Home / Romansa / Istri Muda Sang Presdir / Bab 150 : Sepertinya Ini Mimpi

Share

Bab 150 : Sepertinya Ini Mimpi

last update Last Updated: 2022-12-12 15:41:35

Dira berjalan menyeret koper keluar dari terminal kedatangan bandara. Ia melihat sekeliling dan merasa lega bisa kembali ke kota yang hampir setengah tahun dia tinggalkan. Sudah jelas jika bukan demi Ayuda, gadis itu masih akan kembali dua minggu lagi.

Dira berjalan ke arah parkiran karena Aldi berjanji akan menjemputnya. Ia pun merogoh tas untuk mengambil ponsel berniat menghubungi pria itu. Namun, belum juga dia mengaktifkan kembali gawainya, sebuah tangan lebih dulu menyambar koper yang berada di dekatnya.

“Ayo!”

Aldi berjalan tanpa memandang Dira. Gadis itu pun dibuat mencebikkan bibir dan berlari kecil mengejarnya.

“Mas Al tadi di mana? kok aku nggak lihat?”

“Aku sejak tadi melihatmu, dasar kamu saja memang yang tidak tahu.”

Suara Aldi terdengar menggerutu, tapi Dira malah tertawa. Ini karena dia sudah sedikit tahu bagaimana sifat Aldi.

“Apa kita langsung pergi ke rumah sakit?”

“Kalau tidak langsung ke sana mau ke mana?” tanya Aldi sambil memasukkan koper Dira ke dalam bagasi. Ia
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (17)
goodnovel comment avatar
Lkems Fhitria
hati jiwa berbunga mendengar pengakuan ayuda
goodnovel comment avatar
Almee @gMa
lega rasanya jiwa raga akhirnya siuman
goodnovel comment avatar
Fera Hikmaramayanti
senangnya ... walaupun dengan berlinang air mata
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 151 : Kalau Jodoh Pasti Bersatu

    “Nona Ayuda sepertinya masih berada di kamar perawatan tuan Jiwa, tunggu saja di sini!”Bik Nini mempersilahkan Dira duduk. Namun, gadis itu menolak dengan alasan jika Ayuda masih sibuk maka dia tidak akan mengganggu. Dira bahkan meminta izin keluar sebentar menemui kekasihnya.“Ah … jadi kamu sudah punya pacar?” tanya bik Nini.Dira mengangguk dengan senyuman malu-malu dan pipi merona. Hal ini membuat hati Aldi sedikit ngilu. Pria itu diam mematung, tak bisa mencegah saat Dira melewatinya untuk pergi dengan tatapan sinis.“Aku mau pergi sama Mas Hanung, aku akan kembali malam,”ucap Dira dengan wajah kesal.Aldi tak membalas ucapan gadis itu. Ia bahkan tak menoleh saat Dira berlalu pergi. Ekspresi wajahnya yang berubah disadari oleh bik Nini, dan pembantu Ramahadi itu pun menggoda.“Apa mungkin kamu menyukai saudara kembar Non Ayuda? Dia bilang menemui pacarnya ‘kan? Kesempatanmu sepertinya kecil.”“Bibi bicara apa? jangan ngaco!” sewot Aldi. Ia kesal dan pergi meninggalkan bik Nini s

    Last Updated : 2022-12-12
  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 152 : Waktu Yang Berharga

    “Boleh Saya duduk?”“Ya … tentu saja.”Ayuda mendengar percakapan dan melihat dari jarak yang sedikit jauh saat Jiwa diperiksa oleh dokter. Pria itu meminta duduk. Dengan tangan yang masih berpenyangga, Jiwa dibantu perawat menegakkan badan.Dokter yang baru saja memeriksa pun mendekat ke Ayuda, memberi penjelasan tentang kondisi Jiwa dan beberapa saran dalam menjaga.Ayuda terlihat mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Ia lalu mengantar dokter itu sampai keluar kamar, setelahnya menutup pintu dan kembali duduk di kursi sebelah ranjang Jiwa.“Apa kamu sudah makan? sepertinya kamu sudah lama berada di kamar ini.”Jiwa sengaja bertanya untuk mengorek isi hati sang istri, dia bahkan dengan sengaja mengangsurkan tangan dan merapikan helaian rambut Ayuda yang sedikit berantakan.“Siapa yang kamu cemaskan jika sampai kelaparan? Aku atau bayi kita?” goda Ayuda. Ia sengaja memasang mimik curiga agar Jiwa tertawa.“Tentu saja kalian.”Jiwa tertawa lebar dan membuat Ayuda senang, untuk saat

    Last Updated : 2022-12-13
  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 154 : Kenapa Kamu Peluk?

