Bola mata hijau itu menatap Jacob dengan penuh keheranan. Wanita itu bahkan duduk tegak untuk meminta penjelasan dari Jacob. “Apaan sih, aku biasa aja,” jawab pria itu mengelak. Tapi senyuman di wajah tampannya membuat Naftalie ikut tersenyum. “Kamu jelas tadi manis sekali, biasanya kamu ketus banget sama Will, ada apa? Ada yang aku harus tau?” tanya Naftalie sangat penasaran. Wanita itu memeluk tangan suaminya yang mencoba menjauh dan menariknya mendekat. Jacob mendengus geli melihat wajah istrinya. Memangnya dia terlihat begitu transparannya di hadapan Naftalie ya? “Aku hanya berlaku baik karena tahu dia sahabat kamu,” ujar Jacob akhirnya membiarkan dirinya dipeluk oleh Naftalie yang masih duduk di atas tempat tidurnya. “Hish, kemarin-kemarin kamu juga tau kalau dia itu sahabatku dulu, tapi kamu ketus banget, nggak ada tuh semanis tadi, sampai bolehin aku duet segala?” tanya Naftalie semakin curiga. Jacob kembali tertawa lalu memeluk istrinya yang sangat dia cintai itu. “Ak
Saat melihat tagihan papa dan dirinya sendiri yang panjang di tangannya, Naftalie rasanya ingin kembali pingsan. Rumah dan segala isinya katanya sudah disita oleh bank, pabrik dan segala aset diambil oleh pihak-pihak yang dihutangi oleh papanya. Naftalie sebatang kara dengan pakaian yang dia kenakan dipaksa keluar dari rumah masa kecilnya. Dia duduk termenung memandangi kertas yang berisi segala obat dan peralatan yang digunakan pihak rumah sakit untuk mengobati papanya.Bukannya Naftalie tak bersyukur kalau papanya selamat dan bisa sehat walau dalam keadaan babak belur, tapi tetap saja tagihan rumah sakit yang menumpuk itu membuat perutnya terus melilit rasanya. Berulang kali dia menatap telepon genggamnya dan ingin menghubungi William. Siapa bilang dia tak ingat pria itu. Naftalie sangat ingat dengan sahabatnya itu, dan wanita itu yakin kalau pria itu tak akan seperti teman-temannya yang lain yang segera memblokir dan menendangnya dari grup chat begitu berita papanya bangkrut dan
Setelah kematian mamanya, Cecil resmi menjadi yatim piatu. Mamanya yang sangat cantik itu akhirnya menyerah pada penyakit yang sudah dia derita bertahun-tahun.Dengan terseok-seok sesil akhirnya menyelesaikan sarjana keperawatannya. Sarjana yang dia pikirkan berguna untuk mengurus mamanya nanti tapi ternyata sesil malah mengurus orang lain pada akhirnya Karena wanita itu sudah meninggalkan dirinya untuk selamanya.Selama ini Cecil selalu membenci wajahnya yang cantik. Semua selalu mengatakan kalau wajah cantik adalah berkat,tetapi baginya wajah cantik yang dia miliki itu adalah bagaikan kutukan.Tidak pernah ada orang yang bisa tulus kepadanya. Tidak ada orang yang memperlakukannya dengan baik jika tidak ada sesuatu yang diinginkan. Terutama pria. Khususnya pria.Sudah sering dia menerima bantuan dari pria yang ternyata ada maunya di belakang. Cecil jadi kesusahan untuk membayar semua hutang bantuan yang sebenarnya dia tidak mau terima pada awalnya.Seperti dokter Kelley yang tiba-tib
Diiringi dengan tatapan penuh kebencian Cecil berjalan di samping dokter Kelley. Wanita muda itu tahu kalau dia akan menjadi pergunjingan satu rumah sakit karena lagi-lagi dia mendapatkan perhatian khusus dari dokter tampan itu.Pria itu sebenarnya tak perlu mengantarnya sampai ke bagian rontgen, Cecil tahu tempat itu di mana. Tapi pria itu bersikeras dan mengatakan harus dia sendiri yang memberikan instruksi buat petugas yang menjalankan mesin rontgen, padahal petugas itu sudah bertahun-tahun pengalamannya.Tapi apalah Cecil sehingga penolakkan di dengar? Wanita itu akhirnya tetap diantar oleh Dr. Kelley dan rombongan perawat yang sepertinya tak rela meninggalkan Cecil sendirian dengan dokter Kelley.Untungnya ketika mereka berbondong- bondong keluar dari lift, dokter tampan itu akhirnya menyadari kalau rombongan mereka semakin lama semakin banyak. “Umm, kalian … kembali ke pos kalian. Saya dan Cecil bisa sendiri ke bagian rontgen.” Pria itu menatap ke arah kepala perawat dan rombon
