Share

Bab 2.

Author: Rizuki
last update Last Updated: 2023-10-02 11:29:11

“Bu!” teriak Navier kencang.

Gila! Navier pikir ibunya sudah benar-benar gila! Bagaimana bisa seorang ibu mengorbankan kehormatan putrinya hanya demi sebuah ponsel untuk adik-adiknya? 

“Apa!? Kau tidak mau?” sinis Yuni cepat.

“Aku tidak mau! Seharusnya masalah ini dipikirkan bersama, bukan malah hanya aku yang memikirkannya saja. Ibu juga harusnya mengerti, kalau hal itu bukan satu-satunya jalan keluar,” bantah Navier.

“Apa kau tak kasihan pada adikmu itu bila membawa ponsel biasa ke sekolahnya yang berisi orang-orang kalangan atas? Navier, kau harus ingat! Kau itu anak pertama dan kakak dari adik-adikmu! Sudah sewajarnya, kau membantu orang tua untuk membiayai mereka. Pokoknya, ibu  tidak mau tahu! Kau harus mendapatkan uang itu nanti malam. Jika tidak, kau tidak akan bisa membayangkan tentang apa yang bisa kulakukan!”

Usai berucap demikian, Yuni segera berlalu meninggalkan Navier yang masih terisak di tempatnya.

Navier kini bergetar takut. 

Di satu sisi, dia sama sekali tidak mau menuruti ibunya. Namun, dia juga tak memiliki pilihan lain. 

Ancaman ibunya tak pernah main-main. 

Dulu, dia bahkan pernah dipukuli dengan sapu karena tidak memberi uang jajan pada Davian dan Devan sama banyaknya. 

Padahal, Devan masih SD. Untuk apa anak sekecil itu memegang uang banyak?

Namun, Ibunya selalu memberi alasan yang sama. Sebagai anak pertama, orang tuanya berharap Navier selalu bisa membantu mereka.

Dengan langkah gontai, Navier pergi dari rumah, hingga kakinya menuju taman kecil yang tak jauh dari sana.

Ia lelah.

Waktu kerjanya masih akan dimulai satu jam lagi. 

Sayangnya, setelah mengoper koran dan mengantar susu di pagi buta, Navier sama sekali belum mendapat asupan apa pun untuk sarapan.

Ibunya pasti tidak akan mengizinkannya menyentuh makanan sebelum mendapatkan apa yang diinginkannya. Dengan kata lain, Navier harus mencari uang secepat mungkin.

“Hey! Pakai ini, jangan usap pakai tanganmu! Nanti, kulitmu bisa luka.”

Bersamaan dengan suara bariton itu, sebuah sapu tangan berwarna biru laut polos terlipat rapi dan disodorkan di muka Navier.

Sejenak, Navier menghentikan kegiatannya mengusap air mata. Kemudian, dia terkejut saat melihat pemilik sapu tangan itu. 

Pria itu adalah pria yang kemarin memberikan tip yang banyak untuknya saat berjaga di toko!

Navier tak akan melupakannya. Bagaimana mungkin dia melupakan sosok indah yang membuat jantungnya berdetak kencang untuk pertama kali?

“Kamu…?”

Pria itu bersedekap di depan dadanya. “Air matamu tidak akan hilang dengan sendirinya jika kau tidak mengambil sapu tangan ini. Atau … kau lebih memilih agar aku yang mengusapkannya untukmu?” 

Navier yang sempat tertegun–sontak mengambil sapu tangan itu dan mengusap wajahnya yang terkena air mata.

Ia kesal dengan kata-kata pria itu.

Jadi begitu selesai, Navier segera mengembalikan sapu tangan itu. “Kau yang menawarkan, jadi jangan harap aku akan membawanya untuk kucucikan!”  ujarnya dengan ketus.

Melihat itu, Edgar menahan tawa. 