    "Tolong jangan kamu masukkan hati omongan mamaku, Ra."Hanung merasa tak enak hati, dia sudah berharap pertemuan Dira dan sang mama - Rina berjalan dengan lancar. Namun, kesan pertama yang diberikan Rina ke Dira malah membuat kekasihnya itu diam sepanjang perjalanan kembali ke rumah sakit."Tidak dimasukkan ke hati? mana mungkin, Mas? Tatapan mama mas Hanung saja seperti mencemooh aku."Dira berusaha untuk tidak menangis, meski hatinya terasa sangat perih, terlihat jelas bahwa Rina tidak menyukainya. Ia cukup pandai untuk bisa membaca gesture dan cara bicara orang. Rina bahkan tak menatap ke arahnya saat bicara, jadi sudah sangat jelas wanita itu merendahkannya."Bukan, Ra. Pasti ada sesuatu yang terjadi hari ini sampai mama bersikap seperti itu, aku akan bertanya ke beliau nanti. Aku mohon kamu jangan berpikir yang tidak-tidak dulu ya," bujuk Hanung.Namun, Dira terlanjur sakit hati. Gadis itu hanya diam sepanjang perjalanan sang pacar mengantarnya kembali. Ia bahkan tanpa pamit kelu

    Last Updated : 2022-12-14
  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 155 : Obrolan di Kamar

    “Kenapa lama?”“Aku makan banyak, anakmu kelaparan,” jawab Ayuda dengan tawa lebar. Ia dekati Jiwa dan menyambut uluran tangan pria itu.“Aku pikir kamu akan pergi.”“Pergi ke mana? aku berjanji akan menjagamu sampai sembuh.”Ayuda duduk di tepian ranjang, menyelami wajah Jiwa dalam-dalam dan mencoba untuk memasukkannya ke amigdala otaknya agar nanti saat dia pergi, masih bisa mengingat wajah pria itu.Jiwa mengangguk menerima alasan sang istri, hingga tiba-tiba menunjuk nakas dengan dagu.Awalnya Ayuda tak mengerti, hingga menoleh melihat nampan berisi makanan masih belum tersentuh sama sekali.“Aku pikir kamu sudah makan, bukannya mamamu tadi ke sini?” tanya Ayuda seolah tidak peka. Ia berdiri dan membuka plastik pembungkus jatah makan itu dan melihat ternyata suaminya hanya baru boleh menyantap bubur.“Sudah dingin, apa kamu masih mau memakannya? Atau aku pesankan makanan dari luar yang sejenis?” tanya Ayuda sambil membaui bubur itu, dia bahkan mengambil sedikit dengan ujung sendok

    Last Updated : 2022-12-14
  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 156 : Rahasia Linda

    “Ibu tadi kenapa masuk lagi? kebelet pipis ya?”Tiara yang membonceng bik Nini nampak tertawa, dia menggoda ibu yang sejak bayi merawatnya. Sementara itu, bik Nini hanya tertawa kecil dan meminta putrinya itu untuk memerhatikan jalan.Bik Nini pun akhirnya teringat akan masa lalu yang tidak seharusnya dia pikirkan sekarang, karena semua itu tidak akan merubah keadaan dan hubungannya dengan Tiara.***Tujuh belas tahun lalu, saat Bik Nini sedang memasak. Linda masuk ke dapur untuk melihat apa yang sedang dia kerjakan. Penampilan ibunda Jiwa dan Raga itu sedikit berbeda. Awalnya Bik Nini berpikir mungkin ini hanya perasaannya saja, tetapi semakin ke sini semakin terlihat jika perut Linda sedikit membesar dan tubuhnya sedikit berisi.Bik Nini tak peduli, tapi dia sempat mendengar Linda berbicara ditelepon. Orang yang berbicara dengan Linda itu sepertinya juga menanyakan pasal bentuk tubuh Linda yang berubah, hingga dijawab dengan enteng oleh majikannya itu jika dia memang sedikit lebih g

