Jantung Cecilia tak pernah berdebar sekencang itu dalam seumur hidupnya, bahkan saat melihat mamanya sakit, Cecil tak pernah berdebar semacam tadi. Mungkin karena baru, mungkin karena tak perna peduli dengan pria, Cecil tak pernah merasakannya. Bukan artinya Cecil peduli, amit-amit, mana mungkin dia peduli dengan pria sok tau, sok kaya yang sok perhatian itu, amit-amit! Amit-amit, itu kata yang cocok buat dia. Mungkin Cecil hanya kaget, dia hanya kaget karena sentuhannya yang kurang ajar tadi. Iya pasti dia kaget!Wanita itu begitu sibuk dengan pikirannya sehingga begitu tersadar dia dipandangi oleh dr Kelley dan petugas radiologi dengan bingung.“Cecil?” tanya Dr. Kelley dengan khawatir. “Eh … maaf, maaf,” ujar Cecil dengan wajah memerah. Dr. Kelley segera memeriksa matanya dan memandangnya dengan khawatir. “Kamu yakin nggak pusing atau bagaimana pandanganmu, rasanya berbayang nggak?” tanya Kurt Keller sambil masih terus memeriksa wajah Cecil.“Nggak, aku nggak apa-apa, tadi mel
Tak lama setelah melihat Cecilia masuk ke dalam ruangan radiologi, tiba-tiba wanita tua yang tadi katanya adalah kepala perawat itu mendekati William dengan wajah mengerikan. “Oh tuan William, kenapa bisa ada di sini? Kami mencari bapak kemana-mana tadi,” ujar wanita itu dengan gaya berlebihan. Dengan kesal akhirnya William menerima nasibnya untuk digiring kembali ke dalam kamarnya. Wanita paruh baya berbaju putih yang menuntunnya terus bercerita tentang hal- hal yang sebenarnya tak perlu William dengar. Maestro itu hanya mulai mendengarkan ketika nama Jacob disebut. “Bukannya saya senang bergosip ya, tapi tuan Jacob itu memiliki saham kepemilikan di rumah sakit ini, jadi dia yang mendapatkan ruangan VVIP.” Wanita itu berbicara terus karena William hanya diam saja.“Saya yang pesan duluan kan? Bukannya manajer saja sudah memesan kamar sejak sebulan yang lalu?” tanya William tiba-tiba saat mereka memasuki lift. Bola mata keriput milik kepala perawat membesar karena kaget dengan tang
Jacob segera memutar tubuhnya dan menghampiri pria tak tahu diri itu.“Tutup mulut lo, bacot!” “Lo yang berisik, lo yang masuk nyamperin gue, buat apa?” tanya William tanpa basa basi lagi.“Gue … gue …” Jacob melirik ke arah perawat tua yang sedang mau memasang infus.“Cih, cepat pasang infusnya!” omel William kepada perawat tua itu yang segera tersentak dan maju mendekatinya.“I-iya … saya pasang sekarang,” ujar wanita itu dengan gugup karena dipandangi dua pasang mata yang marah.William segera kembali merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur sambil mendengus kesal. Sedangkan Jacob bukannya keluar malah memperhatikan William dipasang infus.Dengan cekatan karena memang sudah berpengalaman puluhan tahun, perawat tua itu dengan cepat berhasil memasang infus William.“Nanti saya akan kembali untuk memberikan obat yang sudah diresepkan oleh dokter anda ya, Maestro,” ujar Perawat itu sambil tersenyum kikuk. Keheningan yang melanda di antara kedua pria tampan itu terasa sungguh mengerik
William menatap Jacob yang kembali merasa sedih. Harusnya dia tak berempati dengan pria perebut Naftalie, tapi semakin dis berbicara dengan pria itu, semakin William menyadari kalau Jacob sangat mencintai istrinya.“Sial, dia benar-benar tidak menganggap aku sama sekali!” geram William dalam hati dengan kesal. Dengan sebal pria itu menghela napas panjang“Jadi … apa yang kamu mau tau?” tanya William. …Cecil menerima hasil rontgennya dengan kesal. Gara-gara pria tak tahu diri itu, hidungnya ternyata jadi retak. Walau dokter Kelley merasa senang saat melihat hasil rontgennya, tapi tetap saja Cecil mengutuki William dalam hatinya. “Apa yang dia lakukan sih sampai membuka pintu sekasar itu?” tanya Cecil dalam hati sambil berjalan di samping dokter Kelley. APria itu pasti mengatakan sesuatu karena setelah beberapa lama pria itu terus memandangnya.“Umm …” Tiba-tiba pria itu berhenti berjalan dan memegang pundak Cecilia. Kurt menatap wajah Cecil dengan khawatir.“Kalau menurut hasil d