Ia merasa tingkah Navier lucu. Padahal, jelas-jelas ia hanya menawarkan sapu tangan, bukan meminta untuk mencucikannya juga.

Namun, alih-alih mengatakannya, pria itu justru membalas tak kalah ketus, “Kau ambil saja! Aku masih punya banyak di rumah.”

Setelahnya, pria itu pergi begitu saja.

Gadis itu sontak mengerutkan kening, bingung.

“Ck! Sombong sekali dia! Aku tahu jika orang kaya pasti akan memiliki banyak uang untuk membeli sapu tangan mahal ini dengan mudah. Tapi, apa dia tidak berlebihan?” gerutunya, “kenapa kelakuannya bisa berkebalikan dengan wajahnya yang tampan itu?!” 

Navier terus meracau.

Tak peduli tentang apa yang akan orang lain katakan saat melihatnya seperti itu. 

Namun ketika dia beranjak, tanpa sengaja disenggolnya sebuah bungkusan yang ternyata ditinggalkan pria tadi.

Buk!

[ Makanlah! ] 

Pesan itu yang tertulis di kertas yang ada di dalam bungkusan itu.

Navier sontak merasa bahagia. 

Saking laparnya, ia tadi bermaksud untuk menahan lapar hingga jam kerja berakhir, lalu berniat meminjam uang pada temannya untuk membeli makanan.

Namun, semua itu tentu sirna saat menemukan bungkusan itu.

Tak mau berpikir lebih banyak, Navier memakan apa yang ada di dalamnya.

Hanya saja, ia menyisakan separuhnya untuk makan siang nanti.

“Sejujurnya, aku tidak ingin berhutang terlalu banyak. Tapi … sudahlah. Aku akan berusaha untuk membayarnya bila bertemu dengan pria aneh itu lagi,” gumam Navier. 

Dalam hati, dia sangat bersyukur jika ada orang yang mau membantunya tanpa mengenal siapa dia.

Sudah lama, Navier tidak menerima kebaikan seperti ini. 

Dia memiliki keluarga, tetapi tidak terasa seperti itu. 

Navier harus mengandalkan kemampuannya sendiri untuk mencapai sesuatu. Jadi, bantuan sekecil apapun membuatnya seperti memiliki utang yang besar.

“Ah, celaka! Aku hampir terlambat masuk kerja!” pekik Navier. 

Terlalu asyik menikmati sarapan yang begitu nikmat membuatnya lupa waktu. 

Akhirnya, dia berlari sambil membawa makanan yang tersisa setengah dan sapu tangan yang ditinggalkan pria itu. 

*****

“Kau terlambat lagi!” pekik sang pemilik toko. Wajah garangnya menghiasi pintu yang masih bertuliskan tutup. 

Tak hanya itu, matanya yang melotot seolah menunjukkan kalau Navier perlu dimakan hidup-hidup. 

“Sial!” Navier merutuk dalam hati. 

Dia tidak menyangka jika keterlambatan yang hanya dua menit itu membuat bos di toko itu marah. 

Memang, pemilik toko memiliki tingkat kedisiplinan tinggi dan tidak menerima keterlambatan dengan alasan apa pun. 

“Cepat bergegas atau kau akan mendapati gaji bulan depan tidak kubayar penuh!”

Dengan napas yang memburu, Navier segera mengambil tindakan cepat untuk menghindari sang bos. 

Dia segera berganti pakaian dan mulai menata atau mendata stok barang yang terpajang di toko. 

Setiap pagi, dia memang bertugas untuk itu sebelum toko dibuka secara penuh. 

Tak hanya itu, terkadang juga dia diberi tugas tambahan untuk membersihkan toilet. 

Bukannya mengeluh, Navier justru bersyukur dengan tugas yang sebegitu banyak. Dia pikir, sangat sulit untuk mencari pekerjaan apalagi dengan ijazah yang dimilikinya untuk saat ini.