    Last Updated : 2022-12-15
  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 157 : Seranjang Berdua

    “Ayuda.”“Hem … ““Apa ada sesuatu yang kamu inginkan? Terakhir kali kamu ingin makan yangko, iya ‘kan?” tanya Jiwa. “Apa ada yang ingin kamu makan lagi?”“Kalau aku bilang apa yang aku inginkan sekarang, memang kamu bisa mengabulkan? Kamu saja masih sakit,”jawab Ayuda, dia sudah mengantuk tapi juga enggan untuk terlelap karena merasa waktu kini sangat berharga.Malam itu mereka tidur di satu ranjang, keduanya berbagi ranjang pesakitan VVIP - yang memang ukurannya sedikit lebar dari ranjang pada umumnya itu. Ayuda mencurukkan kepala ke dada Jiwa. Pria itu tak bisa membelainya karena satu tangan masih terpasang penyangga.“Aku sudah sembuh tahu! aku akan bertanya ke dokter bolehkah aku pulang besok.”“Jangan! kalau kamu cepat keluar dari sini, mungkin kita tidak akan bisa bertemu lagi,” ucap Ayuda. Ia tanpa sadar mengungkapkan isi hati.“Apa maksudmu? Kita akan terus bertem Ayudau, kita kan tinggal di satu rumah. ”“Tidak mungkin, jika masih ada Wangi dia antara kita.” Untuk yang satu

    Last Updated : 2022-12-16
  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 158 : Menemui Papa Mertua

    Ayuda pergi dengan senyuman merekah setelah berhasil menggoda Raga. Namun, senyumannya seketika hilang saat melihat Wangi keluar dari kamar Jiwa. Ayuda berusaha untuk mengabaikan Wangi, tapi wanita itu menyapanya dan mau tidak mau dia pun menghentikan langkah untuk bicara. "Sepertinya kamu berharap mas Jiwa sekarat agar bisa merawatnya lebih lama, tapi sayang kondisinya pulih lebih cepat, jadi mungkin waktunya kamu berkemas dan pergi dari kehidupan kami tanpa jejak," ketus Wangi. Ayuda tak menunjukkan reaksi yang berlebihan, dia hanya menarik satu sudut bibir dan malah mencibir. "Kamu pasti terlalu takut, sampai harus bicara seperti ini. Jangan khawatir, aku akan menepati janji."Ayuda sengaja menabrak lengan Wangi dengan kasar sambil berjalan pergi. Wangi mungkin berpikir dia lemah, mudah mengalah karena akhirnya pergi. Namun, bagi Ayuda melepaskan semua dendam adalah bentuk kemenangan yang paling besar. Ia yakin, jika Jiwa memang sangat mencintainya, pria itu pasti akan mencari k

    Last Updated : 2022-12-16
  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 159 : Mendekati Waktu Pergi

    Dira sampai di depan sekolah Randy saat jam menunjukkan pukul sepuluh pagi. Gadis itu sengaja menunggu jam istirahat sang adik agar bisa bertemu. Dira sudah mengirimkan pesan ke Randy beberapa menit yang lalu, dia meminta remaja itu menemuinya di warung dekat sekolah saat jam istirahat nanti. Sambil menunggu, Dira iseng kembali mengirim pesan ke Aldi. Kali ini dia meminta agar Aldi mencarikan satu unit motor untuknya. 'Untuk apa motor?'' Untuk Jalan-jalan lah, kamu pikir untuk apa lagi? Aku kesusahan kemana-mana harus pakai taksi.'"Gadis ini, apa yang dia lakukan sekarang?" Gumam Aldi. Dia seketika merasa cemas dengan kondisi Dira."Semoga dia tidak ceroboh dan melakukan hal gila."Aldi meletakkan ponsel ke meja lalu memandang pintu ruangan Ayuda. Sejak kembali dari menemui Ramahadi, atasannya itu menjadi murung. "Kenapa dia harus diterpa masalah saat sedang hamil, aku takut anaknya mengalami gizi buruk," ucap Aldi. Namun, di luar dugaan sang sekretaris ternyata di dalam ruangan