William memperhatikan pria itu dengan tekun mencatat dalam buku catatannya. Selama kenal dengan pria yang bernama Jacob Owen itu, William tidak pernah menyangka kalau pria itu adalah pria yang sama polosnya dengan Naftalie.Bagaimana kalau William mengatakan semua dusta padanya, sedangkan pria itu mencatat semua kata-kata yang William katakan tanpa curiga?Walau sebenarnya ini bertentangan dengan apa yang ada dalam benaknya, tetapi pada akhirnya William mengatakan Yang sejujurnya kepada Jacob.Memperhatikan pria itu menulis membuat William seakan ditampar karena melihat kegigihan pria itu untuk mengenal Naftalie, berbanding dengan niatnya yang berusaha untuk mengacaukan hubungan antara Jacob dan Naftalie. Pada awalnya William berencana untuk mengatakan semua hal bohong kepada Jacob agar dirinya melakukan kesalahan. Sehingga William yang dekat padanya saat melakukan latihan untuk duet, dapat kembali mendekati Naftalie. Tapi melihat kesungguhan Jacob, William jadi tidak tega. Siapa sa
Sepulang dari rumah sakit, Jacob seakan menjelma menjadi pria baru yang membuat Naftalie jatuh hati padanya tiap hari. Jacob yang kasar, Jacob yang dingin dan Jacob yang seenaknya seakan berubah menjadi pria lain yang selalu memperlakukan Naftalie seperti tuan putri. Entah belajar darimana, tapi Jacob kini sangat mengerti apa yang Naftalie sukai dan benci. Pria itu seakan bisa membaca pikiran Naftalie.Hal itu membuat Naftalie semakin bersalah saat melihat noda darah lagi di pakaian dalamnya pagi itu. Bulanannya datang yang artinya Naftalie masih saja belum hamil. Lehernya terasa tercekat dan air mata yang dia coba tahan akhirnya menetes juga dari kedua sudut matanya. “Kenapa? Aku sudah melakukan semuanya, tapi kenapa aku juga belum hamil?” isak Naftalie dalam hati. Dia tak bersuara sama sekali. Wanita itu tak mau Jacob menyadari kalau dia menangis. Karena pria itu pasti juga akan sangat kecewa saat tau kalau bulan ini pun, mereka gagal membuat bayi.Sambil mendesah wanita itu mengam
Jika kemarin Cecil tak begitu mengenali sebenarnya apa yang dikerjakan oleh William, untuk apa dia dipanggil maestro, begitu masuk dalam kehidupan William, wanita itu seakan masuk ke sebuah kehidupan baru yang benar-benar berbeda dengan dunianya.Sejujurnya wanita itu tidak pernah berpikir kalau William bisa berlaku sopan padanya selama Cecil menjadi semacam asistennya karena sebenarnya dia adalah pria yang sangat sehat, sehingga tak perlu ada suster yang melayaninya. Kegiatan Cecil sekarang adalah semacam sekretaris William yang mengikuti kemana saja pria itu pergi.Awalnya keisengan pria itu yang selalu menggodanya sangat mengganggu Cecil, tapi setelah beberapa lama tinggal dan bekerja bersama pria itu, Cecil akhirnya terbiasa.Anehnya yang membuat Cecil tak biasa adalah ketika melihat interaksi William dengan Naftalie, sang pianis. Seperti saat ini Cecil memperhatikan mereka latihan bersama. Wanita itu tentu saja luar biasa cantik. Kulitnya putih pucat kencang sempurna, dengan ram
“Gimana perkembangan latihan kamu, apakah ada lagu baru lagi?” tanya Jacob sambil memandang istrinya yang sedang sibuk memotong daging steaknya. Sebenarnya kini keputusan akan makanan dan apa pun yang terjadi di rumah mulai bergeser dari Ed ke Naftalie. Jadi untuk makan malam kali ini steak daging merah dengan tumis sayuran dan kentang tumbuk adalah pilihan Naftalie, tapi mengapa sepertinya dia tetap kesulitan untuk memotong dagingnya sendiri? Akhirnya karena gemas melihat istrinya yang dari tadi tidak selesai juga potong daging steaknya, Jacob mengambil piringnya dan mulai memotong buat Naftalie. Wanita itu terkekeh atas ketidakmampuannya lalu mulai menyesap anggurnya. Jus anggur, karena entah kenapa kini Jacob sama sekali tak mau menyentuh alkohol.“Potong gini aja nggak bisa,” ujar Jacob sambil mendengus. Wanita di sampingnya akhirnya tertawa sambil bersandar padanya dengan manja. “Kan biar kamu yang motongin,” ucapnya manja sambil mengecup pipi suaminya. Pria itu mendengus men