“Hah … apa si bos tidak bosan, ya?! Setiap hari, selalu marah-marah…. Membuka toko lebih awal dari yang lain, hanya untuk menyuruh beberes dan memaki kita!” keluh Ana—salah satu teman Navier dengan nada pelan. Ia khawatir jika sang bos dapat mendengarnya.

“Kau ini! Bukannya kerja, malah mengeluh. Sudahlah, kerjakan saja apa yang ada! Masih bersyukur, Bos tidak benar-benar memotong gaji kita,” balas Navier cepat. 

Ana hanya bisa mengangguk. 

Navier adalah satu-satunya rekan kerja yang tidak akan segan untuk menegurnya. Para pekerja lain lebih memilih untuk mengabaikannya karena sikap yang ia miliki. 

Selain banyak mengeluh, Ana juga terkenal banyak bicara. Namun, Navier selalu tersenyum menanggapinya.

“Kau terlalu baik dan penurut, Nav! Bisa-bisa kau akan menjadi perawan tua kalau tidak segera menghindar dari tempat yang seperti penjajah ini,” ucap Ana.

Navier hanya tersenyum. “Kalau tidak ada yang mau menikahiku, aku akan merayu seorang bos kaya dan memintanya untuk menikahiku. Tak apa dijadikan yang kedua atau yang ketiga,” candanya. 

Perkara dia akan menjadi perawan tua adalah hal terakhir yang akan dia pikirkan. 

Perempuan itu tahu bahwa tidak banyak yang akan menerima pekerja dengan lulusan menengah pertama sepertinya. Jadi, cara yang bisa dia lakukan adalah bertahan dengan sebaik mungkin. Lagi pula, gaji yang didapatnya sudah bisa dikatakan sesuai. 

“Nav, hati-hati dengan ucapanmu! Kau tahu dengan pasti kalau terkadang ucapan terkadang bisa menjadi kenyataan!”

“Hahahaha,” tawa Navier cepat, “yang benar saja!”

Sayangnya, tawa itu tak muncul begitu ia sampai di rumah.

Dengan gilanya, sang ibu mengatakan sesuatu yang tidak terduga. “Navier, bersiaplah! Dandan yang cantik agar Bos besar yang membelimu tidak kecewa!”

Related chapters

  • Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin   Bab 3.

    “Apa!?” pekik Navier tak percaya. Baginya, menjual diri hanya demi sebuah barang yang belum jelas pentingnya adalah sesuatu yang tidak berguna. Sudah tidak berpendidikan tinggi, tubuh Navier juga kurang gizi. Bila harus kehilangan mahkotanya, Navier tidak yakin ada pria yang mau menikahinya.“Pasti ada cara lain untuk mendapatkan ponsel Devian,” tambah gadis itu pada akhirnya. “Ck! Kau memiliki tubuh dan wajah yang bagus. Pasti harganya mahal. Anggap saja hal itu sebagai alat untuk membayar biaya kami membesarkanmu selama ini.”Air mata Navier jatuh mendengar perkataan sang ibu. Memang jika dibandingkan dengan sebayanya, Navier memang memiliki paras yang tidak kalah dengan anak orang berada. Tak perlu perawatan dan kosmetik, Navier sudah memiliki daya tarik tersendiri. Jadi, Yuni bisa memikirkan hal itu sebagai jalan keluar.Selama ini, Yuni memang tidak pernah menyinggung fisik Navier yang bisa menjual. Dia sudah cukup terlena dengan yang diberikan oleh Navier dan suaminya. Nam

    Last Updated : 2023-10-02
  • Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin   Bab 4.