Jantung Cecilia tak pernah berdebar sekencang itu dalam seumur hidupnya, bahkan saat melihat mamanya sakit, Cecil tak pernah berdebar semacam tadi. Mungkin karena baru, mungkin karena tak perna peduli dengan pria, Cecil tak pernah merasakannya. Bukan artinya Cecil peduli, amit-amit, mana mungkin dia peduli dengan pria sok tau, sok kaya yang sok perhatian itu, amit-amit! Amit-amit, itu kata yang cocok buat dia. Mungkin Cecil hanya kaget, dia hanya kaget karena sentuhannya yang kurang ajar tadi. Iya pasti dia kaget!Wanita itu begitu sibuk dengan pikirannya sehingga begitu tersadar dia dipandangi oleh dr Kelley dan petugas radiologi dengan bingung.“Cecil?” tanya Dr. Kelley dengan khawatir. “Eh … maaf, maaf,” ujar Cecil dengan wajah memerah. Dr. Kelley segera memeriksa matanya dan memandangnya dengan khawatir. “Kamu yakin nggak pusing atau bagaimana pandanganmu, rasanya berbayang nggak?” tanya Kurt Keller sambil masih terus memeriksa wajah Cecil.“Nggak, aku nggak apa-apa, tadi mel
Tak lama setelah melihat Cecilia masuk ke dalam ruangan radiologi, tiba-tiba wanita tua yang tadi katanya adalah kepala perawat itu mendekati William dengan wajah mengerikan. “Oh tuan William, kenapa bisa ada di sini? Kami mencari bapak kemana-mana tadi,” ujar wanita itu dengan gaya berlebihan. Dengan kesal akhirnya William menerima nasibnya untuk digiring kembali ke dalam kamarnya. Wanita paruh baya berbaju putih yang menuntunnya terus bercerita tentang hal- hal yang sebenarnya tak perlu William dengar. Maestro itu hanya mulai mendengarkan ketika nama Jacob disebut. “Bukannya saya senang bergosip ya, tapi tuan Jacob itu memiliki saham kepemilikan di rumah sakit ini, jadi dia yang mendapatkan ruangan VVIP.” Wanita itu berbicara terus karena William hanya diam saja.“Saya yang pesan duluan kan? Bukannya manajer saja sudah memesan kamar sejak sebulan yang lalu?” tanya William tiba-tiba saat mereka memasuki lift. Bola mata keriput milik kepala perawat membesar karena kaget dengan tang
Jacob segera memutar tubuhnya dan menghampiri pria tak tahu diri itu.“Tutup mulut lo, bacot!” “Lo yang berisik, lo yang masuk nyamperin gue, buat apa?” tanya William tanpa basa basi lagi.“Gue … gue …” Jacob melirik ke arah perawat tua yang sedang mau memasang infus.“Cih, cepat pasang infusnya!” omel William kepada perawat tua itu yang segera tersentak dan maju mendekatinya.“I-iya … saya pasang sekarang,” ujar wanita itu dengan gugup karena dipandangi dua pasang mata yang marah.William segera kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil mendengus kesal. Sedangkan Jacob bukannya keluar malah memperhatikan William dipasang infus.Dengan cekatan karena memang sudah berpengalaman puluhan tahun, perawat tua itu dengan cepat berhasil memasang infus William.“Nanti saya akan kembali untuk memberikan obat yang sudah diresepkan oleh dokter anda ya, Maestro,” ujar Perawat itu sambil tersenyum kikuk. Keheningan yang melanda di antara kedua pria tampan itu terasa sungguh mengerik