    Last Updated : 2022-12-17

Latest chapter

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Ayuda Jiwa

    Pelukan, kasih sayang dan senyuman tulus kini bisa Jiwa rasakan setiap hari. Hidupnya sudah lengkap dengan kehadiran istri yang sangat dia cintai, juga putri cantik yang semakin hari semakin pintar. Jiwa berdiri sambil memegang cangkir kopi di tangan, dia memandang ke arah Nala yang sudah mulai belajar berjalan bersama bik Nini. Sementara itu, Ayuda bertelanjang kaki menemani dengan perut yang nampak membuncit. Nala, dia pasti terlihat seperti saudara kembar dengan adiknya nanti. “Nala pintarnya!” puji Ayuda, putrinya itu tertawa dan memeluk kakinya. Dia sedikit kesusahan untuk mengusap punggung sang putri karena terganjal perutnya yang sudah besar. Dengan bantuan bik Nini, Ayuda akhirnya bisa menggendong Nala. Namun, tak diduga Jiwa langsung berlari dan meminta Ayuda untuk tidak melakukan itu. “Sayang, kasihan adik Nala nanti,”ucap Jiwa. Bik Nini yang melihat tuannya sangat posesif pun tersenyum. Ia bahkan dibuat malu sendiri dengan tingkah Jiwa yang over protective. “Dari pada

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Aldi Dira

    Aura pengantin baru terpancar jelas dari wajah Dira. Kembaran Ayuda itu nampak sedang duduk bersama mertua dan saudara-saudara Aldi di teras sambil bercanda. Ibunda Aldi menceritakan bagaimana masa kecil pria itu, sampai aibnya yang masih suka minum susu menggunakan dot meski sudah kelas 5 SD.“Besok kalau kamu hamil banyak-banyak sugesti calon bayimu, jangan sampai kayak bapaknya.”Dira tertawa, dia tak sadar Aldi sedang memandanginya. Pria yang sudah resmi mempersuntingnya itu sibuk membantu merapikan kursi yang dipinjam dari RT untuk acara pengajian.“Lha … gimana nggak kayak bapaknya, Bu? Kalau aku hamil ‘kan memang anak mas Aldi, kalau nggak mirip nanti bisa-bisa malah menimbulkan fitnah,”kata Dira.“Maksudnya sifatnya yang jelek-jelek itu lho, Ra!”“Mas Aldi nggak punya sifat jelek, Bu. Mas Aldi itu sempurna buatku.”Aldi yang mendengar pujian sang istri seketika malu. Pipinya bahkan merona merah sedangkan Dira terlihat sangat santai meski orang-orang bersorak menggoda.“Ya begi

  • Istri Muda Sang Presdir   Bonchap : Raga Sienna

    Pernikahan adalah impian setiap wanita, apalagi menikah dengan pria yang sangat dicintai. Begitu juga dengan Sienna, dia tidak pernah menyangka hatinya akan tertambat pada pria casanova seperti Raga. Meski tahu bagaimana sepak terjang pria itu, tapi Sienna yakin, suaminya itu kini sudah berubah. Ibarat panci bertemu tutupnya, mereka saling melengkapi. Membangun pernikahan yang sebenarnya mereka sendiri masih belum begitu yakin.Namun, Raga dan Sienna yakin mimpi-mimpi dan rencana akan mereka temukan seiring berjalannya waktu. Seperti saat ini. Mereka harus menunda bulan madu karena Sienna harus menghadapi ujian semester."Boleh aku bicara serius?" tanya Raga saat mereka berada di dalam salah satu kamar villa milik Ramahadi.Raga teringat akan Ayuda yang mual-mual tadi, setelah ditanya kakak iparnya itu menjawab dia memang belum datang bulan sejak melahirkan Nala. Kata Linda, kemungkinan besar Ayuda pasti hamil lagi."Bicara serius? Apa?"Sienna yang memakai paha Raga sebagai bantalan