    Wanita itu memandikan Navier yang masih terisak seperti anak kecil.Dinginnya air sama sekali tak dirasa Navier. Dia hanya memikirkan bagaimana nasibnya setelah ini.Tok tok tok!Suara ketokan pintu terdengar mengalihkan atensi Yuni seketika.“Ah, itu pasti mereka!” Ditatapnya tajam Navier penuh ancaman, “Cepat lanjutkan! Kalau tidak, kau akan tahu akibatnya.”Yuni berjalan dengan riang meninggalkan Navier yang terdiam.Wanita itu terus membayangkan keuntungan yang ada di depan mata. Pikirnya, hanya sekali transaksi saja sudah bisa mendapatkan untung yang banyak. Jika dihitung, uang yang didapatnya bisa untuk membeli ponsel dan barang lainnya."Kalau yang pertama memang mahal, kan? Tapi, untuk berikutnya, akan kupastikan Navier dijual tidak terlalu murah juga," batin Yuni. Di otaknya, sudah tersusun banyak hal untuk menghasilkan uang lebih banyak lagi dan membeli barang mewah lain. Kalau cukup, ia akan merenovasi rumah. Ceklek!"Silakan masuk!" Begitu membuka pintu, Yuni sudah ti

    Last Updated : 2023-10-02
  • Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin   Bab 5.

    Brak!Yuni menutup pintu cukup keras saking bahagianya."Aku berharap dia bisa menghasilkan banyak uang! Sudah cukup aku kesusahan merawat anak itu! Kalau saja ayahmu tidak membuat hatiku sakit dan mencintai ibu kandungmu, tentu hidupmu akan baik-baik saja, Nav! Jadi, jangan salahkan aku jika hidupmu berakhir seperti itu!" ujar Yuni dalam hati, lalu memutuskan untuk kembali ke kamarnya yang nyaman.Namun, melihat betapa berantakannya rumah itu, Yuni terpaksa membersihkannya. Ia segera menyingkirkan sisa-sisa kekacauan yang diperbuat Navier, dan membuat seolah-olah tidak ada kejadian apa pun yang terjadi.Di sisi lain, Navier kini berusaha kabur. Dia ingin berteriak, tetapi masih memikirkan dampak dari perbuatannya itu. Apakah orang-orang akan membantu, atau justru marah karena mengganggu waktu istirahat mereka?Diperhatikannya, pria-pria yang membawanya yang tampak menjaganya dengan ketat."Aku tidak akan kabur! Jadi, jangan memegang lenganku terlalu kuat seperti ini! Aku kesakitan

    Last Updated : 2023-10-02
  • Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin   Bab 6.

    "Lex, apa mereka belum sampai?" tanya sang sopir panik. Mobil yang ditumpangi Navier sudah sampai di ujung jalan dan harus memasuki area hutan.Meski di area itu mereka bisa bertindak leluasa karena tak akan ada pihak lain yang ikut campur, tetap saja mereka butuh bantuan."Tidak ada tanda-tanda mereka sampai!" Kepanikan terdengar dari suara pria yang menangkapnya itu.Duang!Di saat yang sama, mobil yang ditumpangi Navier tiba-tiba ditabrak dari belakang dan menyebabkan lajunya tidak stabil. Alhasil, mobil itu pun terpaksa berhenti.Navier menahan napas merasakan itu semua. Terlebih kala orang-orang yang menangkapnya tampak serius sekali bertarung."Kita harus menghadapi mereka secara langsung!" ujar salah satunya.Masing-masing dari mereka pun segera keluar dengan membawa senjata.Dor!Buk!Brak! Adu tembak dan fisik tak terelakkan.Hanya saja, pihak lawan terlalu hebat. Orang-orang yang membawa Navier pun terkepung. Menyaksikan itu semua, Navier bergetar hebat sembari tetap me

    Last Updated : 2023-10-02
  • Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin   Bab 7.