William menatap Jacob yang kembali merasa sedih. Harusnya dia tak berempati dengan pria perebut Naftalie, tapi semakin dis berbicara dengan pria itu, semakin William menyadari kalau Jacob sangat mencintai istrinya.“Sial, dia benar-benar tidak menganggap aku sama sekali!” geram William dalam hati dengan kesal. Dengan sebal pria itu menghela napas panjang“Jadi … apa yang kamu mau tau?” tanya William. …Cecil menerima hasil rontgennya dengan kesal. Gara-gara pria tak tahu diri itu, hidungnya ternyata jadi retak. Walau dokter Kelley merasa senang saat melihat hasil rontgennya, tapi tetap saja Cecil mengutuki William dalam hatinya. “Apa yang dia lakukan sih sampai membuka pintu sekasar itu?” tanya Cecil dalam hati sambil berjalan di samping dokter Kelley. APria itu pasti mengatakan sesuatu karena setelah beberapa lama pria itu terus memandangnya.“Umm …” Tiba-tiba pria itu berhenti berjalan dan memegang pundak Cecilia. Kurt menatap wajah Cecil dengan khawatir.“Kalau menurut hasil d
Walau semuanya sudah jelas, mereka sudah bebas kembali ke rumah kastilnya, tetapi entah kenapa Jacob lebih senang berada di rumah kecil ini dengan Naftalie. Rumah itu lebih nyaman dan hangat, mungkin karena keberadaan Naftalie yang selalu mengantarnya pergi kerja, atau menyambutnya ketika dia pulang.Tentu saja dia sudah menyuruh Ed untuk membuat paviliun terpisah sendiri untuk Isabel karena kamar yang mereka gunakan sekarang hendak Jacob gunakan sebagai kamar bayinya. Paviliun itu sudah berdiri di bagian belakang rumah dekat kolam renang. Karena, walau kata Jacob rumah itu rumah yang mungil, tetap ada tanah dibelakang untuk paviliun studio, lalu ada taman bunga beserta pergolanya, dan tentu saja kandang kuda. Naftalie sempat mengejeknya tentang kandang kuda itu, tak ada rumah mungil yang memiliki kandang kuda. Tapi, bagi Jacob, rumah yang tak memiliki 16 kamar termasuk kecil. Mereka dapat dikatakan sungguh berbahagia sekarang karena Victoria akhirnya mati kutu karena semua yang di
Sejujurnya grafolog itu sudah mendapatkan hasil pada hari surat itu diserahkan kepadanya. Namun karena itu adalah surat terakhir dari mendiang Jason Owen wanita itu mengulang- ulang pemeriksaannya berkali -kali.Bahkan saat dia sudah mau menyerahkannya kepada asisten dari Jacob Owen, pria itu tetap malah menyuruhnya untuk sekali lagi memeriksa ulang hasilnya agar benar-benar teliti.Kali ini wanita itu duduk dengan gugup sama menunggu dari billionaire itu keluar dari kamar. Karena hasil dari pemeriksaannya sungguh buruk dan bahkan bisa menjadi bukti sebagai pembunuhan berencana. Dengan masih berperban walaupun tipis, asisten dari Jacob Owen menyuruh grafolog itu duduk. Wanita itu terkesiap saat melihat Jacob dan istrinya keluar. Mereka bagaikan model di majalah yang keluar dalam dunia nyata. “Jadi bagaimana hasilnya? Apakah ini asli tulisan Jason?” tanya Jacob sambil duduk di sofa. Pria itu menatap grafolog dengan tatapan tajam sehingga wanita itu merasa sedang diinterogasi.“Oh … “
Naftalie merasa sangat lelah, akhirnya hari- hari selama perang dingin dengan Jacob berakhir. Pria itu kemungkinan akan kembali ke kastilnya, sedangkan Nat sendiri akan kembali tinggal di rumah ini. Selama Ed dan Isabel di rumah sakit, Jacob tidur di kamar Isabel, sedangkan dirinya tidur di kamarnya sendiri. Pria itu kembali ke kebiasaan lamanya. Perlakukan Naftalie bagai mereka hanyalah teman sekamar yang tidak terlalu akrab.Anehnya pria itu tetap keluar saat jam makan malam, dan mereka makan malam dalam keheningan yang menyakitkan hati Naftalie. Bagaimana bisa, mereka yang dulu begitu akrab, kini begitu jauh padahal mereka tidur bersebelahan kamar?Tapi semua itu akan segera berakhir. Karena Ed dan Isabel sudah pulang, Jacob juga akan segera kembali ke rumahnya. Naftalie akan terbebas dari segala perasaannya yang tak menentu.Wanita itu sangat marah, karena lagi- lagi suaminya tak percaya padanya. Naftalie pikir setelah kasus kehamilannya, Jacob akan mempercayai Nat sepenuhnya..