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 223 : Adik Nala (TAMAT)

    Tiga bulan kemudianHari yang membahagiakan untuk semua orang akhirnya tiba. Ramahadi mengajak seluruh keluarganya pergi ke villanya yang dulu digunakan Ayuda untuk bersembunyi.Raga baru seminggu menikah dengan Sienna. Bulan madu mereka pun tertunda karena Sienna harus menghadapi ujian semester minggu ini. Raga tidak mau kalau sampai kuliah istrinya itu terganggu hanya karena bulan madu - yang sejatinya sudah sering mereka lakukan sebelum menikah.Affandi juga hadir, dia menerima undangan dari Ramahadi dengan penuh suka cita. Awalnya Affandi ingin mengajak Dira ke sana, tapi putrinya itu lebih dulu menerima ajakan dari sang mertua untuk berkumpul di rumah keluarga besar Aldi.Ayuda nampak memangku Nala, dia menyusui putrinya sambil menatap keluar jendela di mana papanya tengah sibuk mengobrol dengan sang mertua. Ayuda menepuk pantat Nala lembut, dia menoleh kaget kala Jiwa keluar dengan membawa buku - yang dulu selalu menjadi teman saat dirinya merasa kesepian tinggal sendiri di sana

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 222 : Sayang!

    Di saat putra putri mereka sedang berdua dan kembali meleburkan asa, Affandi dan Ramahadi duduk bersama. Ramahadi tak menyangka pria yang seumur hidup terus menganggapnya musuh kini mengajaknya bicara. Affandi bahkan mengeluarkan satu kata yang dia rasa mustahil untuk didengar. “Maaf!” Ramahadi tentu tak bisa percaya begitu saja, setelah hampir berpuluh-puluh tahun menganggapnya musuh, kini Affandi mengucap kata maaf dan terdengar begitu sangat tulus. “Aku tahu perbuatanku salah, dan selama ini aku terlalu malu untuk mengakuinya. Mungkin, pertemuan Ayuda dan Jiwa adalah takdir yang memang sudah ditetapkan, hingga akhirnya aku bisa sadar,”ungkap Affandi panjang lebar. Hening, Ramahadi tak langsung membalas permintaan maaf Affandi. Ia mencoba mencerna dulu, menimbang apakah pria itu tulus atau hanya sekadar meminta maaf agar dirinya tak lagi menaruh prasangka. “Aku sudah lelah bekerja, aku ingin menyerahkan perusahaan ke anak-anakku, dan aku ingin hidup tenang bermain bersama cucu,”

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 221 : Penuh Kasih

    Terkesan nakal, tapi begitulah naluri manusia dewasa. Mereka memiliki birahi yang butuh disalurkan. Ayuda tahu perbuatannya membuat Jiwa semakin ingin menerkamnya. Namun, bukankah itu yang mereka inginkan? Ayuda memindai manik mata Jiwa, di sana terlihat penuh cinta, berbeda dengan tatapan mata pria itu saat pertama kali menyentuhnya. Tak ada perasaan hangat seperti ini, Jiwa bahkan mencekoki dirinya obat perangsang agar nafsunya tersalurkan tanpa perlu ikatan seperti saat ini. Jiwa membelai pipi Ayuda, mencium setiap bagian wajahnya seolah setiap incinya tak ingin terlewatkan untuk dia cicipi. Pria itu menghentikan sapuan bibir di hidung bangir sang istri, sorot matanya seolah meminta izin. “Bisakah aku bisa melakukannya jauh lebih dari ini.” Ayuda tersenyum tipis, tangannya menarik tengkuk Jiwa hingga bibir mereka kembali bertaut. Mereka sama-sama memejamkan mata, menyelami setiap perasaan cinta yang membara. Perlahan tangan Ayuda melonggar dan beralih membuka kancing kemeja Jiw