    Edgar sudah sampai di rumah sakit miliknya. Ia langsung menyuruh dokter wanita yang lebih berpengalaman untuk menangani Navier. Namun, dia hanya bisa berdiri terpaku melihat pintu ruang tindakan, saat Navier diperiksa. "Aku tak yakin sebelum melakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter ahli. Tapi, kusarankan untuk membesarkan hatimu. Dia mendapatkan kekerasan terlalu banyak, dan hanya menunggu waktu saja untuk sadar. Lebih dari itu, aku tidak bisa mengatakan banyak. Pemeriksaan lebih lanjut bisa dilakukan saat dia sadar," ucap Rui—dokter wanita yang menangani Navier setelah pemeriksaan."Jangan bertele-tele. Katakan saja bagaimana keadaan Navier dengan singkat!" bentak Edgar. Suasana hatinya yang kacau membuat dia ingin meluapkan emosinya. Jujur saja, melihat Navier tak sadarkan diri membuatnya kalut. "Dia bisa sehat. Tapi aku tidak yakin jika dia bisa berjalan dengan normal. Aku menemukan beberapa keganjilan di saraf kakinya." "Jadi kau mau mengatakan jika Navier lumpuh, begitu

    Last Updated : 2023-10-04
  • Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin   Bab 8.

    "Tinggalkan aku sendiri! Aku butuh ketenangan dan jangan ganggu aku!" ketus Navier. Sejak tadi, dia mengusir semua pelayan yang ditugaskan untuk menjaganya. Dua pelayan yang mengikuti Navier sontak saling pandang. Mereka diperintahkan untuk mengikuti Navier ke mana pun dia pergi. Apa kata Tuan Edgard nantinya? "Aku hanya ingin beristirahat dengan tenang. Bisakah kalian meninggalkanku sendiri? Lagi pula, aku ingin melatih kakiku juga untuk berpindah sendiri ke ranjang." Dengan sedikit pemaksaan halus, Navier berkata lagi.Cukup lama pelayan-pelayan itu terdiam, sampai akhirnya mereka undur diri.Navier menghela napas lega. 'Aku tak punya apa-apa. Selain itu, aku juga lumpuh dan tidak berpendidikan tinggi. Edgar pantas memiliki wanita yang lebih baik dariku,' batinnya merasa rendah diri dan tak pantas untuk pria sesempurna Edgar. Begitu para pelayan sudah tidak ada, Navier turun dari kursi rodanya. Dengan susah payah, dia menyeret tubuh lemahnya ke kamar mandi, mengisi bathtub sampa

    Last Updated : 2023-10-05
  • Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin   Bab 9.

    "Aku akan merawat cucuku!" tukas James yang kebetulan berada di kantor Edgar untuk mengambil kembali cucunya. Ia sudah mendengar kabar mengenai Navier yang semakin depresi setelah mengetahui keadaanya.Namun, Edgar sama sekali tidak bergeming. Sepulang dari rumah sakit, Navier menjadi pribadi yang pendiam dan pemurung. Dia lebih banyak mendiamkan Edgar ketimbang membalas ucapannya seperti sebelumnya. Karena itu James ingin membawanya pulang. James ingin mengenalkan sang cucu pada pegawa di rumahnya. Terutama saat mendengar Navier menjadi lebih pendiam lagi. Bagi James, Edgar masih belum bisa menjadi pria yang benar-benar bertanggung jawab. Dan, dia tidak bisa memasrahkan sang cucu pada pria seperti itu. "Tidak bisa! Dia sudah menjadi tunanganku dan harus berada di sini, di dekatku. Tidak bisa kau bawa pulang karena sebentar lagi aku akan menikahinya," balas Edgar tak kalah sengit. Susah-susah membawa Navier, malah orang lain ingin mengambilnya. Jujur saja, Edgar tak terima! T

    Last Updated : 2023-10-05
  • Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin   Bab 10.