“Jake …” Naftalie memandang wajah suaminya yang mengeras. “Aku … nggak nyangka!” desah pria itu sambil tak mengalihkan pandangannya dari kertas di tangan.“Apa … apa itu?” tanya Naftalie dengan suara bergetar.“Tangkap dia!” ujar Jacob memberikan perintah kepada para detektif. Victoria tersenyum senang karena pada akhirnya Jacob kembali ke dalam genggamannya. Polisi dengan heran mendekati wanita cantik berambut merah itu. Tapi Jacob segera menggeram dengan mengerikan.“Ibuku lah! Dia tetap pembunuh pria tadi!” geram Jacob dengan suara mengerikan.Para detektif itu, walau sedikit kesal karena kena bentakan Jacob, tetap mengerjakan apa yang pria itu perintahkan.Victoria yang merasa tadi di atas awan kini segera terjun bebas karena tangannya tiba-tiba dipegang oleh kepala detektif itu untuk ditahan. Minta itu kembali menggeliat seperti belut mencoba melepaskan diri. “Lepasin nggak!” jerit wanita itu dengan sekuat tenaga. Wanita itu menendang ke segala arah sambil menjerit- jerit sepe
Dengan napas memburu Jacob segera kembali ke rumah sakit di mana Ed dan Isabel dirawat. Namun yang lebih penting istrinya, jangan sampai Naftalie kenapa- kenapa karena perbuatan ibu tirinya itu. Tapi Jacob tak menyesal pergi, karena dia berhasil menemukan bukti di mobil dan kini dia tinggal menyeret wanita tua tak tahu diri itu ke penjara dan memastikan wanita itu tinggal di sana!Langkah kakinya bergaung di lorong rumah sakit dengan masih tetap diikuti para detektif di belakangnya. Begitu pintu lift terbuka tadi, Jacob bisa mendengar jeritan ibu tirinya bergaung di lorong rumah sakit. Seharusnya pihak keamanan sudah menyumpal mulutnya dengan kaus kaki, kalau Jacob ada di situ. Suaranya yang melengking membuat Jacob malu. Bagaimanapun dia tetap pemilik saham dari rumah sakit itu. Pandangan para perawat dan dokter yang segera pura- pura mengalihkan perhatian dari suara Victoria benar- benar memalukan. Tapi mungkin karena Jacob pemilik saham rumah sakit ini juga yang membuat Victoria
Dengan geram pria berwajah tampan itu segera menuju ke tempat di mana ibu tirinya berada. Wanita itu memang benar-benar sudah keterlaluan dia tidak bisa lagi didiamkan. Check up akan memastikan wanita itu masuk ke dalam penjara karena semua perbuatannya ini. Sudah ada beberapa dokumen dan data -data yang dia kumpulkan untuk memastikan wanita itu bisa dipidanakan, tapi yang ini benar -benar akan langsung menyeret wanita itu ke penjara.“Benar ini adalah mobilnya!” ujar salah satu petugas yang mengikuti Jacob setelah mereka sampai ke kastil tua Owen yang ditinggali oleh mama tiri dan papanya saat pria itu masih hidup. Jacob mendengus dengan jijik begitu melihat pergola di taman sudah menghilang. Pergola itu adalah hadiah dari papanya Jacob untuk mama kandung Jacob. Sejak kedatangan ibu tirinya, wanita itu tidak pernah menyukai pergola di taman itu, karena mengingatkan ayahnya Jacob kepada mendiang istrinya. Pada akhirnya Victoria sudah berhasil menghancurkan semua pergola itu dan mem
