lelah dengan masalah yang terjadi."Beruntung hanya sebagian gudang yang terbakar. Kalau semua aku bisa bangkrut," ucapnya. Tanpa terasa dia terlelap hingga tak menyadari kedatangan Aiska.Aiska tahu Arun lelah, dia tak berani membangunkan Arun. Dia memilih membantu Bibi mengerjakan pekerjaan rumah. Tidak berapa lama, Nawang datang. Dia menanyakan keberadaan A
Nesya tampak terkejut, apalagi pria di sebelahnya dia tampak ketakutan."Jadi selama ini benar kata mama, kalian ada hubungan," kata Arun. "Mulai saat ini kamu Nesya jauhi aku!" ucap Arun lantang."Arun, kamu salah faham. Aku dan Bram hanya berteman. Kami kan pernah menjadi ipar jadi wajar kalau kami masih dekat," kata Nesya membela diri.Aiska hanya bisa menonton kejadian itu. Dia tidak mau ikut campur. Dia berharap setelah kejadian ini Arun tidak lagi dekat dengan Nesya."Lalu untuk apa kamu minta dia menceraikan istrinya? Kalau itu mau kamu, aku akan kabulkan. Aku akan buat Soraya menceraikan pria bodoh ini," kata Arun.Arun mengajak Aiska pergi, Nesya berusaha menyusulnya tetapi di cegah oleh Bram."Percuma saja, dia udah tahu semua," kata Bram. "Kalau aku bercerai dengan Soraya, maka kita akan segera menikah," kata Bram senang."Gak, aku gak mau menikah sama kamu. Kamu tidak ada apa-apanya di bandingkan Arun," bantah Nesya.Nesya segera mengambil tasnya dan menyusul Arun. Dia mem