    "Aku menyerah, Kakek," ucap Navier.Setelah memutuskan untuk hidup di tempat kakeknya, Navier dilatih dengan baik untuk menjadi seorang pewaris.Navier satu-satunya keturunan murni keluarga Wyatt, harus menjadi pemimpin yang mumpuni dari segi pengetahuan maupun perilaku.Pertama kali melihat Navier secara langsung, James Wyatt merasakan firasat yang baik tentang Navier. Jadi, dia bersungguh-sungguh untuk membantu Navier.Kelumpuhan Navier bukanlah halangan. Jadi, sebisa mungkin dia tidak akan mengungkit hal itu pada Navier."Baru begitu saja kau sudah menyerah!? Kalau begitu kau menikah saja dengan Edgar, agar aku bisa memberikan semua ini padanya!" tukas James.Navier menunduk, lalu menjawab, "Kadang aku berpikir kalau bukan kakekku. Bagaimana bisa ada orang yang memperlakukan cucunya seperti itu? Aku tidur hanya empat jam semalam, setengah jam di siang hari, dan selebihnya tidak ada yang kulakukan selain belajar dan belajar! Bahkan di meja

    Last Updated : 2023-10-07

Latest chapter

  • Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin   Bab 146.

    Selama ini Yuni tidak pernah merasa menyesal telah menyakiti Navier.Dia merasa selama ini Navier-lah yang membuatnya menderita. Ibunya merebut suami yang dia cintai, dan membagi rasa sayang yang dulu didapatkan secara penuh. Karena itulah ketika Elle meninggal, Yuni masih sanggup untuk menyiksa anak kecil itu.Hati Yuni sudah mati rasa untuk memberi rasa kasih untuk anak tirinya.Hingga Navier yang mulai membantu mencari penghasilan pun, Yuni tetap pada pendiriannya. Dia dengan kejam mampu meminta semua pendapatan Navier untuk diberikan pada putranya.Akan tetapi, perlahan rasa itu mulai terkikis.Yuni merasa bersalah saat melihat Navier tidak sadarkan diri dengan berbagai alat untuk menopang kehidupannya.'Sebenarnya aku bahkan tidak tahu alasan untuk membencimu,' batin Yuni.Dia memandang sendu, tak percaya dengan beberapa waktu yang lalu, di mana dia tidak sadar telah mencelakakan nyawa anak tirinya."Ib

  • Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin   Bab 145.

    "A-aku tidak menyangka jika kau bisa merencanakan semua ini pada Navier, Yun." Yuni terpekur. Dia sama sekali tidak menyangka jika suaminya akan mendengar perdebatannya dengan Navier, dan sedang saat mengungkit malam kelam itu. Tak hanya itu, Yuni juga menangkap raut kekecewaan yang terlalu kentara. "Aku sudah merawatnya sejak kecil! Kau pikir mudah membesarkan anak dari wanita yang menjadi madu di dalam rumah tangganya? Pikirkan itu, Lex! Ah, ya. Kau yang hanya membawa masalah mana paham hal yang seperti ini!" Di seumur mereka menikah, belum pernah dia mendengar nada kecewa dari Yuni hingga seperti itu. Dia tak tahu jika selama ini, istri pertamanya menyimpan luka dan melampiaskannya pada anaknya. Dulu, Alex mengira jika Yuni bisa menerima Navier selayaknya putri sendiri, karena Elle telah tiada. "Kukira kau menerimanya sebagai anak kandungmu sendiri, Yun. Kalau tahu kau setega itu padanya, kenapa tidak kau katakan saja padaku? Aku

  • Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin   Bab 144.

    "Kau!!! Kau masih punya muka untuk kembali ke sini!?" bentak Yuni.Navier tidak mengindahkan peringatan Edgar agar tidak kembali ke sana. Dia bersikukuh untuk kembali ke rumah tempatnya dibesarkan. Bagaimanapun juga, tempat itu berisi banyak kenangan yang tak bisa dia lupakan."Ibu, jangan lupa aku pernah kau besarkan. Aku pernah kau asuh dan kau beri makan," lirih Navier."Lalu dengan apa kau akan membayarnya? Bukankah saat itu kau sudah memiliki kesempatan, tetapi malah membuangnya? Kau!!! Bukannya membayar jasaku, malah meninggalkan semua kesulitan itu!?"Navier menunduk. Dia tetap berdiri di pintu gerbang halaman dan tidak diizinkan untuk masuk oleh Yuni.Sejak awal, Navier tidak tahu jika Yuni sedang libur bekerja. Namun, dia juga tidak berharap penuh jika Yuni sedang tidak ada.Dia hanya ingin beritikad baik dengan meluruskan kesalahpahaman di antara mereka."Aku memang tidak bisa membalasnya dengan keadaan saat itu, Ibu. Tapi ketahuilah! Aku juga melalui masa yang sulit. Aku ti

  • Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin   Bab 143.