Hari itu adalah hari pertama kali Isabel keluar dari panti asuhan, beberapa bulan yang lalu pekerjaannya di kafe akhirnya berakhir karena atasannya memutuskan akan mengakhiri kontrak kerja sebelum selesai jangka waktu kontrak Isabel berakhir. Semua karena Isabel menolak ciumannya kemarin. Isabel bersyukur bisa menghindar pria kurus yang sudah beristri itu dari awal memang sudah seringkali menyentuh Isabel di daerah -daerah yang berbahaya. Tapi akibatnya, Isabel kini sudah habis waktunya tinggal di panti asuhan, dan juga tak punya uang untuk menyewa kosan untuk dia tinggali. Untung saja ibu panti asuhan berhasil membujuk seseorang untuk membawa Isabel untuk menjadi pelayan di sebuah rumah orang kaya.Pagi- pagi benar Isabel di bawa ke sebuah bukan rumah melainkan kastil. Dikatakan kalau mereka memang mencari gadis- gadis polos untuk dijadikan pelayan. Sebenarnya agak konyol permintaannya, gadis harus polos, tapi harus sudah berpengalaman. Tapi untungnya Isabel tetap boleh datang, k
Jacob mendengar penjelasan Ed dengan seksama. Ada saat dia rasanya ingin mencekik asistennya itu. Pria itu tak tahu diri, setelah berbagai hal yang Jacob lakukan untuknya, bisa- bisanya Ed melakukan semua hal menjijikkan itu padanya. Seharusnya dia membunuh Ed saat ini juga. Tapi entah kenapa penjelasan yang Ed katakan padanya seakan mengingatkan Jacob akan semua kesalahannya dulu pada Naftalie. Mungkin dia juga memperlakukan Ed seenaknya seperti dulu dia memperlakukan Naftalie. Bukan … bukan kemungkinan, ini bahkan suatu kepastian. Melihat wajah Ed menceritakan sakit hatinya, Jacob merasa seperti ditampar sekarang. Dia memang keterlaluan. Dia kini heran kenapa Ed bisa berbalik dan mengakui ini semua, padahal dengan semua yang dia miliki, dia bisa saja bersama Victoria untuk menghancurkan Jacob sepenuhnya.“Lalu … kenapa kamu mengakui ini semua sekarang?” tanya Jacob dengan sangsi. Pria itu kembali mencurigai Ed hanya berlakon dan ada skema lain lagi di belakang ini.“Karena Isabel.”
“Dokumen apa Ed?” tanya Jacob mengabaikan perawat yang datang dengan wajah khawatir.“Semua dokumen yang tuan terima … itu sudah direkayasa oleh nyonya Victoria.” Jawaban yang diberikan Ed mulai masuk akal di pikiran Jacob.“Dimanipulasi … jadi …” Jacob merasakan dirinya bodoh sekali bisa diperdaya oleh nenek sihir itu.“Maaf … tapi saya harus memastikan, mengenai pembayaran …” perawat yang masuk ke kamar Ed kembali memotong pembicaraan mereka.“Pembayaran apa sih,” tanya Jacob dengan kesal karena perawat itu berani- beraninya menyalahkan pertanyaannya yang penting.“Ada seorang wanita mudah ditemukan di seorang rumah sakit yang diserang seakan mau dirampok, mengaku ada hubungan dengan bapak Ed,” ucap perawat itu segera menjelaskan dengan takut-takut. Hati Ed segera mencelos begitu mendengar kata wanita muda. Pria itu segera menyesal memberikan dokumen penting itu kepada Isabel.Tadi dia pikir hanya dia yang akan diserang, tapi ternyata sampai semua yang berhubungan dengan dirinya ju