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 220 : You Are Mine

    Dira masih berada di pelukan Ayuda, meski tak mau membalas pelukan saudaranya, tapi Dira menyandarkan kepala ke pundak ibunda Nala itu. Ia masih tergugu, tak menyangka satu orang datang lagi ke rumahnya dan masuk dengan wajah kebingungan. Aldi menjadi pusat perhatian semua orang, sampai Ayuda melonggarkan pelukan dan Dira memanggil dengan manja nama pria itu.“Mas Al!”“Ra, kenapa kamu menangis?” tanya Aldi bingung, dia hanya diberitahu Affandi akan datang, tapi jika tahu akan membuat calon istrinya menangis, tentu saja Aldi akan melarang. Alih-alih berada di sana tepat waktu, Aldi terjebak lampu merah beberapa kali.“Pak, ini bukan seperti yang Anda janjikan, bukankah ….”Aldi menjeda kata, Dira yang masih sesenggukan mendekat dan memberitahu Aldi kalau Affandi baru saja berkata akan menikahkannya.“Benarkah?” Aldi nampak bahagia. Ia raih tangan Affandi dan menggoyang-goyangkannya beberapa kali.Meski awalnya kesal, tapi Dira tertawa melihat kelakuan Aldi. Ayuda lega karena yakin Dir

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 219 : Kejutan Untuk Dira

    Setelah Jiwa berangkat ke kantor, Ayuda tak langsung pergi ke rumah Dira. Ia malah berdiri di depan lemari baju, bingung memilih pakaian mana yang cocok dia kenakan untuk malam spesial yang Jiwa katakan tadi. Ayuda menekuk bibir ke dalam lalu memajukannya lagi, bunyi decapan lidahnya membuat bik Nini yang baru saja masuk untuk menata baju Nala keheranan.“Non, cari apa?”Ayuda menggeleng, wanita itu sedang berpikir mana mungkin memakai gaun yang sama di depan Jiwa. Apalagi dia sama sekali tidak memiliki satu pun baju tempur selain piyama satin yang sering dia pakai karena praktis saat menyusui Nala.“Seharusnya aku pergi shopping kemarin,”ucap Ayuda.Bik Nini tentu saja semakin heran, dia sejajari Nonanya itu dan kembali bertanya,”Non cari apa?”“Linger … “ Ayuda keceplosan, matanya melotot menoleh bik Nini dan melempar senyuman canggung.Pembantunya itu pun menarik sudut bibir, tersenyum aneh sambil menaikturunkan alis mata. Bik Nini berhasil membuat Ayuda merasa malu, dia pasti tahu

  • Istri Muda Sang Presdir   Bab 218 : Apa Sudah?

    Sejak pagi, Jiwa terus saja menampakkan wajah riang. Ia memandangi sang istri yang sibuk melakukan tugas merawat putrinya seperti biasa. Jiwa membuat Ayuda salah tingkah setelah semalam wanita itu menjawab pertanyaannya dengan kata ‘ya’.“Apa sudah?”“Berhenti bertanya apa sudah – apa sudah,”amuk Ayuda. Pipinya merona merah karena Jiwa bersikap sangat agresif. “Aku mau bertemu papa dan Dira dulu, kamu cepat bersiap sana untuk pergi bekerja!”Jiwa tak menggubris ucapan Ayuda, dia malah melingkarkan tangan di pinggang wanita itu yang sedang menggendong putrinya.“Jiwa!” bentak Ayuda.“Malam ini aku akan memberi bonus ke Bik Nini untuk menjaga Nala, kita bisa pakai apartemenku untuk melakukan itu.”“Melakukan apa?” Ayuda dengan sengaja menggoyangkan pinggang untuk membuat Jiwa melepaskan tangan. Namun, pria itu terlalu kuat dan membuatnya berakhir pasrah karena Nala ada di pelukannya.“Jangan berpura-pura! aku tahu kamu tidak sepolos itu, bahkan saat tidur kamu sesekali nakal dengan meng

DMCA.com Protection Status