    "Ada hal yang bisa kau gunakan untuk membela diri, Sayang?" tanya Edgar.Dia menatap tajam sang istri yang kini tengah berdiri dengan senyum seperti anak kecil yang ketahuan telah melakukan kesalahan. Di samping kiri sang istri, ada putra semata wayangnya yang sedang menunduk.Edgar merasa kesal karena mendapati wajah istrinya babak belur, dan puntranya tidak apa-apa. Padahal sebelumnya dia telah berpesan untuk menggantikannya menjaga satu-satunya wanita di keluarga mereka. Edgar tak ragu, karena dia sudah tahu bagaimana kemampuan Henry. Sayang sekali ekspektasinya terlalu tinggi."Jangan salahkan Henry, ya. Dia sudah melakukan hal yang kau pinta sebaik mungkin. Tidak ada hal sebaik Henry. Hanya saja dia datang terlalu terlambat untuk menjemputku," bela Navier."Jadi, ini semua adalah salahmu, begitu?""Tentu saja!""Lalu, apa yang bisa kau lakukan untuk menggantikan hukuman yang akan Henry dapatkan, Sayang?"Badan Navier bergidik nge

  • Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin   Bab 142.

    "Yun, hentikan!"Bukannya berhenti, Yuni justru semakin gencar mencerca Navier dengan kata-kata yang buruk. Suaminya sama sekali tidak dipedulikan lagi. Dia seolah buta dan tuli untuk semua hal.Yuni buta akan kebaikan yang selama itu Navier lakukan untuk keluarganya. Bagaimana dia yang harus berhenti untuk belajar, dan justru mencari pekerjaan sebanyak mungkin, dan membantu memenuhi semua hal yang diinginkan kedua adik tirinya.Dan tuli, akan segala perkataan suaminya."Bu, kau boleh menyalahkanku atas semua kesalahan yang terjadi di keluarga kita. Tapi kumohon untuk tidak menyudutkanku. Waktu sudah banyak berubah, dan aku juga tidak ingin mengingat masa lalu lagi. Aku akan melupakan semua yang telah kau lakukan padaku, dan mari untuk hidup lebih baik," pinta Navier.Yuni menggeleng. Air matanya mengalir semakin deras. Dia memandang ke arah suaminya yang kini sudah tidak sesempurna dulu. Memandang putra sulungnya yang juga tidak bisa mendapat kehi

  • Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin   Bab 141.

    "Dav, hentikan!!!" tegur ayah mereka.Keduanya masih saling beradu dan tidak menggubris teguran ayahnya. Sesekali Navier membalas pukulan adiknya, dan sisanya dia akan menghindar. Gerakan Davian begitu acak, menandakan bagaimana pria itu dididik dengan otodidak, bukan oleh ahilnya."Ternyata kau belajar cukup banyak, ya? Tidak seperti dulu yang hanya bisa berlindung di bawah ketiak ibu," sindir Navier."Diam kau! Kau tidak tahu masalah apa yang sudah kau tinggalkan untuk kami! Kau sama sekali tidakkk punya hati!"Navier mendecih sinis. Tidak punya hati? Bukankah kata-kata itu lebih patut dikatakan untuk Yuni, dan bukan dirinya?Setelah itu, dia memancing Davian untuk berkelahi di luar ruangan, dan masih mengundang pekikan ayahnya. Hanya sang adik yanag terkesn menuntut untuk menyerang, sedangkan Navier lebih tenang dan menghindar. Karena itu, ayah mereka benar-benar khawatir. Ia takut jika Davian melukai kakak perempuannya."Kalau begitu kau

  • Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin   Bab 140.

    "Apa tidak apa-apa jika ibu tahu aku akan datang?" tanya Navier.Setelah mereka berbincang, Navier memutuskan untuk ikut ayahnya pulang ke kediaman mereka yang dulu. Ayahnya takut jika Yuni datang dan tidak mendapati di mana pun. Karena bahan persediaan di rumah mereka telah habis, jadi Navier hanya bisa menurut.Sebenarnya dia bisa saja meminta Edgar atau Henry untuk mengantar bahan makanan itu. Terutama Edgar yang telah mengetahui di mana lokasinya. Sayang, Navier menolak dengan tegas. Dia tidak ingin suaminya turun tangan langsung, atau semuanya akan kacau."Tidak apa-apa, dia pasti sangat senang kau datang. Bukankah sudah lama kalian tidak bertemu?"'Yah ... itu sih kalau Ibu tidak dendam padaku,' batin Navier.Dia meringis saat mengingat masa lalu. Di mana dia yang kabur dan meninggalkan banyak masalah untuk ibunya.Tidak bisa dikatakan dia yang meninggalkan masalah untuk mereka, sebenarnya. Melainkan Yuni sendiri yang telah mengambil r

  • Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin   Bab 139.

    "Jadi, kini hanya Ayah yang biasa mengerjakan pekerjaan rumah. Rumah itu telah sepi semenjak kau pergi, dan bertambah sepi setelahnya."Navier menggigit bibir bawahnya. Tidak menyangka jika hidup mereka yang dia tinggalkan, begitu menyedihkan.Ayahnya lumpuh sebelah karena kecelakaan kerja. Karena itu, ayahnya dipensiunkan dini. Ibunya mengambil alih mencari nafkah setelah uang tunjangan ayahnya habis, dan kedua adiknya berhenti sekolah karena malu. Kemudian mereka bekerja sebagai buruh kasar di pasar.Dari yang diceritakan ayahnya, Navier mendapat beberapa informasi. Adik pertamanya, Davian, telah menikah dan seorang wanita yang merupakan putri dari pemilik tempatnya bekerja. Setelah istrinya melahirkan di usia pernikahan mereka yang baru enam bulan, satu bulan kemudian mereka bercerai dan membawa anak itu bersamanya.Ayahnya menduga jika wanita itu menikahi Davier hanya untuk menutupi aib karena hamil terlebih dahulu dengan mantan pacarnya yang tidak ma

  • Istri Lumpuh Milik Pewaris Dingin   Bab 138.

    "A-Ayah!"Navier hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.Ayah yang sejak dirinya lahir hingga dijemput Edgar menemaninya, dan tidak pernahlagi mereka bertemu setelah dijual Yuni, ada di hadapanynya.Wajah yang sudah tua termakan usia, dan tidak lagi semuda dulu membuat hati Navier menjadi trenyuh. Ayahnya itu tidak pernah melakukan tindak kekerasan seperti yang Yuni lakukan. Dan hingga hari terakhirnya di kota itu, Navier belum sempat untuk perpamitan.Pun dengan pernikahannya dengan Edgar, sang ayah pastilah tidak pernah tahu akan hal itu. Tidak akan ada kabar yang didengar jika Edgar sudah memutuskan untuk menutup rapat semua yang berpotensi untuk menyebar berita.Kepergiannya kala itu memang terjadi karena terpaksa."Kau putriku, Navier?"Navier mengangguk. Matanya sudah hampir dibanjiri air mata jika tidak dia tahan."Aku merindukan Ayah," lirih Navier. Dia menghambur ke pelukan ayahnya yang kini sudah tidak sempur

DMCA.com Protection Status